||MABB||

3.8K 294 11
                                    

Nadia menunggu pesanannya dimeja kantin  bersama Rahma, Wanda nggak ikut sedang mencari pacar tajir katanya.

Sontak para mata  langsung tertuju pada Alvaro beserta jajarannya, tidak biasa biasanya mereka makan di kantin atas.

Rahma menyenggol Nadia dengan sikutnya, menyebabkan tahu bulat di tangan Nadia mengelinding.

Nadia mendengus. "Paan sih Ma, uhh tahu gue." Mencebikan bibir.

"Pacar lo tuh." Tunjuk Rahma pada Alvaro.

"Hem bukan, gue nolak dia tadi."

"Kenawhy beb, tajir lo." Rahma mendekatkan bibirnya di telinga Nadia niat membisikan sesuatu, "anaknya pemilik sekolah sekaligus penerus Adijaya & Vincent' s group, nah dua perusahaan sekaligus Nad, 14 keturunan kayaknya nggak bakal habis."

"Hahahahahah." Nadia tertawa hambar, "Oh aja gue mah."

"Alvaro juga bucin banget kayaknya ke lo Nad, kasihan banget mubazir."

Nadia menoleh, menatap Rahma tajam, sedikit sebal karena Rahma terus terusan memuji Alvaro di depannya, Di sogok berapa nih anak?.

"Nggak Ma, kalo lo mau deket sama Haikal, nggak perlu pake acara mengatasnamakan hubungan gue sama Alvaro."

"Hehehehe, pis." Rahma nyengir.

"Huuu, gue unfriend juga lo lama lama, btw gimana hubungan lo sama Haikal udah ada perkembangan."

"Udah dong, dia perhatian banget, gue syukak deh, uhuhuhuh, udah sekitaran seminggu kita saling hubungan."

"Qhahahahaha." Nadia kembali tertawa hambar.

"Jangan baper lo, siapa tau dia ngechat lo karena gabut tapi lo balesnya pake perasaan," ujar Nadia mewanti wanti.

"Wah terima kasih wejangannya kakak Nadia, tapi kayaknya dia gak kayak gitu deh," jawab Rahma gigih.

Seorang cewek malu malu mendekati Alvaro.

"Hay Kak Varo, ini siomay buat kakak," ujar Amel, adik kelas ganjen.

Diam diam Nadia mencuri curi pandang ke arah Alvaro. Begitu juga dengan Alvaro. Saat mata mereka bertemu, saling tumbuk Nadia cepat cepat memalingkan wajah asal tak ke arah Alvaro.

"Kak." Amel mengibaskan tangannya didepan Alvaro.

"Ro, kasihan tuh anak orang lo kacangin," ujar Haikal.

Alvaro kembali ke dunianya.

"Paan?."

Amel duduk di kursi depan Alvaro, berhadapan.

"Mau ya, Aku suapin deh kak."

Sungguh agresif.

Nadia mencebikan bibirnya, pemandangan itu ditangkap oleh netra Alvaro. Laki laki itu ingin memanas manasi Nadia, sekali menguji.

"Aaa." Alvaro membuka mulutnya, siap menerima suapan dari Amel, kurang mempan. Alvaro memegang tangan gadis itu menuntun untuk memasukan suapan siomay ke mulutnya, Amel kesengsem merasa direspon orang ganteng rasanya mau meninggoy.

Nadia terpancing, sendok ditangannya sudah melengkung. Rahma terkejut, Ia mencari ke arah mana mata Nadia memandang.

"Oh katanya ga suka, ga cinta, nggak like kok panas sih." Rahma mengipas ngipaskan tangannya ke arah Nadia.

"Tenangkan dirimu nak, and jangan lupa kalo mau mecahin mangkok jangan punya orang Bu Rina galak orangnya."

kok Nadia sesak sih, apa benar dirinya cemburu?

Nadia mengelengkan kepala.

"Ga ya gue nggak cemburu, siapa dia."

Alvaro memajukan wajahnya ke Amel. Daun kecil terselip dirambutnya, tersenyum, lalu mengambil daun itu dari rambut Amel.

"Baper kak." Wajah Amel memerah.

Hati Nadia panas. Nadia keluar dari mejanya, menyebabkan bunyi geseran bangku.

"Mau kemana, mie ayamnya aja belum dateng," tanya Rahma, menyadari raut wajah Nadia menunjukan sedang marah.

"Cancel aja, gue mau ke balik ke kelas, kenyang gue."

"Mana bisa gitu Nad, eh balik woy masa gue harus mbadog dua mangkok sekaligus, gila aja."

Alvaro smirk, dirinya ikut bangun dari duduknya niat ingin mengejar, namun langkahnya terhenti saat ada tangan lain yang mengenggam tangan Nadia.

Nadia menghentikan langkahnya, menatap orang yang mengenggam pergelangan tangannya, Raka.

"Mau ngapain," tanya Nadia ketus. Ia ingin melepaskan, tapi Raka lebih erat mengenggam.

"Lepasin Raka, lo mau ngapain sih sakit tau."

"Gue pengen kita balikan," ucap Raka to the point.

"Hah?." Nadia mengigit bibir bawahnya, disusul smirk, "kenapa, udah longgar dianya, apa udah bosen."

"Gue minta maaf, gue khilaf, gue yakin bisa jaga perasaan lo kali ini, please kasih gue kesempatan sekali lagi, Nad." Raka memajukan wajahnya, Nadia mundur ke belakang.

"Nad gue janji."

"Lo nggak malu ngajak gue balikan setelah apa yang telah lo beri ke gue, hah, menurut lo gue sebodoh itu bakal nerima lo lagi."

"Raka lepasin nggak, lepasin sekarang juga," timpal Nadia saat tangannya mulai kram.

"Nggak lo harus nerima gue dulu," ujar Raka dongkol.

BUGH...

Raka limbung seseorang dari belakang menendang badan hingga terjungkal, tersungkur dilantai.

"Maksud lo apaan hah," tanya Raka, tak terima. Ia bangun.

"Cewek gue nggak mau balikan sama lo nyadar diri, ngapa?" Alvaro mengandeng tangan Nadia yang berkeringat.

"Tunggu." Raka meraih tangan Nadia sebelahnya.

"Jauhkan tangan lo dari cewek gue bangsat." Alvaro keburu hilang kesabaran untuk menahan diri.

Aksi saling pukul antara Alvaro dan Raka tak terelakan, keduanya saling menghabisi dengan brutal.

Teman Alvaro tak ikut campur, ya memang si Alvaro ketua geng Gervanest namun untuk urusan seperti ini Alvaro sendiri yang selalu meminta mereka untuk tak ikut campur, Ia akan menyelesaikan sendiri urusannya secara jantan bukan kroyokan. Mereka cukup menonton dengan kacang sukro ditangan.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang