Hal yang dia lupakan.

1.6K 70 2
                                    

Happy reading guys
.
.
.
.
.
"Teruntuk sahabat yang selalu ada, kita hadapi bersama."

Liya menghela nafasnya, entah sudah berapa kali sejak pertama kali ia melakukan ini, Bara sudah pergi ke kantor, sedangkan ia diminta oleh Faro untuk tinggal di rumah Stevanio karna memang dia tinggal sendirian di kota ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liya menghela nafasnya, entah sudah berapa kali sejak pertama kali ia melakukan ini, Bara sudah pergi ke kantor, sedangkan ia diminta oleh Faro untuk tinggal di rumah Stevanio karna memang dia tinggal sendirian di kota ini.

"Awalnya Manda..." Bisiknya membayangkan satu persatu pengalaman cinta yang ada di persahabatan mereka.

"Lalu Ziva?" Tanyanya sendirian menatapi taman bunga milik mendiang nyonya besar Stevanio.

"Selanjutnya, siapa?" Lirihnya menatap mawar putih yang ada di hadapannya.

Liya terkadang berfikir, mengapa mawar yang begitu indah sangat cepat layu, sama halnya dengan kebahagiaan, kenapa terasa sangat singkat, ataukah itu karna dirinya yang kurang bersyukur?

"Akhem, boleh saya duduk?" Liya menoleh saat mendengar suara bariton di belakangnya, Regas.

"Silahkan." Regas tersenyum dan duduk tak jauh darinya, hanya sedikit berjarak sebagai rasa hormat dan menghargainya, ya, lama mengenal keluarga Stevanio membuat Liya mengetahui banyak mengenai sifat utama keluarga itu, kesopanan.

"Sedang memikirkan apa?" Tanya nya membuat Liya menoleh dan menggeleng.

"Jangan berbohong, anggap saja aku kakak laki-laki mu," ucap Regas menatap Liya, gadis itu menghela nafasnya.

"Aku rasa, banyak hal yang terjadi tidak sesederhana kelihatannya, seperti ada hal besar yang bersarang di baliknya," ucap Liya membuat Regas menatap lurus pada mawar putih yang tadi di amati oleh Liya, gadis itu kembali menatap mawar itu.

"Ya, seperti setangkai mawar putih di antara mawar merah ini, aku rasa nyonya besar Stevanio juga merasakannya," ucap Regas membuat Liya sontak menoleh.

"Maksudmu?"

"Liya, kadang kala kau harus sadar bahwa dunia tidak sesederhana yang kau kira, bahwa dunia tidak hanya berputar di kita," ucap Regas, mengamati bunga-bunga di sana.

"Aku tau, dan kau juga tau sesuatu, bisakah katakan padaku?"

"Taukah kamu berpura-pura tidak tau, terkadang akan lebih aman." Liya menggeleng, mungkin awalnya begitu, mungkin tadinya begitu, tapi kelihatannya sekarang sudah tidak bisa, kebenaran harus terkuak secepatnya.

"Tadinya begitu, inginnya begitu."

Keduanya terdiam cukup lama, hingga pada akhirnya Regas terkekeh pelan membuat Liya lagi-lagi menoleh pada pemuda itu.

"Apanya yang lucu?"

"Tidak ada, sejak awal aku tau bahwa kamu akan sadar dengan semua keanehan di keluarga ini, bukan hanya keluarga ini, tapi setiap keluarga ternama, tidak ada dari mereka satupun yang tidak memiliki masa lalu kelam," ucap Regas membuat Liya bingung, namun beberapa saat kemudian gadis itu mengangguk, tanda ia mengerti.

I'm (not) a NavilleraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang