Chapter 36

3.5K 263 21
                                    

"Abang emuach." Nadia dengan riang mencium pipi Narendra saat tiba di meja makan.

"Mamaa tisu." Narendra merengek minta tisu ke Nayla untuk mengelap bekas ciuman Nadia agar tak tetanus.

"Ih abang jahat ih." Nadia mencebikan bibirnya.

"Udah udah sarapan dulu Nad," pinta Nayla.

"Iya ma."

"Lo jadi cewek nyosoran banget, awas aja kalo lo kayak gini ke cowok lain." Narendra menatap tajam ke arah adiknya.

"Kalo nggak kayak gitu ya nggak langgeng," celoteh Nadia lirih yang sontak mendapat pukulan sendok oleh Narendra.

"Gue denger lo."

"Abang ih." Nadia merapikan rambutnya kembali dengan mengelap rambutnya juga yang sedikit terkena kuah sop dari sendok Narendra. Abang kampret.

"Bang."

"Apa."

"Ih galak amat kayak cewek lagi pms, anterin Adek ke sekolah ya." Nadia menatap Narendra dengan mata puppynya. Narendra mengernyitkan dahinya.

"Tumben minta anterin, stok cowok lo habis. Males ah gue sono minta para gebetan lo buat nganterin." Tolak Narendra.

"Ih nggak punya gebetan dedek, kan dedek udah taubat bang, Ya ya plis anterin." Nadia nglendot di lengan Narendra.

Nayla yang melihat interaksi kedua anaknya pun senang, bibirnya melengkung arti bahagia. Akhirnya Ia masih punya keluarga kecil yang bahagia walaupun suami sudah pergi meninggalkannya. Jika saja dulu Ia tak terlalu cepat mempercayai Cahyono yang mengaku masih lajang padahal sudah beristri mungkin semua ini tak serumit ini, penyesalan seumur hidupnya. Tapi Ia tak akan pernah menyesal telah melahirkan Nadia dari rahimnya, anak dari pria yang selalu memberikan tekanan batin selama 17 tahun ini. Hingga akhirnya Ia mampu terlepas dari jeratan iblis. Nadia jugalah yang menjadi alasan kuat Nayla mempertahankan hubungan penuh durinya. Nayla akhirnya tahu status Cahyono setelah 2 bulan menikah tapi saat itu dokter memberitahu bahwa dirinya sedang mengandung hingga hari hari Ia jalani dengan Cahyono yang lebih mementingkan keluarga pertama, jarang pulang, kdrt sudah menjadi hal biasa, betapa mulianya perjuangan ibu. Sudah kalian memberikan ibu kalian yang terbaik?

"Udah Ren anterin aja Nadia ke sekolah lagian kamu juga kuliahnya siangkan," titah Nayla.

Narendra menghela nafas. Mau tidak mau ya harus mau.

Setelah sarapan Nadia mengeret Narendra yang masih memakai jaket dengan terburu buru.

"Cepat bang sejam lagi, dedek telat nih."

"Bentar, kalo nggak sabar bawa mobil sendiri. Lagian mang ucup kok nggak balik balik sih dari kampung."

"Maklumin aja bang mungkin Bang Ucup masih kangen kangenan sama istrinya di kampung."

"Sotoy lo," ucap Narendra sinis.

"Eh enak tuh, bagi duit dong bang buat beli soto." Nadia memalak Narendra dengan muka yang bukannya memelas malah songgong.

"Enggak ada," balas Narendra singkat.

"Mamaaa," teriak Nadia sebelum mulutnya dibekap Narendra.

"Dasar cepu lo."

Nadia nyengir bahagia karena abangnya membuka dompet tanda tanda mau ngasih nih.

"Nih, nggak usah bilang makasih udah tau." Uang 500 rebu pun berada digenggaman Nadia.

Nadia mengernyitkan dahinya.

"Ngelawak nih anak. Bang lagi dong segini mana cukup beli siomay aja kurang. Sini sejuta." Kebiasaan Nadia kalo dikasih jantung suka minta tahi.

"Lo beli siomay apa beli abangnya yang jualan."

"Ah kurang tetep."

Huft dengan amat terpaksa dan batin tertekan Narendra memberikan lagi uang tambahan sesuai request Nadia.

"Makasih abang jadi makin cinta deh dedek."

"Gumoh."

"Bentar jangan bergerak Nad pose secantik mungkin," pinta Narendra. Nadia pun menurut dengan berpose didepan pintu bak model iklan rexona.

"Kenapa bang, mau buat sw ya pasti bangga banget punya adek cantik, glowing, shinning shimmering splendid," ujar Nadia dengan bangga.

"Nah selese."

"Selese apa."

"Lelang lo di toko barang bekas online."

"Contoh anak anjing, contoh anak anjing."

"Nadia."

Bukan suara Nadia maupun Narendra ,itu suara TM, tuh anak udah nunggu dibawah mau nganterin tidak lupa saingannya Alvaro yang memanggil Nadia dengan sebutan.

"Bunda," ucap Alvaro.

Demi apapun Nadia paling tidak suka dengan sebutan ayah bunda, rasa ingin mengeksekusi mati Alvaro.

Alvaro masih gigih memperjuangkan cintanya walaupun tadi malam ya kalian tau sendiri, sudah dibilang Nadia tak suka. Pentingnya menjauhkan diri dari virus bucin.

"Ekhem katanya nggak punya gebetan," nyinyir Narendra.

"Cuma temen."

"Alhamdulillah nggak jadi nganterin lo,bye." Narendra pergi kembali ke kamarnya.

Nadia turun.

TM maupun Alvaro menghampiri dengan cekatan.

"Berangkat bareng gue aja." Ucap keduanya serentak.

Nadia melirik sekilas Alvaro. Lalu beralih ke arah TM.

"Kak gue bareng lo aja." Nadia naik ke motor TM.

Motor TM melaju duluan meninggalkan Alvaro ditempat.

"Cie sadboy," teriak Narendra dari balkon kamarnya pada Alvaro.

****

"Alvaro!" Panggil Alleta pada laki laki yang punya nama itu.

Alvaro beserta jajaran gengsnya dibuat syok kaget, untuk Alvaro kagetnya sih kurang, jika yang lain kaget gara gara si cewek hidup lagi Alvaro kaget tuh cewek sekolah lagi disini, bisa dipastikan akan runyam.

"Zombie, jangan dekat dekat." Haikal merentangkan tangannya menghalangi Alleta yang akan menghampiri Alvaro.

"Hantu, bismillahirrohmanirrohim Allahumma barriklana fima rozaktana wakina a'dabanar amin," ucap Reno reflek.

"Paan sih kalian." Alleta menabrak pundak keduanya hingga keduanya sontak terngangga.

"Manusia beneran." Haikal menampar pipi Reno.

"Sakit nggak Ren."

"Ya sakit goblok."

"Berarti kita nggak mimpi."

"Alvaro, gue kembali sekolah disini biar kita bisa bareng terus kamu seneng nggak." Alleta tersenyum dengan wajah sumringah.

Alvaro tak menjawab dan pandangannya bertemu dengan Nadia didepan kelasnya sedang menyapu.

Alleta yang tak mendapat respon dari Alvaro menempelkan tangan laki laki itu di dahinya.

"Demam Aku udah turun, kamu nggak usah khawatir." Ucap Alleta manja. Bahasanya pun Aku kamu bukan lo gue lagi.

Nadia makin marah dan jengkel, Ia membanting sapunya dan masuk kedalam kelas.

"Terusin gue lap papan tulis aja."

"Nad papan tulisnya kan bersih udah dibersihan sama Samsudin."

"Bodoamat, lap lagi biar makin glowing."

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang