5 menit sebelum bell masuk berbunyi Nadia berhasil melakukan 2 kebaikan sekaligus, pertama Ia berhasil membuat Alvaro dan kawan kawannya tak bolos, kedua Dia berhasil meringankan beban pohon Bu Merry, Ia membawa mangga ke kelasnya sendiri, maruk tanpa membagi ke kawan kawan Alvaro. Sungguh top.
"Hey guys." Nadia menaik turunkan alisnya sebelah menyapa sanak sedulur, Rahma dan Wanda.
"Em, siang sekali kau berangkat gong, nggak kayak biasanya." Wanda memanggil Nadia "gong" because katanya Nadia mirip dugong. Biarkanlah yang penting mereka bahagia.
"Taraa, sahabat mari kita buat kue." Nadia memamerkan buah mangganya, bangga.
"Kue kue pala lo somplak, bikin rujak seger anjay." Rahma merebut kantong berisi mangga tersebut. "Mangga mana lo?"
"Belakang sekolah, punyanya Bu Merry, halal tenang aja guys. Kan Bu Merry horang kaya jadi nggak ngapa ngapa, diizinin katanya Alvaro."
Wanda dan Rahma melirik.
"Gue sih O aja, tadi tanya buat basa basi doang, yang penting rujakan ahahahaha, ya nggak nda."
"Yoi bro."
Nadia mengelengkan kepala.
"Halal nih bunuh orang."
****
Istirahat pertama, Nadia lebih memilih menyendiri di atap sekolah. Ada beberapa alasan yang membuatnya mengasingkan diri dari kebisingan kentut Wanda dan celotehan ghibah Rahma, nanti setelah ini ada ulangan Mtk Pak Handoko, karena Nadia agak bloon di Mtk Ia jadi sadar diri dan belajar mandiri sembari makan bekal yang dibawakan Nayla emaknya, sungguh tumben sekali.
Sedikit demi sedikit Ia membuka lembaran kertas catatannya dengan dibarengi suapan dari tangannya sendiri menyendok bekal nasi goreng telur ceplok. Percayalah 95% masuk makanannya. Pelajaran 3%, sisanya buat ngebug, halu.
"Ih susah gatau gue caranya, ini kan 2x kenapa disini jadi 6x, 4x nya itu punya siapa?" Nadia mengerutu, tak paham paham lah dengan pelajaran ini yang ada rambutnya otw botak buat mikir.
****
Alvaro habis main futsal tak langsung ganti baju dirinya menyempatkan diri pergi ke kelas Nadia. Seperti biasa teriakan kepanasan cewek cewek selalu dia dapat kala cuma mampir doang ke kelas itu.
"Astaghfirullah gantengnya nggak ada akhlak."
"Aa pengin jilat keringatnya deh." Sangat Vulgar. Skip.
"Nadia dimana?"
"Diatap lagi belajar katanya sih," sahut Rahma.
"Ok."
"Alvaro."
"Ya."
"Lo sebenernya udah jadian belum sih sama Nadia hubungannya nggak jelas," tanya Rahma, kepo. Menurut pengamatannya mereka sekarang sudah semakin ada kemajuan tidak seperti dirinya dengan Haikal, cowok itu hanya berjuang chatan saja tanpa ada progress lebih lanjut, sungguh menyebalkan, Rahma kan iri. Hm. Tenang Ma kamu tidak sendiri, masih ada yang nulis sama yang baca cerita ini, sad.
"Gue udah nikah," sahut Alvaro santai, yang di tanggapi cemberutan makhluk kaum hawa yang ada disekitaran tkp.
****
"Lagi ngapain?"
Nadia otomatis membalikan badan, mendesah. Kenapa lagi ini bekantan aku lelah.
"Bajak kebun orang, ya belajarlah buta mata lo." Pengaruh mtk sangat besar terhadap mood Nadia, untung Aa Alvaro sabar.
"Kenapa sih cemburut gitu." Alvaro mengacak rambut Nadia. Lalu menaruh kepala Nadia diketiaknya yang basah akan keringat, untung saja nggak lebat. Nadia menendang punggung Alvaro sampai terjungkal. Untung saja tak ada yang liat kalo nggak unsur Badboynya tercemar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO NADIA [COMPLETED]
Teen FictionAlvaro, Si Badboy sekaligus ketua geng motor Gervanest yang kepincut sama Nadia, gadis fuckgirl yang tersakiti. Kisah bermula saat Nadia ingin mendekati Alvano, kembaran Alvaro yang dingin dan cuek habis, Nadia tak pernah sekalipun menyangka Alvar...