Happy reading
.
.
.
.
.
" Bagaimana jika semua yang kau ketahui hanyalah rekayasa?"Ziva berdiri menatap satu buah lukisan besar di hadapannya, ia ingin menangis, tapi tak ada satu tetes air mata pun yang keluar dari matanya, hanya ada kekosongan yang terpancar di sana. Dihadapannya sepasang suami istri tampak memangku seorang anak perempuan berambut kecoklatan, sangat cantik dengan wajah blasteran nya itu, kulitnya yang putih, dengan senyuman yang sangat cantik.
Ziva membaca sebuah kalimat yang tertera di bawah foto itu, terdapat 3 buah nama yang sudah ziva ketahui kedua orang yang ada di sana, namun sebuah nama yang terletak di akhir membuat ziva bingung.
Ashana amoura Damien.
"Dia adalah ibumu, ziva," ucap seorang wanita paruh baya yang baru saja datang membawa sebuah kotak berukuran sedang di kedua tangannya, Karina, neneknya.
"Tapi bukankah nama ibu-"
" Ayo kita bicara sambil duduk," ucap Karina tersenyum memotong ucapannya, ziva hanya bisa mengangguk mengikuti langkah wanita tua itu yang membawanya pada sebuah ruangan yang cukup luas dengan dinding ber cat putih abu-abu dengan sofa di sana, mereka duduk berhadapan.
" Kau sudah dewasa ya, sayang sekali aku tidak bisa melihat mu lahir dan hanya bisa bertemu denganmu di saat kau sudah sebesar ini, apa saja yang sudah kau lewati selama ini?" Karina bertanya dengan nada lembut, dari kedua mata wanita itu, ziva dapat melihat sebuah penyesalan dan kesedihan di dalamnya, namun ia selalu melihat sosok Karina yang tersenyum, mengingatkan ziva akan dirinya sendiri, betapa ironisnya.
" Kebahagiaan lalu kehilangan, hanya itu." Ziva menatap lantai, tak mampu menatap wanita penuh kehangatan itu, yang entah mengapa selalu mengingatkan ia akan bundanya, mungkin karna Karina adalah ibu dari bundanya, otomatis wajah mereka terkadang terlihat sedikit mirip, atau mungkin memang begitu.
" Sayang, banyak hal yang pasti ingin kau ketahui, bertanyalah, dan kamu akan mendapatkan jawabannya."
Ziva terpaku sesaat mendengar ucapan dari neneknya itu, tawaran yang ditawarkan oleh Karina sangatlah menggiurkan, jawaban yang ia cari selama ini sudah di depan mata, jawaban yang dicari oleh kakaknya hingga mengorbankan nyawanya. Namun, entah kenapa lidahnya terasa kelu untuk sekedar bertanya, seakan ia takut akan jawaban apa yang akan ia dengar nantinya.
Tentang kenyataan pahit ini, apakah ia akan sanggup, ziva menggenggam rok yang ia kenakan, wajahnya kini terangkat menatap Karina yang tersenyum melihatnya, akhirnya cucunya itu menatapnya.
Dan ziva mulai bertanya,
"Siapa nenek, keluarga Damien, dan juga... ibu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Navillera
RomansaIstri mana yang akan rela saat suaminya dipaksa melakukan poligami oleh ibu mertuanya, begitupula dengan Stevani Raziva, wanita yang sudah menjalani kehidupan pernikahannya selama 2 tahun namun tak kunjung diberikan seorang anak. "Mama rasa Ziva ta...