||MABB|| Apapun demi Nadia

4.8K 309 19
                                    

Nadia mengintip dibawah pohon, setelah beberapa kali usahanya sia sia untuk mendekati Alvano, itu tidak membuatnya menyerah begitu saja, apalagi jika dirinya tidak berhasil jadian seorang Alvano, itu akan menjatuhkan harkat, martabatnya sebagai seorang perempuan cantik, dahlah.

Nadia menatap tepat pada Alvano yang sedang berjaga jaga di depan pintu gerbang sekolah, tepat seperti dugaannya. Karena ini hari dimana Alvano piket untuk menghukum murid yang telat, Nadia mendapat bocoran dari Chika temen sekelasnya yang juga anggota Osis.

Jadi Nadia sudah menyusun rencana secara matang matang tadi malam sebelum tidur, itu juga tidak lepas dari pengaruh ledekan Rahma dan Wanda digrup chat wa yang isinya mereka bertiga, Wanda menagih janji Nadia yang katanya akan menjadikan Alvano sebagai pacarnya dalam waktu 2 minggu, sekarang sudah 5 hari setelah perjanjian dan progres pendekatannya hanya sampai disitu situ saja tidak ada kemajuan. Rencananya adalah nanti dirinya akan telat lalu pasti nanti Alvano yang akan menghukumnya, saat dirinya dihukum nanti Ia akan pura pura mati, canda guys, maksudnya pingsan biar nanti Alvano yang mengangkatnya ke Uks dan arghhh... pokoknya Nadia yakin dirinya bisa lebih dekat lagi dengan Alvano, seperti pepatah jawa "witing tresno jalaran soko kulino".

"Yak 1, 2, 3...."

Nadia menghitung detik detik gerbang akan ditutup oleh Alvano, sebelum Alvano pergi dari gerbang ke kelasnya Nadia dengan cepat berlari menuju gerbang yang sudah terkunci.

"Psssttt, psssttt," seru Nadia memanggil Alvano.

Alvano berbalik, pria itu menghela nafas malas sebelum akhirnya berjalan menuju gerbang untuk membukakan gadis itu.

"Hay," sapa Nadia dengan senyumnya yang khas, senyum lebar tanpa beban, ceria kelewat batas.

Entah apakah emang dirinya yang tertarik beneran dengan Alvano atau memang karena takut diejek Wanda gara gara tidak bisa jadian sama Alvano, Nadia yang biasanya rajin dan selalu mencoba menghindari pertemuan dengan guru Bk maupun penegak kedisiplinan lainnya kini berbeda bahkan dirinya saja niat telat hanya agar bisa bertemu dengan Alvano.

"Lo kenapa telat." Alvaro mengerutkan dahinya, agaknya masih tidak percaya, selama setengah tahun menjabat sebagai ketua Osis dirinya hapal betul wajah wajah yang telatan, suka bolos, maupun yang suka bolos ijinnya ke wc tau taunya nongkrong di kantin.

"Sepeda gue rusak, terus gue nunggu angkot kan terus nggak ada jadi gue jalan kaki, jauh tau." Nadia memanyunkan bibirnya, "kok gue nggak disuruh masuk sih, dibiarin gini aja terus," kata Nadia.

Alvano membukakan pintu gerbang. "Eits sini dulu, nama kamu?." Alvano mengeluarkan catatan kecilnya dan bolpoin untuk mencatat.

"Cie, ini pasti supaya pas ijab qobul dia nggak salah nyebut nama pasti nih."

"Nadia Salwa Cassandra, di Cassandra s nya double, jangan sampe salah," ujar Nadia.

"Oh, y, ." Alvaro hanya menanggapinya dingin.

Sebenarnya Alvano kenapa sih nih cowok orangnya pelit senyum banget Nadia merasa menjadi sokab banget karena senyum tanpa dibalas.

"Silahkan kamu sekarang lari ke lapangan, kamu dapat hukuman berdiri dibawah tiang bendera sampai istirahat pertama selesai."

Nadia melotot, seriously selama itu, dirinya meneguk salivanya kasar membayangkan wajahnya nanti yang terbakar terik matahari Ia tak rela skincare plus masker rutinnya nanti sia sia. "Okeh Nadia tenang ini semua nanti pasti ada hasilnya, tunggu saja."

🐛🐛🐛

"Eh tumben tumbenan si Nadia belom berangkat jam segini," bisik Rahma pada Wanda yang sedang menulis materi dari papan tulis, jangan heran mereka mau menulis itu semua mereka lakukan oleh sebab Bu Nana, guru mtk super killer.

ALVARO NADIA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang