Semakin malam bukannya pada tidur, mereka malah semakin memeriahkan malam camping ini, ibarat kata berenang renang ke hulu berakit rakit kemudian, senang senang dulu nangis gara gara ujian kemudian. Ya because seminggu setelah ini mereka bakal menghadapi ulangan semester.
"Huamm." Nadia menguap.
"Huamm," sambung yang lainnya.
"Itu tolong yang nguap pertama didor biar kaget kalo nggak ditendang sampe nyungsep penyakit mengantuk itu menular," cetus Reno yang disahuti gelak tawa seseorang.
Nadia sontak membulatkan matanya.
"Udah ah gue bosen, mau tidur bye saja." Nadia bangkit menepuk nepuk pantatnya dari debu, Rahma yang ada dibawahnya jadi protes kesal, menarik Nadia untuk duduk kembali.
"Guys daripada kaya gini diem dieman, mending main truth or dare," cetus Haikal.
Mereka semua setuju. Dimulailah permainan truth or dare dengan botol yang sebagai alat penunjuknya.
"Okeh siap ya." Tandon sebagai perwakilan kedua kelas tersebut pun mulai memutar botol itu, botol berhenti__ untuk yang pertama kali menunjuk pada Alleta.
"Truth or dare?" tanya Lasmi, si anak 12 IPA 2.
"Truth" jawab Alleta singkat, Ia masih malu malu.
"Siapa cowok disini yang lo suka?" tanya Lasmi.
"Alvaro" ujar Alleta dengan menahan senyum.
Di soraki dengan kata kata cie membuat gadis itu tambah melting.
"Wuihhh pemberani banget berani nyatain perasaannya langsung."
Permainan berlangsung sangat berisik sampai menganggu Pak Dandang dan Bu Melody yang ada ditenda sedang bercocok tanam, maklumkan saja si tua pengantin baru ini, perpaduan teriakan cempreng Rahma yang mengelegar dengan suara bariton Haikal turut adil menambah keberisikan bersama dengan para serangga malam. Hingga sampailah botol yang diputar melingkar, berhenti di Alvano.
"Wuhuuu ketua osis kita, truth or dare tos," tanya Haikal.
"Gue pilih dare," jawab Alvano.
"Ini baru gentlemen Kal, Dare lo cowok truth apa sih," ujar Reno dengan memberi jempol bawah pada Haikal. Haikal pun hanya menanggapi jeleh.
"Siapa first lopemu, kalo ada disini coba cium," tantang si Haikal pada Alvano.
Alvano berdiri, ini saatnya dimana Ia bisa menguji Alvaro. Alvano berjalan mendekati Nadia. Duduk disamping gadis itu, lalu memegang wajah Nadia untuk menghadapnya.
Nadia menelan ludahnya kasar, Ia jadi gerogi.
"Nadia, may I kiss you," ujar Alvano.
"Ayo ayo kissing, ayokk," sorak mereka menyemangati.
Nadia terpojok, jika Ia menolak sekarang Ia tak bisa membayangkan gimana perasaan Alvano nantinya. Mana rame lagi. Dengan amat terpaksa Nadia mengangguk, yang berarti Ia memperbolehkan Alvano menciumnya.
Ditempatnya Alvaro meremas bajunya, dadanya berdegup kencang. Mau gimana lagi, Alvaro tak bisa memungkiri bahwa sekarang Ia merasa cemburu.
Alvano mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu, semuanya tegang menunggu live. Nadia bisa merasakan degup jantungnya sendiri sekarang, matanya tak sengaja menangkap pemandangan Alvaro yang sedang menahan marah, dalam hati Nadia bersorak menang__ itu tandanya Alvaro masih menyukainya. Nadia jadi mendekat, mengikis jarak antara dirinya dengan Alvano. Kurang beberapa senti lagi bibir mereka berdua akan bertemu.
"Liat dia marah," lirih Alvano.
Tiba tiba saja, Alvano mendapat tinjuan di wajahnya dari kakaknya, Alvaro.
Nadia tersentak, tertawa puas dalam hati, bagaimana pun kerasnya Alvaro menghindarinya__Nadia tahu lelaki itu masih menyimpan rasa padanya.
Suasana jadi ricuh.
"Kenapa kak kok marah? Lo udah nggak punya hak cemburu ke Nadia, Nadia itu pacar gue" tanya Alvano dengan tampang songgong. Mungkin ini pertama kali bagi Alvano mampu membuat kakaknya tak berkutik.
"Ingat batasanmu Alvano, jaga sopan santunmu pada perempuan," ucap Alvaro mengelak, tak mungkin Ia berkata jujur memukul Alvano gara gara cemburu.
"Untuk apa, gue juga mau kok dicium Alvano, gue nggak ngerasa tersinggung," ujar Nadia, berniat menambah suasana jadi panas.
"Dasar lo cewek murahan," ujar Alvaro pada Nadia.
Nadia membulatkan matanya, memutar bola matanya malas, lalu mendekat mengacungkan jari telunjuknya pada Alvaro.
"Lo bilang gue murahan? Hah? Ngaca Alvaro lo itu pengecut, lo masih suka sama gue__ dan lo nggak bisa jujur sama perasaan lo sendiri, kenapa hah."
Alvaro terdiam. Nadia berjinjit untuk menyamai wajah Alvaro yang lebih tinggi untuk memaki laki laki itu.
"Lo itu pecundang, jangan sok keren. Bilang aja lo cemburu kan sama gue." Nadia berbalik.
"Alvano lanjutin darenya, gue siap dicium lo," ujar Nadia gamblang.
Cup.
Alvano tersenyum bahagia, akhirnya rencananya berhasil.
Badan Nadia tertarik ke belakang. Alvaro mencium Nadia.
Mata Nadia melotot kaget. Alvaro memegangi tengkuk gadis itu memperdalam ciumannya. Mereka yang nonton auto ngiler, cari pasangan juga dong. Yang jomblo cium tuh pohon!
Saat Nadia menikmati lumatan Alvaro, tiba tiba si penggangu datang. Alleta menghampiri keduanya dengan menangis.
"Alvaro kamu jahat, hiks." Alleta lari menuju tenda dengan tangis yang dapat didengar Alvaro.
Alvaro menyudahi ciuman itu, berbalik mengejar Alleta.
Nadia mencekal tangan Alvaro.
"Lo sebenernya cintanya sama siapa Alvaro, pilih salah satu dia atau gue."
Tbc.
Spam next.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO NADIA [COMPLETED]
Teen FictionAlvaro, Si Badboy sekaligus ketua geng motor Gervanest yang kepincut sama Nadia, gadis fuckgirl yang tersakiti. Kisah bermula saat Nadia ingin mendekati Alvano, kembaran Alvaro yang dingin dan cuek habis, Nadia tak pernah sekalipun menyangka Alvar...