dinding cafe

8 1 0
                                    

Hari sabtu telah tiba membuat dinda sangat senang karena akan mulai melukis di cafe devan. Dinda memilih baju yang ia suka lalu mengenakannya.

(Gambar ilustrasi)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gambar ilustrasi)

Setelah selesai dinda merapihkan rambutnya ia menggelungnya agar tidak membuatnya repot nanti.

drttt drtttt (dering telepon)

Dinda melihat layar handphonenya dan tertera nama mas devan is calling dinda langsung mengangkat teleponnya.

"hallo mas" sapa dinda.

"hallo, kamu udah siap?" tanya devan.

"sudah mas, emang kenapa ya?" tanya dinda

"kalo begitu saya berangkat kesana" jawab devan.

"ngga usah mas dinda bisa naik bus" ucap dinda.

"saya jemput, tunggu saya" ucap devan.

tuttttt ( devan mematikan teleponnya)

Dinda merapihkan sedikit riasannya dan turun ke bawah, ia berpamitan dengan bundanya lalu pergi keluar. Tak lama mobil devan datang di depan rumahnya, devan turun dengan senyuman indahnya lalu membukakan pintu untuk dinda.

Setelah itu mereka berangkat menuju cafe dan hari ini devan menutup cafenya agar dinda leluasa untuk menggambar disana tanpa ada gangguan.
.
.
.
Tak butuh waktu lama mereka akhirnya sampai di cafenya, dinda masuk kedalam cafe betapa terkejutnya ia karena devan telah menyiapkan segalanya.

"apa itu cukup?" tanya devan.

Dinda mengangguk "semuanya udah lengkap mas, kita mulai sekarang?" ucap dinda.

"tentu saja" jawab devan.

Dinda mulai melukis cafe devan dan devan membantunya untuk membuka cat atau menuangkan cat di atas palet. Dinda menggambar pohon yang cukup besar dan dipenuhi oleh dedaunan hijau.

Ikat rambut dinda terlepas membuat rambutnya tergerai lalu devan mengambil ikat rambut dinda dan ia menguncir rambut dinda secara lembut membuat jantung dinda berdebar hebat.

Cukup lama devan mengikat rambut dinda karena rambut dinda yang tebal dan panjang. Pipi dinda memerah ia berusaha mengontrol perasaannya saat ini namun tetap saja jantungnya terus berdegup kencang.

"saya ambil dulu minum" ucap devan.

Dinda hanya membalasnya dengan anggukan, keadaan menjadi canggung dan dinda berusaha mengalihkan semuanya dengan melanjutkan lukisannya. Sedangkan devan sedang membuatkan ice choco untuk dinda serta camilannya. Setelah selesai devan membawa minumannya ke dekat dinda.

"di minum dulu" ucap devan.

Dinda mengangguk lalu mengambil gelas itu dan meminumnya, tenggorokannya terasa segar dan tubuhnya kembali semangat.

sebuah seni untuk mencinta [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang