langkah awal

11 2 0
                                    

Hari ini vano sudah dipindahkan keruangan rawat dan dinda dengan sabar menemani vano dan menunggu vano sadar. Dinda menatap wajah vano lekat lalu tanpa disadar air mata turun membasahi pipinya.

"hiks...hikss" isak dinda.

Dipikiran dinda saat ini ada banyak pertanyaan dan rasa penasaran terhadap apa yang terjadi namun yang paling ia harapkan adalah kesembuhan vano.

Dinda menggengam erat tangan vano sembari berdoa agar vano baik baik saja dan lekas sadar. Disaat dinda sedang menunduk tiba-tiba dinda dapat merasakan rambutnya dibelai halus oleh seseorang lalu dinda menoleh kearah vano dan benar saja vano sudah sadar kan diri.

"lo pasti cape yaa" ucap vano.

Dinda tidak menjawab dan langsung berdiri berniat ingin memanggil dokter namun vano menahan tangan dinda.

"lepasin dulu yaa gue mau manggil dokter" Ucap dinda.

Vano tersenyum "ga perlu dokter. lo di samping gue aja udah cukup" ucap vano.

"vano tapi lo perlu di periksa" ucap dinda.

Vano tersenyum dan membiarkan dinda memanggil dokter lalu dokter datang dan memeriksa keadaan vano.

"gimana dok?" tanya dinda.

"ga ada yang serius hanya perlu istirahat dan tidak boleh banyak bergerak" jawab dokter.

Dinda mengangguk "terimakasih dok" ucap dinda.

"baiklah kalau begitu saya tinggal ya" ucap dokter.

Dokterpun pergi dan dinda duduk di bangku sebelah kasur pasien.

"ga ada yang sakit?" tanya dinda.

"emmm tangan gue sakit nih" jawab vano.

Dinda langsung memegang tangan vano "yang mana?" tanyanya.

"yang ini pokoknya sakit" jawab vano.

"tapikan yang ketembak punggung lo kenapa jadi tangan yang sakit" ucap dinda.

"soalnya tangan gue ga pernah di genggam jadi sakit" jawab vano asal-asalan.

Dinda tertawa kecil "modus" ucap dinda sembari melepaskan tangan vano

Vano tersenyum sembari mengambil lagi tangan dinda lalu menggengamnya erat.

"lo pasti takut banget yaa?" tanya vano.

Dinda hanya mengangguk.

"maaf ya gue telat datangnya" ucap vano.

"ngga telat kok malahan lo datengnya tepat waktu" ucap dinda.

Tangan vano beranjak menyentuh pipi dinda karena melihat lebam pada pipi dinda.

"lo belum di obatin?" tanya vano.

"udah kok sama bang adit" jawab dinda.

"abang lo ada disini?" tanya vano.

"iya cuman sekarang abang gue pulang dulu dan bawa bunda gue kesini" jawab dinda.

"syukurlah jadi mereka ga akan khawatir lagi" ucap vano.

Dinda mengangguk "ngomong-ngomong gimana cara lo tau gue ada disana saat itu?" tanya dinda.

"gue nyuruh beberapa orang buat nyari tahu tentang keberadaan lo dan ga butuh waktu lama mereka bisa nemuin lo terus gue langsung aja berangkat buat nyelamatin lo" jelas vano.

"terus lo kenapa sih ngorbanin diri lo buat nyelamatin gue dari tembakan?" tanya dinda.

Vano tersenyum lalu menggengam erat tangan dinda "gue gamau lo terluka" jawab vano.

sebuah seni untuk mencinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang