Chapter 31

3.8K 281 16
                                    

"Nadia dengerin Nak, Mama sama Papa nggak bisa kayak dulu lagi, dan Monic adalah anak kandung Papa."

Nadia tidak bisa menahan dirinya, Ia menangis memeluk kaki Ayahnya.

"Nadia mohon Pa, bilang kalo semua ini bohong, bohong kan Pa."

Alvaro mendekati Nadia, membujuk gadis itu untuk berhenti. Gadis itu tetap saja menangis semakin keras. Cahyono diam mematung.

"Inget ya Nad, lo itu anak yang tak diinginkan semua ini asalnya semua dari lo, kalo bukan Mama lo si janda anak satu yang kegatelan njebak Bokap gue, nggak mungkin Papa gue mau nikahin dia dan ninggalin Mama gue sama gue sendiri, 17 tahun Nad lo bayangin Nad gimana rasanya nggak punya bapak dan sekarang lo pengen ngrebut lagi Bokap gue. Hah nggak akan bisa. Inget ya ini sekali lagi, Bokap gue nggak pernah cinta sama Mama lo itu semua terpaksa. Camkan baik baik." Monic menendang Nadia, hingga gadis itu melepas pelukannya pada kaki Ayahnya.

Cahyono lagi lagi hanya diam saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Hingga Monic akhirnya mengungkapkan semua rahasia yang selama ini Nadia tak ketahui, Ia pikir keluarganya selama ini harmonis harmonis saja tanpa masalah kenapa semuanya terjadi begitu tiba tiba.

Cahyono jongkok, meraih dagu Anaknya, Nadia mendongak.

"Kamu anak Papa, Monic juga anak Papa. Dari kecil Papa udah ninggalin Monic buat kamu, sekarang gantian Monic yang butuh Papa. Papa harap kamu bisa nerima itu semua, Papa sama Mama akan resmi cerai. Kamu bisa nemuin Papa kapanpun kamu kangen." Setelah mengatakan itu Cahyono pergi bersama Monic meninggalkan Nadia yang menangis semakin kencang didekapan Alvaro.

Alvaro menyelipkan anak rambut gadis itu ke telingganya, menatapnya penuh kasih sayang serta kasihan.

"Mau balik." Alvaro mengelap airmata gadis itu dengan tangannya.

Nadia masih sesenggukan membuat Alvaro mengendongnya didepan.

****

Untuk membuat Nadia terhibur, Alvaro tak langsung mengantarkan gadis itu pulang. Ia membawa Nadia ke Pantai, dimana senja masih dengan jingganya.

"Gue yakin lo kuat Nad, lo pasti bisa ngelewatin ini semua." Alvaro tak pernah melepaskan genggaman tangannya pada gadis itu, "lo pasti bisa nerima semua ini."

"Roo, hiks." Nadia menyandarkan kepalanya di bahu Alvaro. Laki laki itu mengelus puncak kepala Nadia dengan lembut penuh perasaan.

"Gu-gue adalah penyesalan, buah dari kesalahan mereka berdua, mungkin gue emang nggak sepantasnya lahir di dunia ini. Adanya gue pasti jadi beban buat mereka terlebih lagi buat Mama. Gue seharusnya mati aja."

Alvaro mengajak Nadia untuk maju ke depan menantang deburan ombak.

"Nggak usah pernah berpikiran tentang mengakhiri hidup, Tuhan punya rencananya masing masing. Itu semua takdir. Lo harus bisa bangkit, maju, ngejalanin dengan ikhlas, lo sekarang masih punya Mama, lo pasti bisa ngebanggain beliau. Ayo berubah bareng."

Nadia menatap Alvaro intens, benar juga mengapa dia harus terus menangisi Ayahnya yang jelas jelas akan meninggalkannya, yang sekarang harus diperjuangin adalah Mamanya. Nadia bertekad akan berubah untuk lebih baik lagi.

"Nadia bakal banggain Mama, Nadia janji nggak akan jadi bandel, malesan. Pokoknya Nadia mau yang terbaik buat Mama."

"Alvaro, makasih." Nadia mendekat, memeluk Alvaro.

"Makasih karena lo selalu ada buat gue."

Alvaro mengelus puncak gadis itu, kemudian beralih mencium kening hingga akhirnya wajah mereka berdua saling berhadapan, mengikis jarak.  Nadia dapat merasakan hembusan hangat cowok itu beserta degup jantung dirinya dan Alvaro. Hingga bibir keduanya berpautan, Alvaro mengulum dengan lembut.

Cukup lama dengan pelukan keduanya yang semakin erat seakan tidak ingin kehilangan masing masing.

Nadia tersentak sadar. Ia menarik diri. Suasana menjadi canggung.

"Maaf, gue nggak bisa nahan diri," ucap Alvaro merasa bersalah telah melakukannya.

Nadia memegangi bibirnya.

"First kiss gue, hiks ya padahal udah gue jaga buat calon masdep, ih lo sih."

Alvaro mendelikan matanya, yang benar saja ini first kiss Nadia, padahal menurut informasi yang Ia dapat dari Haikal katanya mantan Nadia sudah tidak bisa terhitung dengan jari lagi jumlahnya.

"Yang bener ini first kiss lo. Mantan lo aja banyak masa sih nggak pernah."

Nadia mengernyitkan dahinya, lalu memukul lengan berotot Alvaro.

"Ya iyalah lo kira gue cewek apaan, mantan gue emang banyak tapi jangka waktu paling panjang sama Raka, sama Raka aja gue ogah. Lo berdosa banget Roo udah nyosor nyosor sembarangan."

Alvaro menyeringai.

"Gue kan calon masa depan lo, tenang aja gue bakal tanggung jawab buat anak kita nanti kok." Alvaro tersenyum jahil.

"Alvarooo!"

Nadia tak terima, hingga akhirnya mereka kejar kejaran seperti bocah lagi sampai sang surya sepenuhnya menenggelamkan diri diufuk barat.

***

Tbc.

Thanks yang udah support.

Yok bisa yok vote, nggak cuma ngintip doang. Ahahahah, secuil apresiasi yang Anda berikan itu sangat berarti buat penulis. Vote itu klik bintang dipojok bawah kiri ☆.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang