Chapter 43

3.4K 236 58
                                    

Nadia kembali ke kelas dengan muka sembabnya. Membuat 2 sahabatnya saling bertanya tanya.

"Kenapa lo Nad," tanya Rahma khawatir.

"Nggakpapa lagi males aja," dalih Nadia, tak mau membuat sahabatnya cemas.

Rahma beralih duduk disamping Nadia, memegang bahu kawannya.

"Jangan bohong lo, gue temenen sama lo tuh udah dari sd lo nggak bisa bohong, lo habis nangis gara gara apa sih, bokap nyokap atau abang, jangan bilang lo habis putus sama Alvaro, hah." Rahma mencoba meneka neka, sebisa mungkin memaksa Nadia untuk bercerita, jika sedang sedih Nadia tidak mudah begitu saja cerita pada siapapun itu yang Rahma pahami, gadis itu lebih memilih untuk memendamnya sendiri hingga Rahma harus lebih ekstra dalam nyerocos agar tau permasalahan yang sedang Nadia alami. Sebagai sahabat yang baik Rahma tak akan tinggal diam.

"Jangan bahas Alvaro, gue salah besar ngira dia suka ke gue, alhasil tuh anak balik lagi ke cinta pertamanya."

"Hah busyet tuh anak." Rahma mengertakan giginya, "perlu dikasih pelajaran tuh cowok, nggak usah tahan gue Nad."

Padahal Nadia tak menahan Rahma sama sekali.

"Nggak ada yang nahan lo Ma, tapi gue minta lo diem aja jangan protes ke dia, toh selama ini juga gue nggak punya hubungan apa apa sama dia. Kalo gue merasa tersakiti disini, harusnya gue yang nyadar diri, gue itu yang sebenarnya sering nyakitin Alvaro duluan. Gue buta sama pengorbanan dia selama ini buat gue, dan setiap kali dia nembak, gue selalu nolak, and berakhir friendzone. Gue bodoh banget Ma jadi cewek ngga bisa bedain  mana yang tulus sama yang modus."

Rahma membuka roti, sarapan paginya lalu menawarkannya pada Nadia.

"Makan! Perjuangan itu butuh tenaga. Lo harus gantian perjuangin cinta lo. Lo juga harus ngerasain susahnya berjuang Nad, sebelum janur kuning melengkung bebas tikung. Gue yakin lo bakal bisa bikin Alvaro balik lagi ke Lo, yok semangat myBadgirl!" ujar Rahma memberi semangat.

"Nggak ah gue nggak bisa, emang semestinya itu begitu Alvaro sama Alleta dan gue disini sebagai peran penganti ketika peran utama lagi hiatus," ucap Nadia pasrah.

"Goblok! Letoy banget jadi cewek, cupu banget Lo. Lo nggak inget gimana perjuangan Alvaro selama 3 bulan terakhir ini sama lo  dan lo percaya gitu aja kalo tuh cowok menjauh dari lo cuma gara gara Alleta balik, gue yakin 1000.000 % disini ada yang nggak beres, lo harus minta penjelasan ke dia lebih lanjut Nad." Semangat dari Rahma terus berkobar, sedangkan Nadia ragu dengan dirinya sendiri, tak tau harus bagaimana lanjut atau diam saja. Merelakan kisahnya berakhir tanpa ending yang jelas atau memilih untuk ganti Ia yang berjuang.

"Gue pengennya..."

Belum selesai Nadia menjawab, Pak Panjul guru sejarah datang dengan ceria, para murid sudah siaga satu, tak aman jika guru ini cenggengesan tanpa dosa endingnya membagongkan. "Selamat pagi anak anak, mukanya pada ceria ceria sekali ya pagi ini cocok banget buat menerima sesuatu."

Wajah murid murid seketika bersinar, apakah yang akan guru ini berikan.

"Mau kasih apa nih pak," tanya Fernando, sang ketua kelas dengan girang.

"Yups, saya suka antusiasme kalian murid muridku tercinta. Hari ini bapak akan mengadakan ulangan dadakan karena besok 2 minggu lagi sudah mau Ulangan semester. Gimana suka kan? Bapak beri kalian waktu 5 menit untuk belajar." Pak Panjul keluar kelas.

Baru beberapa langkah guru itu menapakan kaki keluar, kelas sudah seperti akan pasaran murah dadakan, mereka sibuk mencari kutu buku yang punya catetan lengkap untuk gabung belajar. Ada yang sempet sempetnya buat contekan di lengan tangan, paha, rambut temannya, botol minum apalah asalkan tempat itu aman, nyaman dan tak mencurigakan.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang