Chapter 32

3.7K 260 26
                                    

"Paling sebentar lagi tuh anak juga pulang, Alleta tunggu disini dulu ya Tante buatin minum dulu."dengan gemetar Karina pergi menuju dapur untuk membuatkan Alleta minuman, sebenarnya ia juga syok tiba tiba saja teman anaknya yang telah dikabarkan meninggal bisa bisanya ada lagi, konspirasi macam apa ini.

Krett...

Pintu terbuka.

Alvaro langsung melepas dan melempar sepatunya asal, yang penting tak mengenai guci guci mahal koleksi papanya.

"ALVARO." Alleta menghampiri Alvaro dengan mata berkaca kaca, memeluk laki laki itu dengan erat.

Alvaro terpaku, benarkah apa yang Ia liat sekarang ini. Alleta. Oh my god, benarkah ini bukan mimpi. Badan Alvaro menegang.

"Gue kangen banget sama lo Ro."

Alvaro masih tak bergeming, agaknya syok parah berat banget.

Alleta melepas pelukannya.  Mengambil tangan Alvaro untuk diletakan dipipinya.

"Gue Alleta Ro, masa lo amnesia sih sama gue, baru beberapa hari juga."

"Lo beneran Alleta," ujar Alvaro dengan gagap, untuk memastikan Ia mencubit dirinya sendiri dan benar, ini bukan mimpi.

****

"Ro, please maafin gue, gue tau gue egois nghilang secara tiba tiba dari kehidupan orang orang terdekat gue waktu itu dan nggak mikirin akibatnya, gue denger dari Tante lo sekarang banyak berubah." Alleta memainkan kakinya di air. Mereka sedang berada di kolam renang. Alleta ingin menjelaskan semuanya berharap Alvaro dapat memaafkannya juga.

"Gue waktu itu depresi banget terus nyokap bawa gue ke Australia tanpa sepengetahuan bokap gue, dan sebagai gantinya Nyokap gue bikin insiden seolah olah gue udah nggak ada, sehingga Bokap nggak bisa ambil alih hak asuh gue dari Mama."

"Terus kenapa lo nggak kasih tau gue Letta, gue kan udah bilang kalo ada masalah atau pengen cerita lo bisa hubungin gue, cari gue. Nggak nghilang gitu aja Lett." Alvaro menatap Alleta tajam, kesal campur bahagia. Kesal karena merasa tetbohongi, bahagia karena perempuan itu kembali lagi.

Alleta tersenyum lebar lalu berdiri.

"Gue ada kabar gembira buat lo Roo."

"Apa?" jawab Alvaro datar.

"Setelah gue rasa selama jauh dari lo gue ngerasa kehilangan banget sosok yang nglindungin gue, perhatian sama gue, and selalu nyemangatin gue. Gue jadi sadar kalo ternyata hati gue bukan buat Alvano tapi buat lo Ro, Gue sadar ternyata gue sukanya ke lo bukan ke kembaran lo."

Enteng sekali die cakap.

"Tapi gue udah nggak ada rasa buat lo  Lett, gue akan terus nganggep lo sebagai adik gue." Alvaro bangkit, pergi meninggalkan gadis itu.

Ucapan Alvaro sangat menohok uluh hati Alleta, gadis itu mencengkram kuat kuat roknya.

"Gue mohon Roo, kasih gue kesempatan buat ngerasain bahagia sekali aja. Gue jauh jauh balik dari Australia cuma buat Lo Roo," isak Alleta.

Alvaro terbalik.

"Perasaan manusia juga ada batasnya Lett, nggak semua berjalan sesuai yang lo harepin, dan ya gue emang pernah suka sama lo sayang sama lo sampai gue gila seakan di dunia ini cuma satu yang gue pengenin yaitu lo kembali, tapi lo kelewatan lo bahkan nggak pernah coba ngasih kabar ke gue, sepucuk surat aja deh seenggaknya buat mastiin bahwa lo masih hidup, jadi gue nggak bakal ngerasa sia sia buat nunggu."

Alleta berlari menghampiri Alvaro, memeluknya dari belakang. Menangis didada laki laki itu Alleta. Alvaro menghela nafas panjang.

"Gue bakal ngelakuin apapun Roo, supaya lo bisa balik ke gue lagi."

"Gue mohon Roo, hidup gue nggak bakal lama lagi, kata dokter gue hanya ada waktu 6 bulan lagi buat ngerasain hidup," ujar Alleta lirih.

Sontak Alvaro membalikan badan, menjajarkan wajahnya menatap gadis itu, Alleta tak bisa membendung lagi rasa rindunya pada laki laki itu.

"Lo nggak usah canda kayak gitu Lett, nggak lucu."

"Gue nggak bercanda Roo." Alleta menghapus kasar airmata yang mengenang dimatanya.

****

Nadia berguling ke kanan dan ke kiri di atas kasurnya, tangannya terus saja tak konsisten. Ia pengen sekali bertemu dengan Alvaro tapi dirinya tak tahu alasan apa yang tepat sebagai embel embelnya.

" Ayolah Nadia cepat pikirkan dimana otak canggihmu berada, kenapa nggak ada ide sama sekali sih njir."

"Masa bilang "Roo gue kangen lo."

"Oh tydak itu akan menurunkan harga dirinya nanti dipasaran. Jadian aja belom udah kangen kangenan siapa lo Nad. Nyadar diri aja ngapa? Lo sih udah suka juga berat banget ngomong iya pas dia nembak."

Nadia terus bergelut dengan pikirannya sendiri.

Ah nggak bisa!

Apapun itu harus Ia lakukan lagian juga urat malu Nadia sudah putus dari lama ngapain merasa malu.

Nadia mulai mengetikan pesan untuk Alvaro.

ALVARONG:

Roo cepetan ke rumah gue sekarang kalo nggak gue cabutin bulu hidung lo pas ntar kita ketemu, sekarang! Ajarin Mtk, sekalian gue kangen.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang