Happy reading guys
.
.
.
.
.
"Yang akan semakin lama semakin menjeratmu, hingga kau benar-benar terikat!"
Pernahkah kamu berfikir bahwa waktu berjalan begitu cepat, hingga kamu bahkan tidak menyadarinya, atau mungkin juga tidak begitu. Dua Minggu sejak hari di mana semuanya terjadi, selama itu pula Ziva tidak menemui Reza, sebaliknya pun begitu, hari-hari ia habiskan untuk menjaga Faro yang masih dalam keadaan labil, lalu mengunjungi Bara sekedar membujuk laki-laki itu bersama Liya untuk bercerita, namun hasilnya selalu sama, hanya tatapan kosong yang mereka dapat, juga sebuah kata yang seakan-akan menyerupai rekaman suara yang akan terus berputar, tanpa bisa diganti."Pergilah!" Lagi dan selalu saja, perlahan harapan di kedua mata itu mulai sirna, menatap sosok di hadapannya dengan kecewa, dia Liya.
Sedangkan Ziva hanya duduk tanpa sepatah kata pun, seakan rohnya terpisah dari tubuhnya, pergi ke tempat yang jauh tanpa ia tau jalan pulang, Liya disebelahnya menatapnya, menggoyangkan tangannya tak sabaran.
"Ziva, bicaralah, bujuk dia, kenapa ia seperti orang bisu!" Tangis gadis itu mulai frustasi, Bara menatapnya, bibirnya seakan ingin mengucapkan sebuah kalimat membuat sebuah harapan di hati Liya yang memperhatikan bibir pucat itu menunggu sebuah kalimat yang ia harap akan menenangkannya, dan tentu saja, itu hanyalah harapannya yang pupus saat bibir itu kembali tertutup rapat, Bara kembali berdiri untuk meninggalkan mereka.
Selalu saja begitu.
"Kakak," ucap Ziva membuat Bara berhenti melangkah, sudah sangat lama sejak Ziva memanggilnya begitu, menimbulkan rasa hangat dihatinya, tanpa sadar bibirnya tersenyum, sayangnya tak akan ada yang melihatnya.
"Kakak gak akan ninggalin Ziva kan?" Tanyanya dengan kepala tertunduk, Bara merasakan kerongkongan nya yang kering.
"Ayah juga, kalian gak bakalan ninggalin Ziva kayak bunda kan, iya kan?" Tanya Ziva lagi, kali ini kepala terangkat menatap bahu lebar milik kakaknya itu.
"Ziva yakin kakak tidak akan begitu, besok adalah hari dimana kakak akan bersaksi di depan pengadilan untuk terakhir kalinya, kali ini...kakak akan mengatakan yang sebenarnya kan?" Ucap Ziva menggenggam tangannya dengan tersenyum, menguatkan dirinya sendiri, di sampingnya Liya sudah menangis tersedu.
"Tidak papa, Ziva percaya dengan kakak, Ziva tunggu hari di mana Ziva menjemput kakak keluar dari penjara, saat itu tiba, kakak harus kembali melindungi Ziva dan ayah ya," ucapnya mengambil tasnya dan berdiri, sedari tadi ia sudah menahan air matanya agar tidak terjatuh, Liya masih duduk, seakan-akan enggan untuk meninggalkan tempat itu, keduanya tersentak saat suara Bara kembali terdengar.
"Hiduplah dengan baik."
***
Air mata itu tak berhenti mengalir kala beberapa menit yang lalu Regas menelfon nya mengatakan satu hal buruk di antara yang lainnya, bagaimana bisa semua investor perusahaan Stevanio mencabut saham mereka, saham milik Stevanio pun mendadak jatuh hingga di titik terbawah, keadaan perusahaan kini sangat kacau, beberapa karyawan dengan terang-terangan meninggalkan perusahaan yang kini terancam bangkrut, dengan kecepatan tinggi Raziva mengendarai mobilnya membelah jalanan menuju perusahaannya, Faro kini membutuhkan perawatan intensif yang memiliki biaya yang tinggi, lalu kasus bara membutuhkan banyak biaya pula, Ziva tak akan membiarkan perusahaan Stevanio yang didirikan oleh ayah dan bundanya hancur begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Navillera
RomanceIstri mana yang akan rela saat suaminya dipaksa melakukan poligami oleh ibu mertuanya, begitupula dengan Stevani Raziva, wanita yang sudah menjalani kehidupan pernikahannya selama 2 tahun namun tak kunjung diberikan seorang anak. "Mama rasa Ziva ta...