Chapter 50

3.8K 280 96
                                    

"Gue nggak bisa jawab ini sekarang." Alvaro memfokuskan matanya pada tenda Alleta.

Nadia memutar bola matanya mata.

"Please Alvaro lo yang jelas, kalo lo masih suka sama gue bilang, kalo udah nggak usah juga bilang__ jangan kayak gini, plin plan banget nggak sih lo jadi cowok."

"Gue cinta Alleta," ungkap Alvaro.

Nadia mendengus kasar, hatinya kembali sakit.

"Nah gitu dong, sekarang lo nggak bisa cemburu ya. Deal ya jangan larang adek lo buat ngejalin hubungan sama gue," ujar Nadia menahan rasa sesak didadanya, gadis itu terlalu bodoh untuk menyembunyikan rasa lukanya, Nadia menangis didepan Alvaro.

Alvano menarik pergelangan Nadia, membawa gadis itu ke dekapannya.

"Gue cuma mau bilang ke lo, kalo gue nyesel punya kakak yang goblok kayak lo Alvaro." Alvano membawa pergi Nadia dari situ.

Alvaro hanya bisa diam menatap kepergian adik beserta orang yang Ia cintai berjalan berdampingan.

"Gue harus tegas sama diri gue sendiri."

****

Pagi pagi Alvano sudah dibuat panik akan keberadaan Nadia yang tak berada ditenda. Laki laki itu sudah mencari Nadia diseluruh penjuru hutan terdekat. Namun hasilnya nihil.

Takk.
Tiba tiba dari atas Alvano kejatuhan sebuah ranting, Ia mendongak ke atas. Matanya mendelik saat mengetahui Nadia sedang nangkring di sebuah batang pohon.

Alvano memandang Nadia dari bawah dengan cemas.

"Ngapain Nad, turun sini," ujar Alvano dengan panik, pasalnya cewek itu kini sekarang sedang manjat pohon beserta dengan tali digenggaman tangan gadis itu. Alvano takutnya Nadia khilaf melakukan tindakan yang berbahaya akibat cintanya ditolak.

"Alvano kamu ngapain disini, pergi gih gue lagi pengen sendirian," usir Nadia dengan mengibaskan tangannya.

"Nadia sayang, ayok turun, kalo nanti jatuh gimana."

"Nggak usah khawatir Vano, gue ini titisan bekantan kata abang gue, lagian gue cuma mau main main doang kok."

Nadia mengikatkan tali yang Ia bawa ke batang pohon yang kokoh, lalu membuat simpul dengan sebuah papan untuk Ia buat ayunan.

"Please ya sayang, jangan gantung diri, kamu terlalu muda buat bundir Nad, ntar arwah kamu gentayangan," tutur Alvano.

Nadia mengeryitkan dahinya, lalu tertawa keras membuat Alvano kebinggungan.

"Vano Vano, kamu apa apaan sih bisa punya pikiran kayak gitu, oh ya kamu disitu ya tangkap Aku, Aku mau loncat indah dari sini."

Alvano belum siap, Nadia sudah loncat dari atas pohon membuat badannya jatuh menubruk Alvano, Nadia menindih laki laki itu.

Tanpa mereka sadari Alleta dengan Alvaro melintas setelah mengambil air dari sungai, melihat itu membuat hati Alvaro panas, wajahnya memerah.

"Vano kamu ngapain sama Nadia," teriak Alvaro tajam.

Alvano tersentak, Ia segera bangkit namun Nadia menekan tubuh Alvano dengan tangannya agar cowok itu tetap ada dibawahnya.

"Kak, kita nggak ngapa ngapain, Nadia tadi..." ucapan Alvano terputus oleh bekapan tangan Nadia dimulutnya.

"Ih kalian ini ganggu kita lagi mesra mesraan deh, iyakan Sayang," ujar Nadia dengan mengedipkan mata menyuruh Alvano untuk mengangguk.

"Oh iya dong sayang," balas Alvano dengan senyum terpaksanya.

Alvaro mengepalkan tangannya, Nadia menangkap perubahan wajah Alvaro yang sangat signifikan itu membuat semangat Nadia untuk memanas manas Alvaro menjadi berkobar.

"Sayang tau nggak, Aku sedikit demam, coba deh pegang," ucap Nadia manja, Ia mengambil tangan Alvano untuk mendarat di dahinya.

Si Alvaro tambah kebakaran jenggot dong melihat adegan didepan matanya. Alleta mengenggam Alvaro, membuat muka Nadia sinis.

"Alvaro ini airnya mau dipake, kita harus cepetan," ujar Alleta, bilang saja mau menjauhkan Nadia dari Alvaro. Alleta sedikit tidak suka jika Alvaro lama lama bersama Nadia, Ia takut ditinggalkan oleh Alvaro setelahnya.

Jangan ngamuk upnya sedikit 😂. Jangan pelit vote meskipun begitu.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang