33|| Sadar

429 67 38
                                    


Tiffany menoleh ke arah dinding kaca restoran, ia heran melihat kerumuran orang di jalan. "Kenapa disana ramai sekali?"

Luhan mengernyit saat mendengar pembicaraan orang-orang disekitarnya. "Mereka bilang terjadi percobaan pembunuhan disana"

Mendengar itu Baekhyun refleks ikut menoleh. Perasaannya tak enak. Matanya menyipit guna memperjelas siapa pemuda yang terbaring lemah disisi jalan dengan orang-orang yang berkerumun disisinya. "Renjun?" gumamnya pelan. Ia yang sejak tadi berdiri disisi Chanyeol memutuskan untuk pergi ke arah lerumunan. Perasaannya semakin tak enak saat melihat Sehun yang berdiri tak jauh disana memantau keadaan.

Menyadari sang kekasih hati yang beranjak pergi, Chanyeol mau tak mau ikut memalingkan wajah ke jalanan, penasaran akan apa yang menarik perhatian sang kekasih. "Renjun?" Chanyeol berdiri, berusaha memastikan apa yang ia lihat. "Renjun!" tanpa pikir panjang ia segera keluar dari restoran dan berlari menerobos kerumunan.

Eunhyuk, Donghae, dan Tiffany juga mengikuti langkah Chanyeol setelah mendengar seruan namja itu. Tak bisa dipungkiri mereka semua merasa khawatir.

Disisi lain, luhan menatap sang ibu dengan ekspresi yang tak bisa terbaca. "Kau yang melakukan itu?" tanya Luhan dengan penuh penekanan, emosinya memuncak. Ia merasa benci sekaligus malu dengan wanita yang ia panggil Ibu.

"Eomma hanya menyingkirkan kerikil yang menghalangi jalanmu" balas Nyonya Xi santai.

Srak...

Luhan berdiri dari posisi duduknya, wajahnya sudah merah menahan amarah. "Kalau sampai terjadi sesuatu dengan Renjun, aku tak akan pernah bisa memaafkanmu meski kau adalah orang yang sudah melahirkanku" ancam Luhan sebelum akhirnya mengikuti yangblain keluar reatoran.

.

.

Tiffany menutup mulutnya dengan kedua tangan begitu berhasil menerobos kerumunan. "Renjun!"

Suara sirine ambulance dan mobil polisi semakin membuat bising keadaan. Beberapa tim medis mulai mengangkat tubuh Renjun yang berlumuran darah dengan tandu.

"Aku yakin sekali ada dua orang yang mengalami kecelakaan. Dia mempunyai postur tubuh yang lebih tinggi dari pemuda tadi. Kenapa sekarang tidak ada?"

Sayup-sayup Sooyoung dapat mendengar suara seseorang wanita yang sepertinya menjadi saksi kecelakaan ini. Ia menoleh kesemua penjuru arah. Pantas sara ada rasa mengganjal dihatinya. "Jaemin?!" teriaknya kalap. Dimana putra bungsunya itu. Kenapa hanya ada Renjun.

Donghae yang mendengar teriakan istrinya saat ia baru saja kembali setelah menggiring renjun ke ambulan termenung. Benar. Ia tak melihat kehadiran Jaemin dimanapun. Jika Renjun disini, bukankah seharusnya Jaemin juga ada disini?

"Jaemin!"

Chanyeol masih terdiam ditempatnya. Ibunya meneriakkan nama Jaemin, apa namja itu tak ada disekitar sini? Tunggu dulu. Apa Jaemin benar-benar menghilang? Itu artinya.... Chanyeol menoleh dan tak menemukan kehadiran namja cantik yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi. "Tidak..." gumamnya pelan. "Baekhyun!"

*-*-*-*

Sooyoung menangis dipelukan suaminya. Sudah 15 menit dan dokter tak kunjung juga keluar dari ruangan Jaemin. Ia khawatir dan takut. Bagaimana kondisi putranya saat ini? Apakah Jaemin baik-baik saja?

"Tenanglah, Jaemin akan baik-baik saja" Siwon berusaha menenangkan istrinya. Mungkin ia terlihat tenang saat ini, tapi percayalah. Hatinya bahkan tak henti-hentinya merapalkan do'a untuk Jaemin.

"Dia bahkan belum pernah melihat wajah orang tuanya, bagaimana mungkin aku bisa tenang" Racau Sooyoung dengan suara parau. "Putraku yang malang, aku bahkan belum pernah diberi kesempatan untuk menyuapkan makanan ke mulutnya. Kenapa hal ini harus terjadi pada keluarga kita Siwon?!"

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang