||MABB|| Digendong

4.5K 297 21
                                    

Nadia melirik Alvaro yang ikutan dihukum, lebih tepatnya menghukum diri dengan tatapan sinis.

"Lo ngapain sih, ikut ikutan dihukum segala." Nadia menghela nafas, lalu membuangnya kasar.

"Gabut aja sih, daripada dikelas ndengerin celotehan bapak bapak nggak jelas." Alvaro mencoba mencuri curi pandang ke arah Nadia.

Nadia melototkan matanya lalu berbalik menghadap Alvaro.

"Ck, Lo nggak boleh bilang kayak gitu, ntar ilmu Lo nggak berkah tau," nasihat Nadia untuk Alvaro.

Nadia terus memandangi arloji ditangannya.

"Ck, lama banget sih." Nadia mendongak ke atas. "Panas." Nadia mengibas ngibaskan tangannya berharap sumilir angin tiba tiba saja datang, namun nyatanya tak ada.

Nadia tersenyum dalam hati saat melihat Alvano sedang berjalan didepannya dengan setumpuk buku ditangannya.

"Saatnya melancarkan aksi," batin Nadia.

Nadia segera melancarkan aksinya, Ia pura pura sakit kepala, berharap Alvano datang menyelamatkannya dengan cara digendong itu pasti akan uwwu banget, Ia diri memegangi kepalanya dengan wajah seakan akan sedang merasakan sakit, sungguh luar biasa kini aktingnya terlihat normal. Setelah ini mungkin Nadia harus ikut casting pemain ftv segera.

"Lo nggak papa," tanya Alvaro.

"Gue sedikit pusing," jawab Nadia dengan suara dibuat buat selemas mungkin.

Sial, Nadia meruntuki nasibnya kali ini, Alvano bahkan tidak menoticenya malahan laki laki itu tetap berjalan santai ke arah Ruang guru.

Alvaro mensejajarkan wajahnya dengan Nadia, menatap gadis itu dengan serius. "Lo sakit, mendingan kita pergi aja." Alvaro menyelipkan anak rambut Nadia yang menutupi wajah gadis itu ke telingga.

Seperti tersihir Nadia merasa bahwa tindakan kecil yang Alvaro lakukan sangat tulus, hanya perasaan kagum saja belum cinta.

Kenapa Alvaro melakukan ini pada dirinya?

Alvaro melihat Nadia hanya diam saja, tanpa aba aba mendekatkan badannya ke arah gadis itu dan mengendongnya dengan bridal style.

Nadia terkejut.
"Aaaaa, Ngapain Lo gendong gendong gue? Turunin ga, cepet turunin." Nadia meronta ronta dengan memukul punggung Alvaro.

Alvaro memukul bokong Nadia agar gadis itu diam.

"Wehh, weh pelecehan seksual, nggak usah pegang pegang woee," teriak Nadia.

"Bisa diem nggak, gue lecehin beneran, candu Lo nanti."

Nadia segera menutup mulutnya rapat rapat.

Alvaro membawa Nadia ke Kantin bawah, beberapa anak Gervanest ada disana diantaranya Haikal, Reno, Toni, dan Mamat, laki laki semua yang ada disana, jarang sekali perempuan mau ikut nongkrong kecuali Nadia kali ini. Alvaro menurunkan Nadia dari gendongannya.

Nadia menatap sekitar, dahinya berkerut menyatukan kedua alisnya.

"Ngapain jadi bawa kesini sih gue kan sakit." Nadia berdiri dibelakang Alvaro, dirinya canggung dengan mereka semua yang ada disitu apalagi mereka menatapnya seolah olah bertanya Nadia, ada hubungan apa dengan Alvaro.

"Tapi kayaknya Lo keliatan laper daripada sakit." Alvaro masuk ke dalam dapur mencari Bu Inah untuk memesan mie untuk dirinya dan juga Nadia namun dirinya tidak menemukannya.

"Cari apa bos," tanya Haikal yang melihat Alvaro kebinggungan mencari seseorang.

"Bu Inah mana? Gue mau pesen mie," tanya Alvaro.

"Oh Bu Inah, lagi dipasar orangnya, beliau nitipin kantin ke kita kita--- kalau mau bikin sesuatu katanya tinggal bikin sendiri tapi jangan lupa bayar gitu," jelas Reno.

"Yoi, Boss bikin aja mie 3 nanti bayar 2," ujar Haikal.

"Woee ya nggak boleh kayak gitu goblok kasihan Bu Inah dia jualannya modalnya pake duit bukan pake daun njirr," nasehat Toni, Toni ini walaupun dirinya ikut ikut geng motor dan termasuk jajaran anak nakal di Sma Rajawali namun dirinya lah yang paling mempunyai hati yang mulia dibanding kawan kawannya yang minus akhlak kadang jika temannya sudah kelewat batas dirinya suka memberi wejangan wejangan, ya walaupun dirinya juga tidak bisa sepenuhnya melaksanakan.

"Ya udah biar gue masakin buat Lo Nad." Alvaro menuju rak, mencari panci untuk memasak mie.

"Emang Lo bisa," tanya Nadia penasaran, ada kejanggalan yang Nadia rasanya, macam tak betol.

"Nggak usah lah, biar gue aja." Nadia menengadahkan tangannya meminta panci itu dari Alvaro.

"Nggak usah gue aja."

"Nggak gue aja Lo cowok mana bisa, firasat gue mengatakan kalo Lo tuh anak Mama jadi mana mungkin Lo bisa masak.

"Bisa, gue bisa lagian cuma masak mie doang cemen mah."

"Siniin nggak pancinya."

Alvaro diam saja, membuat Nadia mendengus kasar, lalu mendekati laki laki itu.

"Biar gue aja." Nadia merasa Alvaro tidak mau melepas panci itu, Nadia tidak menyerah untuk tetap merebut panci itu, namun tenaganya tidak kuat justru malah dirinya yang jatuh didada bidang Alvaro. Nadia meneguk salivanya kasar, jujur badannya sedikit bergetar, degup jantungnya memburu. Saat Nadia ingin menarik diri, tangan Alvaro meraih pinggang gadis itu hingga tidak ada lagi jarak diantara keduanya.

"Ekhem pdkt aja teros." Nyinyiran mulut Haikal berhasil membuat keduanya canggung.

"Apaan sih." Nadia berbalik.

Alvaro menahan pergelangan tangan Nadia saat dirinya menyadari perubahan wajah gadis itu yang tiba tiba saja pipinya memerah, 2 hal yang Alvaro duga dari gadis itu: Nadia malu atau suhu kantin yang memang panas.

"Ciee ciee salting, em emm," sorak Haikal mengoda Nadia. Nadia sendiri rasanya ingin hilang dari dunia ini sekarang, adakah kesempatan untuk melambaikan tangan ke Authornya.

"Aduh mas, Aku nggak kuat diginiin," ledek Reno, disahuti oleh kekehan dari yang lain.

"Sebelum Lo ke kelas, gue pengen minta nomer Lo langsung." Alvaro memasukan tangannya ke saku celananya, lalu menyugar rambutnya yang sedikit gondrong ala ala Jaehyun Nct lalu berkata: "sebenernya gue bisa aja sih minta ke orang lain tapi gue pengennya Lo sendiri yang ngasih."

"Nggak nggak akan." Nadia segera lari mumpung Alvaro sudah tidak memegangi tangannya lagi.

"Gue bakal samperin Lo ke rumah Lo, kalo sampe malem ini Lo nggak ngasih tau nomer wa Lo ke Gue," teriak Alvaro, dirinya yakin Nadia pasti mendengarnya.

🐛🐛🐛

Akhirnya bell istirahat pertama sudah berbunyi, Nadia yang sedari tadi menunggu di toilet sembari memainkan ponselnya bisa bernafas lega, akhirnya dirinya bisa kembali lagi ke kelasnya.

PLAKK

PLAKKK

PLAKKKKK

triple kill. Baru saja dirinya membuka pintu toilet dirinya sudah mendapat 3 tamparan sekaligus dari orang yang berbeda beda. 3 orang berdiri bersedekap dada dengan angkuhnya menatap jijik cewek yang barusan mereka tampar tanpa rasa bersalah atau kasihan, jelas sekali kali ini mereka akan membuli habis habisan Nadia. Mereka adalah Triana, Monic, dan juga Sasha, trio si pembuat onarnya Sma Rajawali versi cewek, mereka ini selalu mengejar ngejar anak Gervanest atau mungkin lebih menjurus obsesi untuk memiliki namun hingga saat ini belum ada salah satu dari mereka yang jadi pacarnya 5 inti Gervanest. Mereka tidak suka ada seseorang yang bisa dekat dekat dengan Alvaro dan kawan kawan kecuali mereka.

Nadia mengusap pipinya yang panas, bayangkan tiga sekaligus kalau satu mah kuat ini tiga, tidak lebay jika sudut bibir Nadia sedikit mengeluarkan darah.

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang