Keluar kota

1.7K 82 3
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
'dan kamu adalah tuan yang kuharap tak akan mencari rumah lain untuk jadi pulang mu, dah kamu berkata bahwa kamu akan menepatinya'
.
.
.
.
.
.
.

"kamu dirumah hati-hati, jangan bukain pintu kalo ada yang malam-malam datang, jangan tidur larut malam, jangan makan daging sapi, jangan dengerin omongan mama, dan yang terpenting jangan gak rindu masnya," pesan Reza membuat Raziva mengubah rautn...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kamu dirumah hati-hati, jangan bukain pintu kalo ada yang malam-malam datang, jangan tidur larut malam, jangan makan daging sapi, jangan dengerin omongan mama, dan yang terpenting jangan gak rindu masnya," pesan Reza membuat Raziva mengubah rautnya menjadi sedih.

"Hai, kok mukanya makin jelek gitu sih, senyum lah," bujuk Reza membuat Ziva menghapus air matanya.

"Mas Reza kerja yang fokus, jangan lirik-lirik yang lainnya, ingat Ziva dirumah sendirian," pesan Ziva membuat Reza mengangguk.

"Mas berangkat ya, takut terlambat, gak enak sama yang lainnya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati di jalan," ucap Raziva menyalami tangan Reza, Reza mencium kening Ziva lalu mengusap pelan pucuk kepala istrinya sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah yang kini hanya berisikan Raziva seorang.

"Semangat Raziva, cuma dua bulan kok, mungkin," lirihnya sebelum akhirnya bersiap untuk pergi ke kantornya, sebenarnya perjalanan Reza keluar kota bukanlah suatu yang jarang, namun biasanya tak selama ini, mungkin hanya beberapa hari, atau biasanya paling lama seminggu, tapi lain halnya dengan saat ini, dua atau tiga bulan bukanlah hal yang sebentar.

Menghela nafasnya, Ziva menutup pintu dan bersiap untuk ke kantornya, meskipun biasanya diantar jemput oleh Reza, Ziva memiliki mobilnya sendiri, Ziva jadi merindukan mobil kesayangannya itu, ia ingat betul bagaimana ia bekerja keras untuk membeli mobil sendiri, bukannya orang tua dan suaminya tak mampu, bahkan lebih dari mampu, hanya saja Ziva memang lebih suka membeli barang yang ia inginkan menggunakan uangnya sendiri.

***

"Liya kamu masih dirumah?"

"..."

"Oke aku jemput kamu, kak Bara juga bilang hari ini dia akan pergi meeting dari pagi-pagi sekali, jadi tidak bisa menjemputmu."

"..."

"Bukan begitu Liya, aku kesana ya."

Ziva mematikan panggilan dan menaruh ponselnya pada kursi penumpang, matanya menatap fokus pada jalanan yang cukup macet, hubungan Liya dan kakaknya Bara memang sedang dalam kondisi tidak baik, Bara yang sibuk mengurus perusahaan keluarganya, dan Liya yang didesak orang tuanya untuk segera menikah karna umurnya yang tidak lagi muda, sebenarnya Ziva terkadang bingung apa yang membuat kakaknya itu menjadi begitu sibuk sehingga tak dapat melamar sahabatnya itu.

I'm (not) a NavilleraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang