Kontrak Bogor

1.7K 69 4
                                        

Happy reading guys
.
.
.
.
.
'lalu sebuah cahaya datang kepadaku, membawaku untuk menemui mu'
.
.
.
.
.

"Wah pilihan ibu sangat bagus, pasti untuk anaknya ya?" Tanya seorang pelayan yang berada disamping Farah.

"Bukan, ini untuk calon menantu saya, anak saya akan menikahinya seminggu lagi." Senyum Farah tanpa menyadari bahwa Raziva baru saja sampai tepat dibelakang Bara dan Liya, dan ia mendengar semuanya.

"Mas Reza...apa maksudnya!"

***

"Ziva!" Kaget Liya dengan suara pelan kala menyadari bahwa Ziva sudah mendengar semua yang Farah katakan barusan, bahkan Bara terasa kelu hanya untuk menghibur Raziva saat ini, mengatakan semuanya akan baik-baik saja? Ziva bukanlah seorang bocah lagi yang biasa ia bujuk seperti saat kecil ketika wanita itu sedih.

"Seminggu...seminggu lagi?" Lirih Raziva dengan tangan yang menggenggam erat ponsel yang berada di genggamannya.

"Liya, lebih baik bawa Ziva pergi dari sini, biar aku yang menyelidikinya," ucap Bara sedikit membuat gadis yang berstatus pacarnya itu ragu, namun beberapa saat ia tersenyum singkat dan mengangguk seraya memapah Ziva yang seakan kehilangan segala tenaganya pergi dari sana.

***

Liya membawa Raziva menuju sebuah cafe yang berada dekat dengan lokasi itu, suasana disana juga lumayan tenang untuk membuat Ziva sedikit lebih tenang pula.

"Liya, apa menurut Liya sebuah pernikahan itu hanya ditentukan dengan berapa banyak keturunan yang akan didapatkan?" Liya tersentak mendengar pernyataan yang begitu menyayat hatinya itu, ia juga seorang perempuan, ia tau seperti apa perasaan Raziva saat ini, tapi itu bukan salah wanita itu, itu karna Reza...

"Ziva, udah ya, gak usah mikirin yang macem-macem, kita pasti bisa nemuin Reza dan minta penjelasannya, lalu semua akan kembali seperti semua kan?" Bujuk Liya membuat Raziva tersenyum dengan sangat manis, senyuman yang sangat tak ingin kita lihat disaat seperti ini.

"Jangan tersenyum seperti itu jika kamu kecewa, itu gak akan mengubah rasa sakit yang kamu sembunyikan," ujar Liya, namun Raziva malah mengembangkan senyumannya.

"Itu lebih baik dari pada menangis kan?"

"Ziva udah, kita cuma perlu nemuin Reza, gak akan terjadi apa-apa, oke?"

"Se-simple itu ya, aku rasa kali ini gak akan mudah untuk dilalui Liya," bantah Ziva menghilangkan senyumannya dengan membuang mukanya menatap jalanan yang ramai.

I'm (not) a NavilleraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang