Chapter 55

4K 259 71
                                    

"Cepet pegang tangan gue," seru Alvaro.

Nadia tersenyum gembira, semangat hidupnya muncul tiba tiba, Alvaro selalu bisa membuat dorongan untuk Nadia. Gadis itu menarik tangan Alvaro dengan kakinya yang sekuat tenaga memanjat.

Brakkk...

Nadia jatuh menindih Alvaro setelah berhasil sampai ke atas, Ia bersyukur tidak jadi mati hari ini.

Mata mereka bertemu, sama sama tak mau berpaling. Lewat manik mata, Nadia mengucapkan betapa rindunya Ia terhadap Alvaro.

"Alvaro, gue kangen sama lo." Nadia memeluk Alvaro, menenggelamkan wajahnya diceruk leher lelaki itu.

"Gue takut kehilangan lo Nad, apapun tingkah lo ke gue nggak akan bisa ngerubah rasa cinta gue ke lo, makasih udah mau bertahan." Alvaro mengelus punggung gadis itu, tidak mau melepaskan. Keduanya sama sama kangen berat.

Setelah beberapa saat mereka melepas pelukan, Alvaro kembali mengendong Nadia dengan membawa kayu bakar untuk membuat api unggun untuk mereka bermalam.

Saat sudah sampai tempat tadi, Alvaro menyalakan api itu dengan korek yang selalu ada disakunya, untungnya dia bawa, Alvaro kan perokok tapi nggak aktif aktif amat, dia hanya akan merokok saat dirinya benar benar stres dan banyak masalah, selain itu dia jarang.

"Jadi anak Alleta itu milik siapa, tanya Nadia.

Alvaro menoleh sejenak sebelum fokus kembali ke api didepannya.

"Gue juga nggak tau, tapi yang pasti gue tetep bakal jadi Ayah buat anak itu." Alvaro menatap Nadia dengan memelas.

Deg..

"Tahan tahan Nadia, lo nggak boleh kelihatan cenggeng didepan dia."

"Oh iya nggak papa, gue juga nggak bisa ngelarang lo buat ngelakuin apapun." Nadia mengigit bibir bawahnya, menahan bendungan airmata dipelupuk matanya, sial ini tidak bisa dibendung, Nadia memalingkan wajahnya yang sudah basah terkena airmata Ia tak mau Alvaro melihatnya seperti ini.

Alvaro berdiri, mendekati Nadia dan memeluknya dari belakang.

"Gue cuma bisa minta maaf, gue tetep sayang sama lo Nad selamanya, tapi maaf gue nggak bisa merjuangin lo, dan bersama selamanya, gue nggak bisa biarin Alleta melahirkan tanpa pendamping, kita bisa jalin hubungan dibelakang, lo mau."

Nadia memberontak, "hah lo gila kali, kalo lo nggak bisa nglepas salah satu, jangan pernah paksa gue buat jadi pelakor, gue nggak mau itu Alvaro."

"Tapi gue sayang sama lo Nadia."

"Walaupun berat bagi gue ataupun lo sekalipun," Nadia mengenggam tangan Alvaro, "Gue mohon jangan pernah nikahin seorang tanpa lo cinta sama dia, itu nggak akan membahagiakan kedua belah pihak, lo harus bisa menyayangi Alleta, belajarlah mencintai dia Roo mulai sekarang,  kasihan anaknya nanti. Gue nggak mau ada Nadia Nadia lain diluar sana yang hidup tanpa kasih sayang dari seorang Ayah, walaupun lo bukan ayah Biologis buat bayi itu, tapi lo harapan satu satunya buat Alleta," ucap Nadia, mungkin kalian akan jarang menjumpai sikap nanti yang seperti ini, namun sekarang itu muncul.

"Nadia jangan seperti ini, gue cinta sama lo, gue bisa batalin pernikahan Alleta sama gue, karena gue sayang beneran sama lo."

"Jangan kayak gitu Alvaro, laki laki itu yang bisa dipegang itu ucapannya, jangan berubah karena gue." Nadia tersenyum menyembunyikan luka dalam dirinya.

"Kok lo sekarang jadi punya pemikiran dewasa gini sih, diajarin siapa."

Nadia menghela nafas panjang, menatap langit  malam.  

"Cuma belajar dari pengalaman aja, ambil hikmah dari semua yang udah gue laluin, Cinta nggak harus memiliki kan." Nadia menyeka air matanya.

Suasana menjadi akward hening seketika.

"Tidur biar gue yang jaga," ujar Alvaro.

Nadia mengangguk, Ia memposisikan badannya dengan nyaman lalu memejamkan mata untuk tidur.

Alvaro tidak tidur, dia tak bisa melepaskan pandangannya dari Nadia, laki laki itu mengagumi segala hal yang berkaitan tentang gadis itu.

Esok paginya, mereka mencari sesuatu yang dapat menganjal perut sembari mencari jalan keluar.

"Diam sejenak," intruksi Alvaro tiba tiba saat berjalan.

"Apa apa." Nadia berjaga jaga, bila mana ada sesuatu yang berbahaya, Ia akan lebih siap.

Mata elang Alvaro mengintai seekor kelinci yang sedang memakan rumput, dengan gerakan gerilya akhirnya Alvaro berhasil menangkap kelinci itu.

"Yes, kita bisa bakar kelinci ini," ujar Alvaro.

Nadia melihat kelinci yang mengemaskan itu tak tega, Ia merebut kelinci itu dari gendongan Alvaro.

"Heh jangan, ini terlalu lucu, cari yang lain aja."

"Nggak ada yang lain dihutan ini langka."

"Ya lo cari aja kek, kijang, harimau, kerbau, capung."

"Nggak usah repot repot Nadia! Kijang segala lo pikir kita bakal hajatan disini, udah siniin kelincinya."

Nadia menjauhkan kelinci itu dari Alvaro yang akan merebut.

"Nggak boleh kasihan tau." Nadia mengelus bulu lembut kelinci, "lumayan dibawa pulang buat pelihara."

"Terus kita mau makan apa sekarang, kadal?"

"Ide yang bagus, yuk cari biawak aja gue temenin."

****

"Yang kita ada dimana sih ini, kayaknya kita jadi nyasar kayak mereka deh." Rahma mengelus ngelus tangannya sendiri yang gatal gara gara gigitan nyamuk.

Haikal menghela nafas panjang, Rahma yang kekeuh pengen nyari, gadis itu juga yang mengeluh. Haikal dan Rahma memutuskan untuk melakukan pencarian mandiri karena Alvaro sama Nadia sampai pagi belum kembali ke tenda, sedangkan yang lainnya semua sudah dipulangkan ke rumah masing masing. Hanya nanti mungkin Pak Dandang akan melakukan pencarian bersama tim pencari tapi entah itu kapan. Alleta menangis kejer saat mengetahui pada saat Ia bangun Alvaro udah ngilang aja, Reno pun menjadi kerepotan menenangkan gadis manja itu.

"Auwwwwwwww."

Suara lolongan serigala pada siang hari, menyeramkan sekali hutan ini, siang hari pun pencahayaannya kurang karena tertutup rindangnya pepohonan menjadikan hutan itu tempat yang cocok untuk spot berfoto horror, setelah itu kesurupan, wah seru sekali.

"Yang gimana nih, aaaa Aku pengen pulang, nggak mau disini banyak nyamuk, ih aaaa," rengek Rahma, gadis itu melompat ke gendongan pacarnya gara gara melihat ular lewat didepannya.

"Kamu diem, ularnya nggak bakal gigit dia cuma numpang lewat, kalo lari nanti malah dikejar," titah Haikal.

"Kok perangainya mirip anjing tuh ular, kamu belajar dari siapa."

"Katanya kalo ular lewat dihutan kayak gini kata nenek Aku itu jelmaan penunggu sini."

Rahma menelan ludah kasar, semakin merapatkan badannya ke sang Pacar.

"Jangan nakut nakutin deh."

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang