Sudah lima hari sejak Renjun dirawat dirumah sakit. Selama 5 hari itu juga Ia selalu datang menemui Jaemin, berceloteh hal-hal random meski Jaemin tak pernah memperdulikan keberadaannya. Sikap Jaemin membuatnya sadar. Seperti inikah rasanya menjadi jaemin saat ia bersikap abai dulu?Kini, setelah sekian lama akhirnya Renjun menginjakkan kakinya digedung sekolah. Tempat yang ia benci sekaligus paling ia sukai.
"Hei, dia kembali"
"Kupikir dia sudah pindah sekolah"
"Kudengar kakaknya telah sadar. Dia pasti merasa diatas sekarang"
Renjun memilih untuk mengabaikan suara bisikan itu. Ia sebisa mungkin memasang wajah datar. Bagaimanapun ia tak suka terlihat lemah.
"Yak, Byun Renjun. Kukira kau sidah tewas saat kecelakaan itu" seorang siswa tiba-tiba menghadang Jalan Renjun yang hendak kekelasnya.
Renjun menatap remeh orang didepannya. Siapa orang kurang ajar yang telah menghadang jalannya? Renjun memilih untuk tak ambil pusing, ia hendak memilih jalan lain namun namja itu kembali menghadang jalannya. "Minggir!"
Namja itu tertawa. Merasa lucu dengan perintah Renjun. "Kalau aku tidak mau?" ia memegang dpagu Renjun, membuat namja mungil itu mendongak paksa. "Wajah sombongmu itu membuatku tertantang untuk menghancurkanmu. Kau cantik. Bagaimana kalau kita berken—"
Bugh!
"Sialan" umpat Renjun pelan. Ia baru saja melayangkan bogemannya ke wajah namja yang dengan kurang ajar menyentuhnya.
"Yak!" Seru namja itu marah.
Bugh!
Namja itu balas memukul Renjun hingga namja itu terpelanting. "Dasar sombong" decihnya kesal. "Hei, apa kalian tak merasa kesal melihat wajahnya? Tunggu apa lagi? Ayo serang"
Beberapa murid di koridor mulai berkerumun dan memberikan pukulan serta tendangan di tubuh Renjun.
Namja mungil itu meringkuk, berusaha melindungi kepalanya. Dia memang bisa berkelahi, tapi kalau melawan orang sebanyak ini tentu saja ia akan kalah.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN, MENJAUH DARINYA SIALAN!"
Suara teriakan itu membuat Renjun tak lagi merasakan pukulan dan tendangan ditubuhnya. Renjun yang melihat orang-orang mulai menjauh darinya kini memutuskan untuk berdiri, meski dengan susah payah. Ia berbalik saat mendengar suara langkah kaki. Senyum tipis tersungging disudut bibirnya.
Haechan,Jeno dan Jaemin yang baru datang berjalan menghampirinya. Fokus Renjun kini ada pada Jaemin yang menatapnya tanpa ekspresi.
"Kenapa kau menghentikan kami? Bukankah kau juga selalu membullynya?" tanya namja yang tadi menghadang jalan Renjun.
Bugh!
Haechan memberikan bogeman mautnya pada wajah namja itu. "Hwang Hyunjin sialan. Sudah menjadi peraturan tak tertulis bahwa tak ada yang berhak menyentuh mainanku tanpa seijinku" sarkasnya tajam.
"Yak!" Hyunjin hendak balas memukul Haechan namun segera di hentikan oleh Jaemin.
"Menyentuhnya berarti kau juga berurusan denganku" ujar Jaemin dingin.
Hyunjin tersenyum miring. "Oh, jadi Park Jaemin dekat dengan Lee Haechan? Bukankah kalian tak pernah berinteraksi karena hubungan Haechan dan Renjun yang buruk? Apa kita semua melewatkan sesuatu?"
"Jaga mulutmu! Kau gila? Kau berurusan dengan keluarga Park" ujar salah seorang siswa di sebelah hyunjin.
Hyunjin mendesis, berusaha menahan emosinya. Akal sehat memaksanya untuk mengalah. Ia harus mengalah jika tak mau ayahnya yang bekerja pada keluarga Park dipecat. Tanpa sepatah kata ia pergi meninggalkan kerumunan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) END
RandomWARNING: FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Tentang Byun Baekhyun, namja cantik yang sanggup memporak porandakan kehidupan Park Chanyeol yang monoton dan membosankan. Tentang Jaemin, seorang malaikat maut yang berubah menjadi guardian angel untuk Renjun. D...