FOLLOW & VOTE & KOMEN. HAPPY READING.
Nadia memanyunkan bibirnya hingga maju beberapa centi tumben tumbenan Alvaro tak merespon chatnya dengan cepat bahkan hanya centang dua biru yang Ia dapat.
Nadia berjalan menuju meja belajarnya dan menyalakan laptopnya , daripada menunggu yang tidak pasti alangkah baiknya Nadia memilih melanjutkan menonton drama china yang Ia mulai marathonin dari kemarin.
Adegan yang paling Nadia tunggu tunggu saat keduanya saling mengutarakan perasaan mereka masing masing lalu berciuman dibawah gemerlap bintang malam yang indah. Ah uwwu banget Nadia suka, Ia bahkan akan mengulangi kiss scenenya berulang ulang apalagi kalo hot.
Krettt....
Nadia reflek mencari sumber suara.
Dari jendelanya.
Nadia meneguk salivanya kasar. Mamanya ada di lantai bawah sedangkan kakaknya entah ada dimana. Kalo ini maling Nadia say goodbye to world.
Nadia mengambil sapu yang berada kamar. Berjalan gemetar ke arah jendela.
BAHHH....
seseorang mengejutkannya. Jantung Nadia seakan ingin melompat dari sarangnya, Ia paling benci dengan namanya tukang ngagetin. Rahma aja pernah Nadia blok seminggu karena ngirim jumpscare.
Setelah Nadia mengetahui seorang kamfret yang berhasil membuat detak jantungnya hampir berhenti, Nadia langsung memukul habis habis orangnya. Siapa lagi orangnya kalo bukan Alvaro Daniel Adijaya yang berani manjat balkon kamar Nadia.
"Ampun sayang. Maapin abang," ucap Alvaro dengan wajah mengemaskan plus ngeselinnya.
Nadia tak mau menghentikan pukulannya.
"Lo ya kurang ajar banget. Gue nggak suka Varo." Nadia melompat ke kasurnya lalu menutupi wajahnya dengan selimut.
"Yah ngambek."
Alvaro menghampiri Nadia. Merayu agar gadis itu mau memaafkannya.
"Nad, ih maafin gue ngaku deh gue salah. Nggak bakal ngelakuin lagi deh." Alvaro menguncang nguncang badan Nadia.
Nadia diam.
"Nadia maaf."
"Gue nggak suka tau Ro, hiks," ucap Nadia dibalik selimut.
"Lo nangis Nad."
"Enggak."
"Itu nada lo nangis."
"G."
"Kalo Lo masih ngambek gue pulang aja lah ya." Alvaro berjalan kembali menuju jendela. Pura pura saja. Untuk memancing Nadia.
Nadia menyibak selimutnya dan langsung berlari ke arah Alvaro. Memeluknya dari belakang.
"Lo- lo ngeselin banget Varo! Tapi gue nggak mau lo pergi. Temenin gue disini sebentar," ucap Nadia. Dengan mempererat pelukannya.
Alvaro membalikan badan, menyisipkan anak rambut yang menutupi wajah manis gadis yang selalu mengacak ngacak perasaannya ke telingga.
"Gue tau kok lo kangen sama gue."
Nadia melepas pelukannya. Mundur 3 langkah.
"Idih kepedean banget lo Roo, gue kangen sama martabak yang lo suka bawain. Mana sekarang." Palak Nadia.
Alvaro mengelengkan kepalanya.
"Nggak bawa," ucapnya singkat.
"Ganteng doang ke rumah nggak bawa martabak, pulang lo sono." Nadia mendorong Alvaro untuk keluar.
"Alah alah iya iya gue udah siapin. Tara nih. Makan yang banyak biar semok." Alvaro menyodorkan sekresek isi Martabak, Seblak, Sempol dan juga mie lidi kesukaan Nadia, eh tak lupa marshmallow dan permen kapas kesukaan Nadia jilid 3489. Jangan tanya apa yang Nadia tak suka.
"Ahhh Aa ganteng baik banget jadi makin sayang deh." Nadia tersenyum lebar lalu segera menyambar makanan yang dikasih Alvaro.
"Ihh ii ginting biik bingit jidi mikin siying dih. Ilih lo Nad Nad. Sayang sayang mulu lo ke gue ditembak nggak pernah nerima."
Nadia menelan kerupuk seblak yang Ia kunyah sebelum menyaut.
"Roo gue nyaman kita kayak gini, kalo gue nerima lo jadi pacar gue, gue takut lo bakal punya label sebagai bekas Nadia. Kan nggak lucu. Jadi kita kayak gini aja ya sayang."
"Ya digantung lagi." batin Alvaro.
"Mana tugas lo yang minta diajarin," tanya Alvaro.
"Tuh dilaptop cari aja folder yang tulisanya kisi kisi." Nadia masih santai mengisi perutnya. "Liat aja dulu ya soalnya, biar lo pemanasan otak biar nggak kena sarafnya gue lanjut makan dulu."
Alvaro membuka laptop Nadia yang masih menyala. Tepat sekali Nadia tak sadar dirinya masih menonton drama china pas lagi kiss scene lagi. Alvaro menyunggingkan bibirnya lalu melanjutkan filmnya. Yak setelah adegan kiss berlanjut ciuman panas hingga sampai ke ranjang. Tapi nggak ada adegan ranjangnya full ya.
"Lo suka nonton beginian Nad, udah pernah mraktekin belom, yuk sama gue," ujar Alvaro.
"Hah?." Nadia masih loading masih fokus makan, hingga sebuah pikiran melintas di otaknya.
Nadia mangap. "Omg bencana," ucapnya dramatis. Nadia berlari cepat menuju laptopnya dan langsung menutup dengan wajah merah, panik identik malu. Pengen buang wajah di got sangking malunya kepergok nonton gituan didepan Alvaro.
"Kenapa ditutup." Alvaro mengoda Nadia dengan smirk serta menaik turunkan alis tebalnya.
"Woe lah jan kayak gitu bang, dedek nggak kuat."
"E-enggak," jawab Nadia dengan gagap.
Alvaro mendekati Nadia. Semakin dekat semakin dekat sampai tubuh Nadia mentok ditembok.
"Syaland siapa yang naruh tembok disini."
"Ma-mau apa lo Roo, jangan macam macam gue bisa apa ya, aa karate jangan main main lo."
Alvaro bersorak gembira dalam hati, mengetahui pipinya Nadia mengebu menahan malu. Rasanya Ia ingin tertawa lepas.
Alvaro menaruh tangan Nadia di samping kepala, mengunci segala pergerakan Nadia.
Alvaro memiringkan kepalanya. Akan mencium Nadia. Respon Nadia selalu bertolak belakang dengan ucapan yang keluar dari bibirnya.
Nadia membalas setiap lumatan yang Alvaro berikan, berciuman panas hingga dering ponsel Alvaro menjadi akhir ciuman itu. Alvaro mengumpat dalam batin siapa yang sudah tak sopan menganggu kegiatan syahdunya yang sangat jarang ini.
Nadia mendorong dada bidang Alvaro.
"Dasar mesum."
"Lo di bibir aja nolak, aslinya mah pengen lebih," sahut Alvaro.
"Ya siapa." Tanya Alvaro pada seseorang yang meneleponnya diseberang sana. Alvaro mengangkat teleponnya tanpa menjauh dari Nadia, jika itu perempuan Alvaro tak ingin Nadia berpikir macam macam tentang dirinya. Menjaga kepercayaan salah satu alasannya.
"Alvaro, gue mohon lo kesini sekarang cepetan. Gue butuh lo banget, hiks hiks hiks," ujar Alleta diseberang sana. Penelepon yang sangat menganggu.
Alvaro jadi sedikit khawatir akan gadis itu. Walau bagaimana pun juga Alleta termasuk gadis yang pernah mengisi ruang dihatinya. Apalagi mendengar isak tangis gadis itu Alvaro tak bisa.
Nadia mengernyitkan dahinya, tidak biasanya Alvaro cemas. Karena laki laki itu termasuk orang yang menganut kebudayaan indonesia alias santuyan orangnya.
"Ada apa Roo."
"Gue harus pergi sekarang Nad, maaf ya. Gue harus pergi." Alvaro melompat dari jendela menuruni tangga dengan tergesa gesa setelah mencium sekilas kening Nadia.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO NADIA [COMPLETED]
Teen FictionAlvaro, Si Badboy sekaligus ketua geng motor Gervanest yang kepincut sama Nadia, gadis fuckgirl yang tersakiti. Kisah bermula saat Nadia ingin mendekati Alvano, kembaran Alvaro yang dingin dan cuek habis, Nadia tak pernah sekalipun menyangka Alvar...