Happy reading guys
.
.
.
.
.
"Lalu dia datang menempati istanaku, lagi!"
Saat ini, Raziva diam tanpa bisa mengucapkan apapun, sepulangnya mereka dari rumah Faro, kebahagiaan yang sebelumnya hinggap pada wajah Ziva, kembali terbang tanpa jejak kala melihat sosok yang sangat di hindari nya, Riana, berdiri di depan rumahnya bersama Farah."Mama?" Bingung Reza begitupun dengan Ziva yang tengah berada dalam rangkulannya, dengan tajam Riana menatap tangan kanan Reza yang tengah merangkul Ziva.
"Ngobrol di dalam saja mas," ucap Ziva tersenyum, dan melangkah untuk membuka pintu saat Reza menganggukkan kepalanya.
"Mama, Riana, silahkan duduk," ucap Ziva ramah dan berlalu untuk membuatkan minum untuk kedua tamunya, jangan lupa Ziva memang tidak ingin memiliki pembantu rumah tangga, meskipun ia wanita karir juga seorang nona muda, tapi Ziva ingin melakukan kewajiban sebagai istri mengurus dan melayani suaminya sendiri, baginya satu penjaga rumah saja sudah cukup untuk menjaga gerbang.
"Mama kenapa gak bilang mau datang?" Ucap Reza tersenyum pada Ziva yang tengah membuatkan teh hangat mengingat cuaca malam hari yang cukup dingin.
"Mas, kamu kok gak nemuin aku, aku juga istri kamu!" Kesal Riana, di dapur, Ziva yang mendengar itu menghentikan aktivitasnya yang tengah mengaduk teh, lagi-lagi hatinya terasa nyeri mendengar itu, Ziva bukanlah wanita kuat, dia hanya seorang yang berusaha untuk terus melangkah maju.
Mengabaikan rasa sakitnya, Ziva membawa nampan itu kembali menemui Farah dan Riana, sedikit menunduk untuk menyuguhkan teh itu kepada satu persatu orang, baginya itu bukanlah sesuatu yang memalukan sebagai tuan rumah, itu namanya sopan santun.
"Silahkan diminum," ucap Ziva mendudukkan dirinya di sofa yang ada di samping Reza, sedangkan Farah dan Riana duduk dihadapan mereka, sedari tadi Riana memperhatikan rumah mereka membuat Ziva bingung, namun tetap diam seolah tidak terjadi apa-apa.
"Langsung saja, kamu sudah tidak pulang beberapa hari ini membuat Riana merindukan kamu, anak nakal!"
"Ma, rumah Reza disini," ucap Reza berusaha mengendalikan emosinya.
"Kalau begitu aku juga mau tinggal disini!" Teriak Riana membuat Ziva mematung, wanita itu ingin tinggal di rumah mereka?
"Tidak bisa, ini rumah saya dan Ziva, lebih baik kamu tinggal bersama mama," tolak Reza menggenggam tangan Ziva menyadari raut wajah sang istri.
"Kamu tidak bisa seperti ini mas, aku juga istrimu, dan kamu lihat ini!" Teriak Riana mengeluarkan sesuatu dari tas Selempang miliknya dan menaruhnya dengan kasar diatas meja, rapat dihadapan Reza dan Ziva.
Benda itu, Ziva tidaklah bodoh hingga tidak mengerti apa maksud dari benda itu, alat uji kehamilan dengan dua garis di sana, dengan gemetar Ziva meraihnya, memastikan bahwa itu hanya halusinasi, bodohnya dirinya yang selama ini membohongi dirinya sendiri, Riana hamil?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Navillera
RomanceIstri mana yang akan rela saat suaminya dipaksa melakukan poligami oleh ibu mertuanya, begitupula dengan Stevani Raziva, wanita yang sudah menjalani kehidupan pernikahannya selama 2 tahun namun tak kunjung diberikan seorang anak. "Mama rasa Ziva ta...