Aku percaya

1.2K 53 7
                                    

Happy reading ges....lup u
.
.
.
.
.
.

(Aku saranin sambil denger lagu
'i believe' yang dinyanyiin sama Christina Perri.)
.
.
.
.
.
'dan memutuskan untuk terus mempercayai mu'
.
.
.
.
.

Liya sedari tadi sibuk menarik tangan seorang wanita muda untuk turun dari mobilnya yang kini terparkir di depan gedung perusahaan milik Adelard.

"Ziva ayo, kamu ini niat tidak sih, sekedar informasi kalo kita udah hampir satu jam diam disini," jelas Liya memanyunkan bibirnya.

"Tunggu sebentar, dia belum pergi," jawan Ziva membuat Liya mengernyit saat mendengar kata 'dia' yang di ucapkan oleh sahabatnya itu.

"Dia siapa?" Ziva menunjuk sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh dari mereka alih-alih menjawab pertanyaan Liya, sedangkan gadis di depannya mengalihkan pandangannya mengikuti arah yang di tunjuk oleh Ziva.

"Itu bukannya mobil punya keluarga si pelakor ya?" Tanya Liya yang hanya dibalas seulas senyum dari Raziva.

"OMG, Stevani Raziva kok bego sih, ayo kita gak bisa ngebuat tuh pelakor ngerebut suamimu lebih jauh, ayo ikut aku!" Seru Liya dan menarik Ziva sekuat tenaga untuk meninggalkan mobil.

"Liya udah, mending kita gak usah bikin masalah ini lebih runyam," ujar Ziva yang tak di hiraukan oleh Liya yang masih saya menariknya dengan wajah kesal binti marah dibayar emosi, bagaimana para saksi?

Sesampainya dilobi banyak yang memandang mereka dengan raut wajah khawatir, sedih, dan tak urung berbisik-bisik.

"Liya, kita balik aja yuk."

Mendengar permintaan Raziva membuat Liya menghentikan langkahnya dan melepas genggamannya pada jemari Ziva.

"Udah, gitu dong, niat gak sih pertahanan pernikahan kamu?" Tanya Liya pelan namun menusuk.

"Bu-bukan gitu maksudnya, hanya saja mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk bicara dengan mereka," cicit Ziva berusaha mengenyahkan rasa sakit yang selama ini memendam dalam hatinya hingga menimbulkan rasa sesak yang semakin bertambah tiap detiknya.

"Iya juga ya, waktu yang pas adalah di pengadilan dengan pandangan suamimu bersama wanita lain menggugat cerai kamu, apa perlu aku temani saat itu tiba?" Tanya Liya kemudian membuat Ziva sontak menggelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Kita temuin Manda," jawab Ziva membuat Liya tersenyum, itu karna Manda memberitahu kan pada mereka untuk menemuinya di ruangan Reza, tentu saja itu adalah ide pemikirannya bersama Liya, siapa sangka Riana juga datang di saat yang bersamaan, menarik.

I'm (not) a NavilleraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang