48|| Menerima

248 51 23
                                    


"Pak, bisakah cepat sedikit? Putraku datang" Ujar Siwon dengan suara bergetar sedang Sang istri di sebelahnya tengah meremas tangan gusar. Tiga menit yang lalu salah satu asisten di rumahnya memberitahu bahwa Jaemin datang kerumah. Tanpa pikir panjang Siwon meninggalkan rapat yang dihadiri oleh para petinggi perusahaan. Jaemin adalah prioritas untuk saat ini mengingat pertemuan terakhir mereka yang tidak berlangsung baik. Bahkan Joonmyeon yang sudah berada dibandara untuk perjalanan bisnis ke Jepang segera membatalkan penerbangannya. Sebuah keajaiban Jaemin mau menginjakkan kaki di kediaman kim setelah apa yang terjadi beberapa hari yang lalu. Apa yang akan Jaemin sampaikan?

.

"Saya senang Tuan Muda bersedia datang setelah kejadian beberapa hari yang lalu. Ah, Saya tidak sengaja mendengar pertengkaran tempo lalu. Maaf atas kelancangan Saya" wanita paruh baya itu segera membungkuk sebagai permintaan maaf.

"Ah, Bibi tidak perlu meminta maaf. Panggil saja Jaemin. Biar bagaimanapun Bibi adalah salah satu tetua dirumah ini" Jaemin tersenyum tak enak. Rasanya aneh saat orang yang lebih tua membungkuk ke arahnya.

Wanita paruh baya itu tersenyum. "Selama 20 tahun saya mengabdi di keluarga kim, baru 3 kali saya melihat pemilik rumah ini dapat tertawa lepas. Pertama ketika Tuan Muda Jaemin pertama kali makan malam dirumah ini setelah sadar dari koma, kedua saat Tuan muda Jeno dan Jaemin datang berkunjung untuk makan siang dan terakhir saat Tuan Muda Jeno kembali"

Jaemin tentu tau arti kata 'kembali' yang diucapkan wanita paruh baya itu. "Berarti bibi sudah bekerja sebelum aku dan Jeno lahir"

"Tentu saja, bahkan saya menjadi salah satu orang yang merias kamar anda dulu. Sayang sekali kamar itu tak pernah memiliki penghuni hingga sekarang"

Jaemin menunduk. Bagaimana bisa kamar itu memiliki penghuni jika Ia dan Jeno saja tak pernah menginjakkan kaki dirumah ini hingga bertahun-tahun kemudian?

Suara pintu yang didorong kasar dari luar rumah berhasil mengalihkan atensi Jaemin. Namja tampan itu tersenyum saat melihat siapa yang baru saja datang. "Sudah kuduga kau yang akan pertama menyambutku Jeno-ya"

Tanpa kata Jeno langsung mendekap saudara kembarnya itu dalam sebuah pelukan hangat. "Kau... Kau tau aku meninggalkan latihan tekwondoku begitu tau kau datang" Jeno tak peduli jika air matanya sudah tumpah sekarang. Selama beberapa hari ini Jaemin selalu menghindar bahkan tak mau berbicara dengannya, karena itu ia begitu senang setelah mengetahui kabar bahwa Jaemin datang berkunjung.

"Jaemin!"

Sebuah suara diiringi derap langkah kaki yang mendekat kembali mengalihkan atensi Jaemin. Sadar situasi Jeno melepas pelukan eratnya, memberikan ruang agar Jaemin dan Sang Ibu bisa saling berhadapan.

Sooyoung menatap putra bungsunya yang terdiam di tempat dengan mata berkata-kaca. "Jaem—"

"Eomma..."

Air mata Sooyong tumpah begitu saja saat mendengar panggilan itu dari mulut Jaemin. "A-apa? B-bisa kau ulangi?" tanya Sooyoung dengan suara bergetar.

Jaemin tersenyum lantas memeluk sang ibu. "Eomma, aku kembali"

Ya Tuhan, demi apapun Sooyong sangat bahagia sekarang. Wanita itu melirik Siwon yang tampak berkaca-kaca. Salah satu tangannya membalas pelukan Jaemin sedang tangannya yang lain merentang, memberi kode pada Jeno agar bergabung dan langsung respon cepat oleh putranya. "Putra-putra eomma kembali" Sooyoung tak tau lagi harus mendeskripsikan kebahagiaan ini dengan apa. Ini semua bagaikan mimpi. Rasanya baru kemarin ia melihat kedua putranya yang menangis ketika dilahirkan dan sekarang ia bisa memeluk kedua putra yang sangat ia rindukan kehadirannya.

"Aku juga anak Eomma, apa aku boleh bergabung?" Tiga orang yang tengah berpelukan kini menoleh ke asal suara dan mendapati Joonmyeon yang datang dengan napas terengah. Pria berjas mahal itu berjalan mendekat lalu mendekap Ibu dan dua adiknya dalam sebuah pelukan hangat, meninggalkan Siwon yang meratapi nasib karena merasa tak dianggap.

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang