Keyakinan

1.5K 66 4
                                    

Happy reading guys
.
.
.
.
.
'lalu putri lain datang menemui ku menyampaikan sebuah titah tentang kepercayaan'
.
.
.
.
.

"Bahkan hal hina seperti itupun harus kau umumkan?" Isak Ziva membuat bara maju dan memukul wajah Reza.

"Pukulan ini untuk kau yang membuat adikku khawatir seperti orang gila saat kau menghilang," ucap Bara sebelum kembali memukul wajah Reza.

"Ini untuk keberengsekan mu yang menyelingkuhi adikku!" Mengabaikan teriakan histeris dari semua orang, bara kembali melayangkan tinjunya.

"Dan ini untuk segala penghinaan dan rasa sakit yang dirasakan keluarga Stevanio, stelah ini datang kekediaman Stevanio, kita selesaikan masalah ini, antar keluarga, dan aku tak pernah menganggap ia keluargaku, kau tau maksudku!" Ucap Bara menunjuk Riana sebelum akhirnya pergi meninggalkan tempat itu dengan merangkul Ziva diikuti Liya dan terakhir Manda.

"Ziva Jangan pergi!" Teriak Reza berlari dan mencekal tangan istrinya itu.

"Kita selesaikan ini nanti, Ziva pamit, assalamualaikum," lirih Ziva mengambil tangan Reza yang mencelanya dan menyalami suaminya itu sebelum akhirnya kembali melangkah dengan tubuh lemah yang ditopang oleh Bara.

"Bodoh," ucap Manda yang sedikit menoleh membuat Reza mematung.

Ia benar-benar bodoh.

***

Sepanjang jalan pulang, Ziva hanya diam dengan wajah kosong menatap kearah jendela, sedangkan disampingnya Bara mengendarai mobil dengan hening pula, memang benar saat pulang Ziva memutuskan untuk pergi bersama Bara, sedangkan mobilnya dibawa Manda, Liya mengendarai mobilnya sendiri, hari ini juga Ziva memutuskan untuk langsung pulang ke kota mereka, sedangkan masalah kerja samanya dengan Abian, biarlah itu menjadi masalah keluarga Adelard, hah bahkan sangat sulit untuk meyakinkan hatinya bahwa ia masih bagian dari keluarga Adelard.

"Ziva kakak tidak akan mencampuri urusan keluarga kecilmu dalam hal ini, ini adalah hal yang hanya bisa diputuskan oleh hatimu, hanya saja, kakak ingin kamu selalu ingat bahwa kamu juga bagian dari keluarga Stevanio, jangan takut jika kamu ingin marah, jangan ditahan jika kamu kecewa, kamu masih bagian dari keluarga Stevanio, mengerti?" Pelan bara menepuk pundak rapuh adiknya itu.

"Iya, Ziva hanya terlalu sedih dan kecewa saja, tak pernah terbayang jika..jika-"

"Jangan dilanjutkan jika kamu tidak ingin, kamu tak punya kewajiban apapun pada siapapun untuk menjelaskan perasaanmu, itu milikmu dan itu hak mu!" Tegas Bara membuat Ziva terenyuh.

I'm (not) a NavilleraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang