Chapter 54

3.8K 271 68
                                    

Alvaro sebenarnya ingin sekali membalas pelukan Nadia, namun Ia sadar diri telah banyak melakukan kesalahan pada gadis itu. Jadi Alvaro akan mengingkari janjinya?

"Udah udah yah lepas," ucap Alvaro, Ia tak sengaja mendorong Nadia hanya agar gadis itu berhenti melepasnya.

"Awww." Nadia memekik kesakitan, kakinya sakit. Sontak Alvaro langsung menyalakan senternya, mengarahkan ke kaki Nadia.

"Lo jatuh dimana bisa sampe kayak gini ih, nggak ati ati banget." Alvaro menyobek kaos yang Ia pakai, membalutnya ke luka Nadia.

Nadia tersenyum menahan gembira.

"Sebenernya sih masih cinta cuma gengsi sama ego lebih tinggi, yakan," ujar Nadia.

"Ngomong apa sih nggak jelas gitu." Alvaro menyangkal.

"Udah ayo balik." Alvaro berdiri.

"Gue gimana, Nadia nggak bisa jalan kan kakinya luka," ujar Nadia manja.

"Nyusahin banget sih lo." Alvaro membungkukan badanya, "naik buruan."

"Galak banget sih, untung masih sayang coba kalo enggak udah gue tendang." Nadia naik ke punggung Alvaro.

Alvaro dan Nadia berusaha mencari jalan keluar, Alvaro terus berjalan dengan mengendong Nadia.

Nadia mengernyitkan dahinya saat Ia rasa jalan yang mereka tempuh itu itu saja.

"Alvaro lo ngerasa nggak, kayaknya kita udah lewat jalan ini deh tadi masa kesini lagi, berarti kita daritadi cuma muter muter doang dong."

"Nggak mungkin kita udah jalan jauh kok, cuma jalannya aja yang mirip namanya aja hutan."

"Bentar gue tandain dulu." Nadia menaruh gelang yang Ia pakai ke ranting pohon agar menjadi tanda.

"Ini udah gue tandain ya Var, kalo kita datang kesini lagi fiks kita jadian."

"Kenapa harus jadian?"

"Ya nggak kenapa kenapa pengin aja."

"Gila."

Mereka kembali melanjutkan perjalanan, Alvaro juga sebenarnya nggak tahu, cuma nurut insting sama hati kecilnya.

"Varo stop," teriak Nadia membuat telingga Alvaro berdenggung, Nadia teriaknya pas ditelingga soalnya.

"Ihh nih." Nadia mengambil kembali gelangnya dan memperlihatkannya pada Alvaro.

"Aaa kita tersesat, hikss," timpalnya.

"Udah diem jangan nangis, kita bakal bermalem disini, nggak mungkin kita ngelanjutin perjalanan lagi, mungkin besok kalo cahaya matahari udah ada kita bisa cari jalan keluarnya," ucap Alvaro.

Alvaro menurun Nadia dari punggungnya ke bawah sebuah pohon besar.

"Lo tunggu disini, gue mau cari kayu bakar dulu," tutur Alvaro.

Nadia membesarkan matanya, Ia sontak memeluk kaki Alvaro agar lelaki itu tak meninggalkannya.

"Jangan pergi, senternya tinggalin disini, gue takut gelap, hiks."

"Sebentar aja, gue nggak bakal ninggalin lo kok."

"Aaaa jangan pergi bawa gue juga dong, hiks, gue takut sendirian, aaaaa."

Alvaro mendesah pelan, harus membawa Nadia lagi di punggungnya. Mereka mencari kayu bakarnya tak jauh dari tempat tadi yang mereka putuskan menjadi tempat bermalam.

"Jangan ditiup leher gue Nadia! Geli." Alvaro orangnya gampang gelian, Nadia tak tau sikon malah ngeledek gimana nanti kalo Alvaro marah dan ninggalin dia.

"Jadi cowok kok gelian gitu sih, gelay banget."

"Diam Nadia, jangan gerak gerak lo itu berat tau."

"Astaghfirullah Alvaro, tahukah kamu bahwa sesungguhnya menyinggung berat badan pada  kaum hawa itu sesungguh adalah perbuataan keji."

Alvaro menurunkan Nadia.

"Gue mau ngiket kayunya dulu, lo diem jangan banyak gerak samping lo jurang..."

Belum selesai Alvaro memperingatkan, Nadia sudah menjatuhkan dirinya kejurang, tidak sengaja, Nadia tadi sempat terkejut karena tangannya ketempelan ulat bulu. Jadinya gadis itu oleng ke samping.

Nadia berpegangan pada akar tumbuhan dipinggir jurang sambil berteriak minta tolong pada Alvaro keras.

"Alvaro tolongin gue hiks, gue nggak mau mati duluan, gue belum ngawinin lo, hiks hiks tolong."

"Iya lo tahan dulu."

Alvaro merebahkan badannya ditanah, satu tangan berpegangan pada pohon yang kuat, satu tangannya lagi Ia ulurkan ke Nadia, untuk gadis itu gapai.

"Cepat pegang tangan gue."

"Nggak bisa nggak sampai, hiks hiks."

"Lo harus bisa kalo nggak lo bisa jatuh, lo nggak mau hidup."

Kata kata Hidup membuat Nadia sempat berpikir Ia pernah melakukan percobaan bunuh diri, hal konyol terbesit dalam jiwanya.

"Alvaro lepasin gue sekarang, nggak akan ada gunanya, hidup lo masih panjang, dan gue, gue rasa hidup gue cukup sekian aja."

"Lo ngomong apa sih."

"Lepasin gue sekarang, gue pengen mati aja, hidup gue udah hancur, gue pengin ngakhirin ini semua, lo benci kan sama gue? Nah sekarang waktu yang tepat buat lo balas dendam ke gue, gue nggak akan nganggu hidup lo lagi, lo akan tenang."

"Nggak Nad, itu yang kemarin kemarin itu bukan gue yang asli, Alvaro mencintai Nadia selamanya, gue sayang sama lo Nad, please berjuang, gue nggak mau lo mati."

Mata Nadia berbinar, dirinya masih agak tidak percaya.

"Lo bilang apa barusan?"

"Nadia, I can't stay alive without you, I miss you."

"Nggak bisa bahasa inggris; Pleasee Alvaro gue butuh kepastian, nggak usah bercanda, sempet sempetnya lo nghina gue yang remed terus mapel bahasa inggris." Harusnya itu kosakata yang sangat mudah begitu bodohkah Nadia?

"Gue suka, sayang banget sama lo Nad."

Tbc.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang