Namun dinda terus saja berontak membuat vano memeluk dinda erat karena hal itu dinda terdiam. Dinda membeku tubuhnya melemas dan tak mengerti mengapa dia diam saja.
"Percaya gue din, gue ga punya pacar serius" ucap vano.
"Tapi kemaren lo pelukan sama cewe terus itu siapa kalo bukan pacar lo?" Tanya dinda.
Vano terdiam dan berpikir kejadian kemaren. Lalu vano melepaskan pelukannya lalu menggenggam erat kedua tangan dinda.
"Biar gue jelasin dia itu bukan pacar gue, dia itu adik kelas yang gue aja gatau dia siapa, terus kemaren dia minta bareng sama gue dan gue nolak karena gue cuman mau sama lo tapi dia maksa dan dengan lancang dia meluk gue. Gue mau lepasin pelukan itu cuman dia erat banget meluknya tapi itu ga berlangsung lama" jelas vano.
Dinda terdiam entahlah dia harus percaya atau tidak namun hatinya sedikit tenang mendengar penjelasan vano.
"Plis din lo percaya sama gue, dia itu bukan siapa-siapa. Lo percaya kan?" Tanya vano.
"Gue gatau" jawab dinda.
"Yaudah gapapa lo mau percaya apa ngga itu hak lo tapi jangan diemin gue ya" ucap vano.
Dinda menatap manik milik vano terlihat jelas bahwa vano benar-benar cemas.
"Gue anter pulang ya, mau kan?" Tanya vano.
Dinda hanya mengangguk lalu vano menggandeng tangannya membawa dinda ke parkiran lalu mereka pun bergegas pulang.
.
.
.Akhirnya mereka sampai dirumah dinda dan dinda pun turun dari motor lalu membuka helm yang ia kenakan.
"Makasih" ucap dinda.
"Iya sama sama, besok gue jemput ya" ucap vano.
Dinda teringat janjinya jadi ia hanya mengangguk. Vano turun dari motornya dan mendekat ke arah dinda lalu memegang tangan dinda.
"Din jangan salah paham lagi ya dan izinin gue untuk berusaha dapetin hati lo" ucap tulus vano.
Dinda diam membeku jantungnya berdetak kencang dan ia merasa sepertinya pipinya memerah.
"Din" panggil vano.
"I-iya?" Tanya dinda sedikit gugup.
"Boleh kan?" Tanya vano.
"Terserah" jawab dinda.
Vano tersenyum hangat dan mengacak-acak rambut dinda.
"Kalo gitu gue pamit ya, sampai jumpa besok cantik" pamit vano sembari tersenyum manis.
Jantung dinda semakin berdetak kencang dan ia pikir pipinya akan meledak karena terlalu merah.
"Hati-hati" ucap dinda.
"Siap, bye" pamit vano.
Vano pun mulai menaiki motornya dan bergegas pergi dinda hanya menatap punggung vano sampai menghilang.
"Din lo kenapa sih?" Gumannya.
Dinda menggelengkan kepalanya lalu berlari masuk kedalam rumah. Lalu membantingkan tubuhnya di kasur otaknya terus saja memutar kejadian tadi.
"Bisa gila ni gue" guman dinda.
Dinda mengacak-acak rambutnya.
"Gue kenapa sih? Ahhhh mending gue mandi aja" Tanya dinda pada dirinya.
Dinda pun segera mandi dan menyegarkan pikirannya.
.
.
.15 menit berlalu dinda selesai mandi ia merasa lebih rileks namun otaknya tak henti-hentinya memikirkan vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
sebuah seni untuk mencinta [SELESAI]
Historia Corta"Mencintaimu sama seperti seni indah dan mengagumkan namun terkadang sulit di mengerti apa maksud dan tujuan dari seni itu" mungkin dia adalah cinta pertamanya namun apakah dia akan menjadi cinta terakhirnya? tidak ada yang tahu karena masa depan ad...