Happy reading
.
.
.
.
.
"Senyum bisa palsu, tapi rasa itu nyata."Liya tersentak kala mendapati seseorang yang tak ia sangka berdiri di hadapannya. Ia baru saja keluar dari kantornya, penerbitan tempat ia dulu bekerja.
"Deliya Safira, lama tak bertemu," sapa seseorang di hadapannya, orang yang tak pernah Liya duga akan mendatanginya, apakah ini pertanda baik atau buruk, Liya menghela nafasnya berat, ia sudah tidak sanggup untuk menghadapi masalah baru lagi.
"Ada perlu apa kemari?" Tanya Liya langsung, mereka tidak dekat untuk hanya sekedar basa-basi, Liya paham dengan betul hal itu.
"Aku punya sesuatu untukmu," ucap orang di hadapannya itu seraya menyerahkan satu kotak berukuran sedang pada Liya. Gadis itu menatapnya dengan ragu, tak tau apakah ia harus menerima kotak itu atau tidak.
"Bukalah, lalu putuskan apakah kamu membutuhkannya," jelas seseorang itu seakan iya mengetahui apa yang tengah Liya pikirkan, dengan ragu tangan gadis itu perlahan menerima kota yang disodorkan padanya, membuka kotak itu perlahan.
Hal pertama yang ia lihat adalah secarik kertas yang telah usang berada di paling atas, Liya mengambilnya dan membaca beberapa kalimat di dalamnya, tangannya gemetar, ia kembali menatap seseorang di hadapannya.
"Ingin mengobrol denganku?" Tanya orang itu membuat liya mengangguk, kali ini, tampaknya ia bisa mempercayai orang di hadapannya.
"Ayo kerumah ku saja, ini akan panjang," ucap Liya membuat orang itu tersenyum dan mengangguk.
***
"Silahkan duduk," ucap Liya seraya meletakkan tas dan kotak di tangannya pada meja di hadapan mereka, orang di hadapannya ikut duduk di hadapannya.
"Rumahmu sangat nyaman," puji orang itu memandang interior rumahnya.
"Jadi...apa yang membuat kau menyerahkan 'ini' padaku, nona Sadea Aditama?" Tanya Liya to the poin, seperti yang tadi ia katakan, mereka bukanlah teman, atau bisa dibilang rival?
Entahlah, memikirkan itu membuat kenangan lamanya kembali lagi, ia memang tidak pernah ingin melupakan kenangan itu, tapi bukan berarti ia harus selalu diingatkan oleh kenangan bahagia itu yang entah mengapa saat ini terasa menyesakkan.
"Aku tau apa tujuanmu kembali ke kota Jakarta, aku juga tau apa yang ingin dan tengah kau perjuangkan. Jangan salah paham, aku bukan melakukan ini untukmu, aku melakukan ini untuk 'nya'," jelas Sadea menatap serius pada Liya yang balik menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Navillera
RomanceIstri mana yang akan rela saat suaminya dipaksa melakukan poligami oleh ibu mertuanya, begitupula dengan Stevani Raziva, wanita yang sudah menjalani kehidupan pernikahannya selama 2 tahun namun tak kunjung diberikan seorang anak. "Mama rasa Ziva ta...