Happy reading
.
.
.
.
.
"Aku tau ini jahat, tapi aku juga bukanlah orang baik. Semoga kau merasakan apa yang aku rasakan, sungguh."Ziva menatap sebuah rumah yang lumayan besar dari dalam mobilnya, rumah yang menjadi tempatnya dibesarkan, penuh canda tawa dan kebahagiaan mereka.
Masih dapat ia lihat taman bunga yang dipenuhi mawar kesukaan bundanya, kini hanya menjadi taman mati, semua mawar kesayangan bundanya mati, semuanya hancur. Masih dapat ziva lihat ayahnya yang menyambut kedatangan dirinya di depan pintu, kini pintu itu tersegel oleh sesuatu. Masih ia lihat pula bara yang menemaninya bermain di halaman rumah merek.
Kini, semua itu hanya kenangan yang hanya bisa ia ingat seumur hidupnya, mengingat bahwa keindahan dan kebahagiaan itu benar-benar pernah terjadi. Mereka semua pernah ada.
Kini, ia sudah membeli sebuah rumah sederhana, mobil, beserta keperluannya di Jakarta. Tidak, ia tak akan kembali menetap di kota kelahirannya itu, ia sudah memiliki tanggung jawab di Prancis. Ziva membelinya hanya untuk menjadi rumah singgahnya ketika di Jakarta. Entah mengapa, ziva yakin ia akan sering datang kesana.
Awalnya, ziva ingin membeli kembali rumah kediaman 'stevanio' yang kini dilihatnya, namun ternyata seseorang sudah lebih dulu membelinya, membuat ziva hanya bisa mengenangnya. Pernah terfikir untuknya untuk menemui orang yang membeli rumahnya guna melakukan negosiasi.
Namun identitas nya sangat di rahasiakan. Ziva tak ingin memikirkan nya, tidak ingin mencari tau lagi sesuatu yang tak diizinkan kepadanya untuk tau.
Raziva menutup kaca mobilnya, dan kembali melajukan mobilnya membelah jalanan. Memutuskan untuk mendatangi salah satu cafe untuk menenangkan dirinya, seraya meminum segelas capuccino dingin.
***
"Mama, papa, ayo!" Teriak seorang anak kecil menarik-narik tangan kedua orangtuanya yang sedari tadi bersitegang.
"Mas, bisa tidak sih beritahu saja siapa yang kau temui, semuanya akan selesai begitu kau mengatakannya," ucap sang wanita kepada suaminya.
"Riana, ini bukan urusanmu, dan kau tak punya hak untuk tau," ucap Reza, kepada wanita di depannya Riana.
Reno yang melihat kedua orangtuanya terus bersitegang mulai ketakutan, matanya berkaca-kaca, kedua tangannya hanya bisa memegang ujung bajunya.
"Aku istrimu mas!" Teriak Riana, wajahnya kini mulai memerah, matanya sedikit berair, sama seperti Reno, tapi sekuat tenaga ia tahan, ia tak boleh kalah, jika ia kalah, maka ia akan kehilangan semua yang ia miliki, persis seperti 'wanita' itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Navillera
RomanceIstri mana yang akan rela saat suaminya dipaksa melakukan poligami oleh ibu mertuanya, begitupula dengan Stevani Raziva, wanita yang sudah menjalani kehidupan pernikahannya selama 2 tahun namun tak kunjung diberikan seorang anak. "Mama rasa Ziva ta...