Matahari sudah bersinar dan suara burung terdengar dari balik jendela. Dinda yang masih terlelap mulai terbangun karena merasa ada sesuatu di kepalanya. Dinda membuka matanya perlahan lalu ia melihat seorang pria yang ia tunggu sudah tersenyum kearahnya.
"mas devan udah bangun?" ucap terkejut dinda.
Devan hanya mengangguk dan terus menatap lekat perempuan yang ada dihadapannya. Dengan cepat dinda menekan tombol untuk memanggil dokter dan memeriksa keadaan devan.
"selamat pagi" sapa dokter.
"pagi dok" jawab dinda.
"wah sudah siuman, mbanya jangan nangis lagi ya" ucap dokter.
Dinda merasa malu dan tersenyum kikuk mendengar kata-kata itu dari dokter.
"kondisinya sudah bagus tinggal pemulihannya saja dan satu pesan saya mas nya jangan terluka lagi yaa nanti mbanya nangis sampe sesegukan" ucap dokter.
"siap dok.. terimakasih" ucap devan.
"sama sama, ohiya jangan lupa juga diminum obatnya" ucap dokter.
"pasti dok" jawab devan.
"oke kalo begitu saya permisi dulu ya" ucap dokter.
"terimakasih dok" ucap dinda.
"sama sama" jawab dokter itu.
Dinda menghampiri devan dan duduk kursi samping kasur pasien.
"kamu nangis semaleman ya?" tanya devan.
"iya gimana bisa aku ga nangis kalo kamu kaya terluka kaya gitu?" omel dinda.
"maaf ya mas udah bikin kamu nangis.." ucap devan sembari mengelus pelan rambut dinda.
"mas janji ya jangan sampe terluka kaya gini lagi" ucap dinda.
"iya.. ternyata ditusuk pisau itu rasanya sakit ya" ucap devan.
"yang bilang ga sakit siapa? ya sakit lah mangkannya mas jangan sampe terluka lagi" omel dinda.
"iya, udahan dong marahnya mas baru bangun masa udah di marahin'' ucap devan.
"iya maaf abisnya aku khawatir banget tau" ucap dinda.
"sekarang kamu gausah khawatir ya mas kan udah gapapa, ohiya ibunya mas dimana?" tanya devan.
"ibunya mas dinda suruh istirahat di apartemen punya dinda yang di samping rumah sakit ini" jawab dinda.
"tapi ibu gapapakan?" tanya devan.
"ibu gapapa nak.." jawab karina yang tiba-tiba masuk kedalam ruangan.
"gimana kondisi kamu?" tanya karina.
"saya baik-baik aja kok bu" jawab devan.
"syukurlah, maafin ibu ya nak karena ibu kamu harus melewati semua ini" ucap karina.
"gapapa kok bu, sudah tugas saya sebagai anak untuk melindungi ibu" ucap devan.
Karina memeluk devan dan mengecup kening anaknya dengan penuh kehangatan khas seorang ibu.
"oh iya nak dinda pasti cape kan, mending kamu istirahat, biar ibu yang jagain devan. bener kan devan?" ucap karina.
"apa yang di katakan ibu benar, kamu perlu istirahat aku gamau kamu sakit karena harus jaga aku" ucap devan.
"yaudah kalo kaya gitu dinda pamit pulang dulu ya bu, mas" pamit dinda.
Setelah itu dinda pun langsung keluar dari ruangan dan ia menuju ke parkiran. Sebenarnya dinda tak mau menginggalkan devan namun ia juga harus memberikan waktu ibu dan anak untuk berdua setelah waktu yang lama.
.
.
.
Dinda sampai kerumah dan ia langsung memarkirkan mobilnya setelah itu ia masuk kedalam rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/252975821-288-k327183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
sebuah seni untuk mencinta [SELESAI]
Historia Corta"Mencintaimu sama seperti seni indah dan mengagumkan namun terkadang sulit di mengerti apa maksud dan tujuan dari seni itu" mungkin dia adalah cinta pertamanya namun apakah dia akan menjadi cinta terakhirnya? tidak ada yang tahu karena masa depan ad...