Chapter 39

3.3K 258 16
                                    

Nadia membuka matanya perlahan. Wajah tampan Alvaro berada tepat di depan wajahnya, laki laki itu sedang tertidur damai sekali .Entah mengapa Nadia suka dan merasa ama. Tangannya merasakan sesuatu yang hangat, Alvaro mengenggamnya. tapi detik berikutnya Nadia juga bergidik ngeri dengan kepala Alvaro yang dipenuhi darah.

Nadia mencoba untuk duduk.

"Argh," erangnya yang membuat Alvaro terbangun. Kepala Nadia pusing dengan kilatan ingatan sewaktu di Club terlihat jelas di pikiran, dimana Ia sudah menolak beberapa kali ajakan TM untuk minum minuman keras namun malah berlanjut dicekoki dengan paksa oleh laki laki brengsek itu hingga sampai pada Nadia yang jadi liar pun itu semua dapat Nadia ingat.

"Lo udah bangun," ucap Alvaro.

Nadia mengigit bibir bawahnya sendiri, tak kuasa lagi membendung semua. Ia menutupi wajahnya dengan selimut.

"Hiks, gue cewek paling nakal mungkin didunia ini. Gue brengsek, gue bodoh, gue munafik, hiks." Nadia meraung sekeras kerasnya, melampiaskan segalanya, dadanya sesak. Ini semua terlalu sakit untuknya.

Alvaro duduk disamping Nadia, membawa kepala gadis itu untuk berada didekapannya, serta mengelus puncak rambut Nadia.

"Lo nggak salah Nad, gue yang salah nggak bisa jagain lo baik baik."

Nadia semakin menambah volume tangisannya, bukan marah ke Alvaro tapi karena bisa bisanya Alvaro begitu baik padanya padahal Ia udah nghindarin dia.

Nadia memukul dada Alvaro dengan sesenggukan. Kesal juga berterimakasih dalam satu waktu yang bersamaan.

"Kenapa lo masih aja baik sama gue masih perhatian sama gue, kenapa lo nggak masih ngejar gue, kenapa lo masih sok peduli sama gue, hah sedangkan lo udah dapat kembali apa yang lo ingin dari dulu, harusnya lo pergi dari gue Roo, kalo mau nyakitin perasaan gue tuh nggak usah tanggung tanggung. Jangan kembali. Cukup biarin gue sendiri, biar gue ikhlas ngelepas lo." Nadia menangis dan menangis hanya itu yang Ia mampu lakukan, menahannya bukanlah keahliannya Nadia lebih memilih mengeluarkan daripada memendam.

Alvaro mengernyitkan dahinya, Apa maksud ucapan Nadia, Ia tak paham. Apa Ia sudah menyakiti perasaan gadis itu?

Alvaro menjajarkan wajahnya dengan Nadia, hidung mancung mereka menempel. Alvaro menahan nafasnya, Nadia masih terus terisak.

"Maksud lo apa, gue cuma sayang sama lo Nad, nggak ada yang lain." Alvaro membawa tangan Nadia ke dadanya yang bidang.

"Gue cuma cinta sama lo Nad, disini cuma ada lo nggak ada yang lain."

Nadia mendorong badan Alvaro, tapi tak mempan. Justru Alvaro memeluk Nadia, dan meletakan kepalanya di ceruk leher gadis itu.

"Kenapa malam kemarin lo bilang ada urusan mendadak panik gitu taunya lo malah ketemuan sama cewek lain, menurut lo gue nggak bakal tau Roo, hiks, hati gue sesak Roo, hancur. Gue pikir lo beneran sayang sama gue nyatanya gue perannya disini cuma orang ketiga antara hubungan lo sama cewek itu alias selingan buat lo, hiks. Dan waktu itu Kak TM dateng nghibur gue, awalnya gue pikir dia baik tapi semua cowok sama aja. " Nadia hancur, dada seperti tertancap sesuatu yang amat tajam.

"Berarti gue sama kayak Jaehyun, Jaemin, Jeno..." ucapan  Alvaro terpotong dengan geplakan tangan Nadia di kepalanya.

"Ya enggak goblok, hiks, sempet sempetnya lo ngelawak."

Alvaro melepas pelukannya. Mengenggam tangan gadis itu. Nadia mengalihkan pandangan matanya yang merah sembab enggan menatap pria didepannya.

"Dengerin gue, gue mau jujur buat semuanya." Alvaro menyibak rambut yang menutupi wajah Nadia, mengelus pipi gadis itu, Nadia memegang tangan Alvaro dipipinya, mereka saling menatap. Dari manik mata keduanya memancarkan cahaya yang sama, kangen.

"Gue takut lo salahpaham dan ninggalin gue, dia kembali. Alleta. Tapi gue nggak ada rasa apapun sama dia kecuali kasihan gue tetep sayangnya sama lo Nad."

"Kok bisa? Katanya dia udah meninggal?"

"Ceritanya panjang."

"Ya udah buat jadi pendek."

Alvaro menjelaskan semua kronologi tentang pertemuan kembali Alleta dengannya. Nadia manggut manggut, rasanya lega mendengar Alvaro tak berniat berpaling darinya.

Nadia tersenyum.

"Kenapa senyum? Baper ya" ucap Alvaro membuat Nadia mengalihkan wajahnya menjadi datar.

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang