"Gue pengin lo bisa ngerubah sifat kembaran gue jadi semula lagi," Alvano menaruh harapan yang besar pada Nadia.
Nadia menyeruput jusnya lalu mendesah.
"Gue nggak yakin, gue bisa, mungkin sikap Alvaro ke gue akhir ini ya gara gara iseng aja, lagian orang kayak Alvaro susah ditebak."
"Tapi gue berharap besar ke lo Nad."
"Nggak usah berharap besar ke makhluk ciptaan Tuhan No, gue takut ngecewain."
"Gue kenal dia lebih dari siapapun, walaupun dia nakal Alvaro jarang banget ndeketin anak orang sembarangan."
Alvano meraih tangan Nadia, mengenggamnya dengan wajah penuh harap.
"Mau ya, please bantuin."
Nadia meringgis, rasanya tetap saja tak enak jika harus menolakkan kalo udah kayak gini.
"Iya gue bakal bantuin."
"Thanks Nad." Alvano tersenyum lebar, seperti sudah ada ganjalan yang lepas dari pikirannya.
💥💥💥
Hujan berhari hari menyebabkan genangan air dimana mana, begitu juga dengan Sma Rajawali yang tak luput dari banjir, air mulai memasuki kelas gedung bagian bawah, rasain.
Nadia mendesah kesal saat harus melewati lantai kelas bawah yang penuh lumpur sisa banjiran, dengan berat hati Ia harus melepas sepatunya, lalu menentengnya agar tak kotor. Sial, Nadia meruntuki kenapa sekolahnya tidak diliburkan saja, merepotkan. Murid murid harus membersihkan bersama, guru terima bersih, makasih. Untung saja Guru Sma Rajawali pengertian setelah selesai bersih bersih biasanya guru akan mentraktir murid muridnya dikantin.
Walaupun kelas Nadia berada diatas Ia masih harus lewat jalan situ.
DOR.
Seseorang tiba tiba saja memukul pelan bahu Nadia, membuat tangan terampilnya reflek mengeplak wajahnya dengan sepatu yang ada digenggaman Nadia.
"Anj.."
Nadia ngakak, muka Alvaro terkena sedikit lumpur dari sepatu cantiknya.
"Eh maaf maaf sengaja tadi, siapa suruh bikin jantungan."
"Aa perih," ucap Alvaro lebay, dirinya ndusel ndusel ke bahu Nadia.
"Sini sini gue lapin."
Nadia membersihkan wajah Alvaro dengan tisu, sedikit meniup matanya yang katanya perih.
"Eumm bau jigong," protes Alvaro.
Nadia membesarkan kedua matanya, lalu mengecek pernafasannya. Wangi.
"Enak aja lo." Nadia menabok bahu Alvaro dengan kencang hingga sedikit lagi laki laki itu akan njungkal tapi untung saja Alvaro pegangan Nadia.
Alvaro terkekeh.
"Ngapain disini?."
"Nunggu angkot lewat, lo nggak liat gue lagi binggung mau lewatnya gimana."
"Dih, dasar manja." Alvaro jongkok di depan Nadia.
"Lo mau ngapain ngejogrok didepan gue, minta didorong biar nyungsep?."
"Enggak gue lagi mancing."
"Mancing apa."
"Mancing keributan, puas lo, ya enggak lah. Buruan cepet naik ke punggung."
Nadia menatap punggung Alvaro heran, tak tau harus ngapain, gobloknya natural.
"Cepetan naik sih," titah Alvaro.
"Lo mau gendong gue? Yakin lo kuat, ntar rematik lo kambuh gak tanggung jawab ya gue." Nadia meragukan kemampuan Alvaro.
"Kebanyakan nanya deh lo bawel banget, untung sayang, cepet gih."
Nadia naik ke gendongan belakang Alvaro, dengan hati hati Alvaro melangkah dari lantai bawah hingga naik ke atas lantai atas sampai tepat di kelas habitat Nadia.
"Makasih ganteng." Nadia memberikan kiss jarak jauh sebagai rasa terimakasihnya untuk Alvaro karena laki laki itu sudah susah payah mengendongnya yang Nadia sadari cukup berat.
"Yang asli dong kissnya," Alvaro memajukan bibirnya, badannya condong ke arah Nadia.
Nadia meringgis jijik.
"Ih apaan sih lo najis." Nadia geli.
Alvaro terkekeh dengan ekpresi gadis itu yang membuatnya ingin selalu mengacak rambut gadis itu.
Alvaro mengulurkan tangannya.
"Mau ngapain lo," antisipasi Nadia, Ia tak mau rambut badainya pagi ini dirusak oleh si kamfret durjana.
"Gemes deh gue sama lo, jadi pen mbunuh." Alvaro beralih mencubit pipi Nadia.
"Aww gilaks ya lo, sakit tau."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO NADIA [COMPLETED]
Teen FictionAlvaro, Si Badboy sekaligus ketua geng motor Gervanest yang kepincut sama Nadia, gadis fuckgirl yang tersakiti. Kisah bermula saat Nadia ingin mendekati Alvano, kembaran Alvaro yang dingin dan cuek habis, Nadia tak pernah sekalipun menyangka Alvar...