"Kenapa diem, bener kan Roo apa yang gue bilang itu semua."
"Nggak Nad, sekarang gue nyadar."
"Nyadar apaan sih udahlah lepasin gue." Nadia memberontak.
"Dengerin gue. Ndengerin gue pertama kali emang cuma iseng ndeketin lo tapi sekarang gue beneran suka sama lo. Gue nggak mau kehilangan lo Nad. Please gue nggak mau kehilangan orang yang gue sayangi buat kedua kalinya.
Alvaro enggan melepaskan pelukannya ke gadis itu. Ia ingin merasakan kepedihan yang Nadia rasakan, tapi bagaimana Ia bisa tau jika saja cewek itu tak menceritakan. Alvaro ingin mencoba memahami Nadia, rasa kagumnya akan Nadia yang seperti gadis masalalunya sudah hilang sejak kemarin kemarin, tergantikan dengan perasaan sayang yang tulus sungguh terhadap Nadia.Alvaro merenggangkan pelukannya. Nadia yang sedari tadi sebenarnya juga butuh seseorang untuk tempat bersandar, mengeluarkan segala tekanan batinnya mengeratkan pelukannya pada Alvaro.
Nadia mengeluarkan semua air mata yang sedari Ia bendung. Tanpa disuruh Nadia sudah menceritakan semuanya ke Alvaro dengan isakan tangis plus Nadia tak segan untuk memukul Alvaro untuk melampiaskan amarahnya. Alvaro tidak keberatan Ia mengelus punggung gadis itu.
"Gue capek Ro, gue nggak kuat hiks. Gue nggak mau keluarga gue hancur hiks."
"Nadia lo tenang. Nyokap lo hancur, nangis terus kan gara gara Bokap lo, apa lo tega liat mereka bareng tapi yang satu terus tersakiti. Mungkin emang udah semestinya Bokap lo yang pergi," ucap Alvaro.
Nadia mendongak, menghapus airmata yang ada di pipinya. Tangan Alvaro terulur untuk menghapus air matanya juga. Belum sampai, Nadia melangkah mundur.
"Cowok emang nggak bisa ngertiin perasaan mereka cuma bisa pake logika, lo seharusnya bisa nenangin atau seenggaknya menghibur bukan malah lebih nakut nakutin Alvaro, gue nggak mau mereka benar benar pisah."
Alvaro mengaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Yah salah omong nih.
"Gue minta maaf, gue bakal nurutin semua kemauan lo asal lo nggak nangis lagi, mau apa" ujar Alvaro.
"Ayo bolos."
Alvaro membesarkan kedua bola matanya, ini beneran Nadia atau jiwa gadis itu terasuki hantu penunggu taman. Biasanya Alvaro yang akan mengajak gadis itu bolos tapi sekarang...
****
"Mau makan apa lo," tanya Alvaro. Mereka jadi bolos, Nadia meminta cowok itu untuk meneraktirnya, abis nangis butuh tenaga lagi.
"Terserah, samain kayak punya lo deh."
"Okeh gue pesen dulu ya."
Nadia mengangguk, memain mainkan jarinya sembari menunggu Alvaro kembali.
Alvaro kembali, Ia meraih tangan Nadia. Mengenggamnya.
"Kapan lo mau nerima gue sebagai pacar lo digantungin mulu gue Nad," ujar Alvaro yang berniat untuk bercanda.
"Besok aja Ro, lo tau sendiri mood gue swing gara gara permasalahan keluarga." Nadia sebenarnya juga sudah merasa nyaman dengan Alvaro, namun Ia tak berpikiran ini adalah waktu yang tepat untuk menjalin hubungan apalagi jika menginggat Ibunya yang pernah berkata kalo dirinya hanya bisa kelayapan, bodoh, Nadia ingin memperbaiki itu semua sesungguhnya, tapi sekarang saja dia malah bolos.
"Maaf ya Roo, gu-gue nyaman kita kayak gini aja," timpal Nadia, merasa tak enak pada Alvaro.
Alvaro tersenyum.
"Nggakpapa kok, anggep aja lo udah nerima gue tapi lagi males ada ikatan aja, ya kan kalo pacaran jadi kayak ada batasannya gitu.
Senyum terbit di bibir manis Nadia.
"Makasih udah mau ngertiin gue Roo, jujur banget gue sekarang lagi nggak pengen sendiri." Nadia jujur banget. Ia ingin ada teman yang menguatkannya apalagi saat saat seperti ini.
Alvaro mengulurkan tangan, mengacak rambut Nadia.
"Gue nggak akan pernah bosen buat nunggu lo, ingat itu."
****
Perjalanan pulang.
"Roo jangan cepet cepet bawa motornya, kalo mau bunuh diri nggak usah ngajak ngajak gue, nggak elit nanti kalo gue mati arwah gue gentayangan." Nadia berpegangan pada baju Alvaro yang Ia pegang seuprit.
"Makanya pegangan."
"Hari ini lo mandi kagak."
"Cium aja sendiri."
"Ih ogah lo jarang mandi nggak mau gue ntar bibir gue gatal gatal jontor."
"Kata siapa sih gue jarang mandi?"
"Temen temen lo."
Alvaro mengumpat dalam hati. Awas aja kalian.
"Bukannya gue jarang mandi ya, kalo keseringan mandi pelet gue bisa luntur, eh maksudnya kehandsomean gue."
"Cepet pegangan." Alvaro menarik tangan Nadia untuk melingkar di perutnya. Ia mengelus tangan lembut gadis itu. Nadia menyenderkan kepalanya ke bahu Alvaro.
Saat akan terpejam, Mata Nadia tertuju pada mobil Bmw di depan motor Alvaro. Tidak salah lagi, Ia hapal betul itu adalah mobil Ayahnya. Jantungnya memburu, tiba tiba perasaannya tak enak. Firasat serta rasa ingin tahu mendesak Nadia untuk mengikuti mobil ayahnya.
Nadia menepuk nepuk pundak Alvaro.
"Roo ikutan mobil didepan jangan sampe keilangan jejak."
"Siapa."
"Papa."
****
Mobil Ayahnya terhenti di sebuah parkiran VVIP milik hotel terkenal di kotanya.
Nadia dan Alvaro mengintai dari belakang.
Seketika waktu seperti terhenti, degup jantung Nadia memburu, hawa sekitaran menjadi langit mendung baginya.
Ayahnya tidak sendirian, seorang wanita keluar juga dari sisi samping. Bukan bukan wanita, dari kejauhan Nadia bisa melihat bahwa perempuan itu mengenakan baju sekolah sma bahkan sama persis dengan miliknya.
"Monic."
Cahyono merangkul Monic dengan mesra, perangai keduanya seperti sudah menjalin hubungan yang lebih.
Nadia tak kuasa menahan airmatanya. Tak kuat juga untuk menahan rasa amarah akan sikap ayahnya yang sudah keterlaluan, apalagi Monic, Ia tak menyangka. Benar benar gadis murahan.
Tangannya mengepal, bersunggut sunggut. Alvaro mencoba mencegah untuk tidak bertindak gegabah.
PLAKKK...
Ahhh, Monic mengusap pipinya yang panas dari tamparan Nadia. Cahyono tersentak, ada apa ini kenapa Anaknya tau akan selingkuhannya.
"Monic lo lo udah keterlaluan, gue punya salah apa sih sama lo."
"Papa, papa tau nggak kalo dia seumuran aku sendiri pa, kenapa papa selingkuh sama dia sih, kurangnya mama apa." Nadia tak lagi membendung airmatanya lagi, membiarkan semuanya meluruh membasahi pipinya.
"Nadia, dengerin Papa Nad." Cahyono memegang pundak anaknya, menatap mata merah anaknya.
"Nadia lo apa apaan sih, maksud lo apa sih, dia bokap gue," ujar Monic.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO NADIA [COMPLETED]
Teen FictionAlvaro, Si Badboy sekaligus ketua geng motor Gervanest yang kepincut sama Nadia, gadis fuckgirl yang tersakiti. Kisah bermula saat Nadia ingin mendekati Alvano, kembaran Alvaro yang dingin dan cuek habis, Nadia tak pernah sekalipun menyangka Alvar...