Pulang

1.4K 56 0
                                        

Happy reading guys
.
.
.
.
.
"Jika kamu diberi pilihan yang sama buruknya, pilihan mana yang akan kau pilih?"

Seseorang menepuk pundaknya membuyarkan senyuman Raziva yang tengah menengadah pada langit, Ziva menghapus air matanya dan menoleh pada pelaku yang menepuk pundaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seseorang menepuk pundaknya membuyarkan senyuman Raziva yang tengah menengadah pada langit, Ziva menghapus air matanya dan menoleh pada pelaku yang menepuk pundaknya.

"Pak Abian?" Kaget Ziva melihat kejadian Abian disana, terakhir kali ia bertemu dengan laki-laki itu di Bogor pada peristiwa itu.

"Panggil Abi saja Raziva, kita sedang diluar pekerjaan," ujar Abian membuat Raziva mengangguk.

"Kalau begitu panggil Ziva saja, sendirian?" Tanya Ziva membuat Abian mengangguk.

"Ya, ada keluarga ku di kota ini yang sedang sakit, kau sendiri sama Reza?" Tanya Abian dengan ragu, takut menyinggung Ziva dengan nama yang kini terasa rentan.

"Ya, dia sedang mengantri untuk membelikan ku sate, mungkin sebentar lagi," ucapnya menoleh pada handphone di genggamannya saat terdapat panggilan masuk pada layar ponsel milik Reza.

'Riana'

Bukan hanya Raziva, namun juga Abian yang terdiam melihat nama itu, bagaimanapun secara resmi Riana masih tunangannya, itulah juga yang membuat Ziva dan Abian menjadi akur, kesamaan nasib percintaan.

"Itu handphone Reza?" Tanya Abian datar, Ziva mengangguk singkat.

"Tak usah diangkat," ucap Abian memandang lurus kedepan, Raziva menggeleng.

"Aku gak mau terus lari," jawab Raziva menekan tombol hijau pada layar, selanjutnya suara seorang wanita dengan manja menyapa Indra pendengaran mereka.

"Mas kamu dimana, gak pulang kerumah?" Ujar Riana manja di sebrang telfon.

"Assalamualaikum," ucap Raziva mengabaikan pertanyaan milik Riana.

"Ka-kamu!"

"Handphone mas Reza sama aku, ada perlu apa?" Tanya Raziva mencoba tenang, namun Abian melihat tangan wanita muda itu yang gemetar, Ziva kemudian mengepalkan tangannya untuk menghilangkan gemetar itu.

"Pasti kamu kan yang melarang Reza untuk pulang kerumahnya!"

"Rumahnya...rumah mana yang kamu maksud, rumahku dan mas Reza?" Tanya Ziva.

"Omong kosong, tentu saja kediaman Adelard!"

"Maaf, karna semenjak mas Reza menikah rumahnya bukan lagi di kediaman Adelard, dan rumahku juga bukan lagi di kediaman Stevanio, kami punya rumah tangga kami sendiri, terimakasih telah menelfon."

I'm (not) a NavilleraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang