Gunung Merapi Ziva

2.1K 71 1
                                    

Happy reading guys
.
.
.
.
.
.
.
.
'kemudian kamu menghilang begitu saja, membuat segala pemikiran berkecamuk di pikiranku'
.
.
.
.
.
.
.

"kak, Ziva sendirian nih dirumah, mas Reza keluar kota, jalan yuk, semenjak Ziva nikah udah jarang jalan berdua kakak lagi," bujuk Ziva yang kini tengah berada di rumah orang tuanya, rumah lamanya ketika belum menikah, Bara mendengus kala mendenga...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kak, Ziva sendirian nih dirumah, mas Reza keluar kota, jalan yuk, semenjak Ziva nikah udah jarang jalan berdua kakak lagi," bujuk Ziva yang kini tengah berada di rumah orang tuanya, rumah lamanya ketika belum menikah, Bara mendengus kala mendengar rayuan adik semata wayangnya itu.

"Dek, liat nih berkasnya numpuk, gimana mau jalan coba," Bara mencoba memberikan pengertian.

"Ih kakak mah nyebelin, yaudah jadiin aja berkasnya adek, atau sekalian aja tuh berkasnya dinikahin, biar gak jomblo dan ngegantungin anak orang, Ziva pengen ngajak Liya aja lah, siapa tau nanti ada yang naksir sama Liya." Bara membulatkan kedua matanya mendengar penuturan Ziva yang sangat ampuh, dirampasnya ponsel yang sedang Ziva genggam dan bersiap menelfon Liya, kekasihnya.

"Oke, kakak temenin kamu, jangan telfon Liya," pasrah Bara yang langsung disambut sorakan penuh kemenangan oleh Ziva, sedangkan Bara menghela nafasnya berat, meski begitu, tak bisa dipungkiri jika ia sangat menyayangi adik usilnya ini.

"Ziva tunggu di bawah ya, buruan turun!" Teriak Ziva yang baru saja menutup pintu kamarnya, Bara menggelengkan kepalanya melihat kelakuan wanita yang sudah berumur 23 tahun itu.

***

"Ayah, Ziva pergi sama kakak dulu ya!" Teriak Ziva bersemangat membuat terkejut Faro, ayahnya.

"Dek, gak usah teriak-teriak nanti ayah jantungan bisa nambah lagi berkas dikamar kakak," protes Bara yang baru saja turun selepas mengganti bajunya.

"Yaampun kak, kamu itu berdosa banget," dramatis Ziva.

"Oh gitu ya Bara, jadi kamu bukan takut papa sakit, tapi takut papa nyusahin, iya?" Tanya Faro curiga membuat Bara gelagapan.

"Eh gak gitu maksudnya ayahku sayang, maksud Bara itu, nanti kalo ayah kena serangan jantung gimana?" Bela Bara.

"Oh jadi sekarang ku doain ayah biar kena serangan jantung, begitu?"

"Haduh, bukan maksu-" Belum sempat Bara menyelesaikan kalimatnya, sebuah kompor yang entah datang dari mana menyela.

"Ya ampun kak, Ziva tau kok kalo kakak gak sabar buat dapat harta warisan ayah, tapi gak gini juga kali," ucap Ziva memanas-manasi keadaan, mungkin kini dua buah tanduk sudah bertengger di kepalanya, jangan lupakan ekspresi jahilnya.

"Benar begitu Bara?"

"Demi Allah ayah, bukan begitu maksudnya," frustasi Bara membuat Ziva dan Faro tertawa.

I'm (not) a NavilleraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang