perjalanan liya

865 43 2
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
"Mungkin, meskipun ia tidak bisa meninggalkan panggung, ia bisa beristirahat sejenak,"

Seorang gadis duduk menikmati hembusan angin pantai yang menerpa wajahnya di sore itu, kakinya yang tak beralas langsung bersentuhan dengan pasir pantai yang terasa lembut di kakinya, jangan lupakan aroma ombak yang sangat khas mampu menenangkan p...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis duduk menikmati hembusan angin pantai yang menerpa wajahnya di sore itu, kakinya yang tak beralas langsung bersentuhan dengan pasir pantai yang terasa lembut di kakinya, jangan lupakan aroma ombak yang sangat khas mampu menenangkan pikirannya.

Tak seindah langit senja di kala itu, air mata gadis itu kembali menetes membasahi pasir, tanpa suara hanya ditemani suara ombak laut yang menjadi saksi rasa sakitnya. Ditangannya, secarik kertas digenggamnya dengan erat.

Butuh 1 tahun lamanya hingga akhirnya gadis itu kembali menikmati waktunya untuk berfikir, butuh 1 tahun lamanya hingga akhirnya gadis itu memberanikan diri untuk membaca pesan terakhir dari tunangannya.

Selembar kertas yang berisikan tulisan tangan yang begitu rapi, kini mulai terlihat usang.

"Liya, ayo pulang, mama udah mulai khawatir sama kamu tuh," ucap seorang laki-laki tak jauh darinya, gadis itu, Liya, menyeka air matanya sebelum akhirnya menolehkan kepalanya.

"Iya sebentar," ucap liya seraya berdiri membersihkan pasir yang menempel di tubuhnya, dimasukkan kembali secarik kertas di tangannya kedalam tasnya dengan hati-hati, seolah kertas itu membuatnya terhubung oleh sang penulis surat.

"Ayo," ucapnya tersenyum kala sudah berada di hadapan laki-laki yang menjemputnya, laki-laki itu adalah sepupunya, anak dari bibinya yang merupakan adik almarhumah ibunya, Andrio.

"Vany mana?" Tanya Liya menanyakan keberadaan istri dari sepupunya itu.

"Dirumah mama, tadi mama bilang rindu sama cucunya, jadi sebelum kesini aku ngantarin vany sama Raka kerumah mama," jawabnya, Raka merupakan anak dari vany dan Andrio yang kini berusia 1 tahun.

"Btw tumben mas bisa jemput aku, biasanya kan sibuk," sindir Liya seraya masuk kedalam mobil Andrio di susul oleh laki-laki itu yang duduk di kursi kemudi.

"Dokter juga butuh waktu sama keluarganya kali Liya," ucapnya seraya melajukan mobilnya menuju rumah Fatimah, ibunya, dan bibi dari Liya

Andrio merupakan seorang dokter bedah di salah satu rumah sakit di Aceh, itu membuatnya sangat sibuk hingga jarang memiliki waktu bersama keluarganya, meskipun begitu Liya tau Fatimah sangat bangga pada Andrio, meskipun bibinya itu bukanlah keluarga yang berada, tapi Andrio mampu mengangkat derajat kedua orang tuanya. Sepupunya itu memang sangat pintar hingga kadang dia begitu iri dengan kepintaran Andrio.

Sekedar informasi, sejak ia kembali ke Indonesia, belum sedetikpun ia melangkahkan kakinya di kota Jakarta, saat itu, ia berbohong pada Raziva tentang tidak ingin melarikan dirinya, nyatanya sehari sebelum keberangkatannya dengan Abian, ia meminta pada laki-laki itu untuk pulang ke Aceh, dan langsung di iyakan oleh Abian.

I'm (not) a NavilleraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang