Happy reading guys
.
.
.
.
.
"Mungkin saat ini aku mulai sadar, bahwa kapasitas rasa cinta seseorang juga berbatas, dan itu terjadi padaku!""Kejutan!" Teriak Ziva saat keduanya duduk di pinggiran kasur, Ziva mengeluarkan bingkai foto yang sudah disiapkannya, Reza tersenyum, mengambil bingkai foto itu dan mengamatinya.
"Bagus, jadi ingat dulu, nostalgia yuk kapan-kapan ke sana," ucap Reza menoleh pada Ziva yang mengangguk antusias.
"Tenang aja mas, Ziva siap kapan aja," serunya semangat membuat Reza ikut tertawa.
"Oh iya, tunggu sebentar yah, Ziva ada nyiapin sesuatu yang lainnya, mas Reza tunggu di sini, jangan kemana-mana loh ya!" Ujar Raziva memperingati, Reza mengambil pose hormat membuat istri kecilnya itu lekas berlari keluar kamar untuk mengambil kue yang sudah dibelinya.
Di bawah, ia melihat pada Riana yang menatap tajam kearahnya, mengabaikan itu dan terus melangkah ke dapur, ia tersenyum melihat kue dengan ukiran cantik itu, segera dikeluarkannya dan membawanya untuk kembali keruangan.
"Masih belum menyerah?" Tanya Riana menghalangi langkahnya membuat Ziva mau tak mau berhadapan dengan orang ketiga di rumahnya itu.
"Kamu bertanya pada dirimu sendiri?" Tanya Ziva membuat Riana nampak kesal, namun dengan cepat ekspresi itu berubah menjadi ekspresi meremehkan.
"Jangan terlalu sombong, kamu yakin Reza akan lebih pilih kamu dibandingkan saya?" Tanya Riana membuat Ziva tersenyum.
"Menurut kamu, Reza bakal milih kamu?" Tanya Ziva balik semakin membuat Riana emosi, namun tak sampai di sana, Riana sedikit mencolek krim yang ada di kue yang kini dipegang oleh Ziva, memakannya dan tersenyum sini.
"Manis, tapi mungkin nanti rasanya akan berubah jadi pahit, nona Stevanio, dalam perut saya kini ada penerus Adelard, selama itu pula, Reza ada dalam kendali saya, bukan, tapi seluruh keluarga Adelard dalam kendali saya, alasan kamu masih bisa berada di rumah ini juga karna saya, jadi sebaiknya kamu tau di mana posisi kamu di mata saya, paham?" Tanya Riana melangkah maju dengan bersidekap dada.
Mungkin dimatanya Ziva adalah seorang istri yang lemah lembut yang selalu bersandar pada suaminya, namun tampaknya kali ini Raziva terkekeh kecil dan ikut melangkah maju, sejenak ia menaruh kue yang dibawanya di atas meja yang berada di samping mereka.
"Riana, mungkin kamu keliru akan banyak hal, biar saya beri tau, alasan kamu bisa berada di rumah ini adalah atas izin saya, sebaiknya, tolong di ingat, siapa kamu...dan siapa saya, mengerti sayang?" Ucap Raziva berbisik pada Riana, mengambil kue nya kembali, dan melangkah, namun saat berada di samping Riana, Raziva berhenti dan menepuk pundak Riana dua kali, Riana ber-decih, namun Raziva kembali melangkah dan mulai menaiki tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Navillera
RomanceIstri mana yang akan rela saat suaminya dipaksa melakukan poligami oleh ibu mertuanya, begitupula dengan Stevani Raziva, wanita yang sudah menjalani kehidupan pernikahannya selama 2 tahun namun tak kunjung diberikan seorang anak. "Mama rasa Ziva ta...