24|| Lee Jeno

377 51 9
                                    


"Membosankan" Gumam Jeno. Seharian ini ia hanya menggonta-ganti saluran tv tanpa menemukan acara yang menarik. Namja pemilik eyes smile itu melirik kearah jam dinding yang terpajang elok di sudut ruangan. Sudah 4 jam Mark pergi, begitu pula dengan kedua orang tuanya. Perutnya sudah memberontak minta diisi.

"Kenapa semua orang kejam meninggalkanku dirumah sendirian?" gerutunya. Sebuah ide terlintas begitu saja pikirannya. Jika semua orang bersenang-senang tanpanya, kenapa ia tidak bersenang-senang saja tanpa mereka?

Dengan semangat menggebu Jeno segera ke kamar untuk mengganti pakaian.  Baik, mari buat hari yang menyenangkan bagi Jeno.

.

.

Namja itu berjalan santai menyusuri trotoar dengan langkah santai dan mulutnya yang tak berhenti bersiul. Jarang sekali ia berjalan-jalan dalam artian benar-benar berjalan. Matahari tak bersinar terik meski siang hari. Entah, mungkin karena ini berada di pertengahan musim gugur.

"Jeno?!"

Namja pemilik eyes smile itu menoleh begitu mendengar namanya dipanggil. Netranya menyipit melihat Suho yang berjalan mendekat kearahnya. Untuk apa pemilik Kim Companny, perusahaan dengan pendapatan tertinggi di Korea berjalan kaki di siang hari begini?

"Mobilku mogok dan kebetulan aku melihatmu" kata Suho yang mengerti arti dari tatapan Jeno. Ia memang tak berbohong. Mobilnya memang mogok. Ia hampir saja menghubungi seseorang jika saja tak melihat Jeno yang berjalan sendirian. Bukankah ini kesempatan yang bagus untuk mendekati adiknya? "Kau sendiri mau kemana?"

"Jaemin sedang berkencan dengan Renjun sedang Mark Hyung pergi tanpa mengajakku sejak pagi. Aku lapar dan memutuskan untuk mencari makanan karena dirumah tidak ada orang" jawab Jeno lugas.

Suho tersenyum. "Kebetulan aku juga belum makan? Mau makan bersama? Biar hyung yang traktir" kata Suho antusias. Oke, kali ini ia berbohong. Sebenarnya ia baru saja makan tadi. Tapi, demi pendekatannya dengan Jeno, ia rela jika harus makan lagi.

"Ah, tentu" Balas Jeno seceria mungkin. Apa ia bisa menolak? Aneh sekali, Suho memang dekat dengan keluarga Lee, tapi itu hanya pada Mark. Kenapa namja kaya raya itu berbicara seolah mereka sudah mengenal sejak lama?

Mereka melanjutkan perjalanan dengan Suho yang terus-terusan berbicara dan Jeno yang lebih banyak diam. "Bagaimana sekolahmu?" tanya Suho setelah menyadari Jeno yang tidak banyak bicara.

"Biasa saja" Balas Jeno Singkat.

"Kudengar kau satu sekolah dengan Jaemin. Ah, kalian pasti sangat akrap"

Jeno menghela nafas. "Kami tidak satu kelas dan tidak seakrab itu. Bisa dibilang kami rival" ujar Jeno asal. Hey, kenapa Suho mendadak ingin tau tentang sekolahnya?

Suho tampak terkejut mendengarnya. "Rival?" siapa yang tidak berpikiran macam-macam setelah mendengar kata 'Rival'? Ia kira kedua adiknya itu cukup akrab.

"Kenapa kau mendadak ingin tau urusan sekolahku, Hyung" Kali ini Jeno menyampaikan apa yang ada dipikirannya.

Suho tertawa canggung. "Ah, bukan apa-apa. Hanya saja aku ingin lebih akrab denganmu"

"Aku bukan Jaemin yang bisa dengan mudah akrab pada orang lain" Gumam Jeno pelan.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak" Balas Jeno cepat. Entah mengapa lama-kelamaan ia mulai jengah terus-terusan bersama Suho. Namja itu bersikap seolah ia adalah bagian dari keluarganya.

Jika kalian mengira Suho tak mendengar apa yang Jeno katakan, kalian salah. Suho dengan jelas bisa mendengar setiap kata yang Jeno ucapkan. Pikirannya mulai berkelana. Apa yang terjadi dengan Jeno? Sebelumnya hubungan mereka baik. Jeno ramah dan berbicara banyak padanya saat jamuan makan malam. Apa bisa seseorang berubah dalam semalam? "Kau ingin makan apa?"

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang