32|| Tragedi

427 62 21
                                    


Mark mengernyit begitu melihat sang adik yang sudah berpakaian rapi. Mau kemana Jeno malam-balam begini? Setahunya, Jeno tidak memiliki kekasih yang bisa diajak berkencan. "Mau kemana malam-malam beini?"

Jeno menoleh lantas tersenyum lebar. "Ke Busan. Aku nyaris lupa jika Renjun dan Jaemin akan tampil malam ini"

Mark melirik ke arah jam dinding. Pukul 7 malam "Sudah jam segini. Mereka pasti sudah turun dari panggung. Kau terlambat" ledeknya.

"Tidak apa, yang penting aku datang meski terlambat. Aku per—"

Drtt... Drrttt...

Jeno segera merogoh sakunya. "Haechan?" gumamnya pelan. Satu nama yang sanggup membuat Mark Lee seketika duduk dari posisi tidurnya di sofa.

"Kenapa?" tanyanya panik.

Jeno terkekeh melihat reaksi hyungnya. "Tenang hyung" ujarnya lalu segera menggeser ikon berwarna hijau di layar ponsel. "Kenapa? Tidak biasanya kau—"

"Kita masih saudara kan Jen?"

Jeno mengernyit, mengecek kembali layar teleponnya. Siapa tau saja ia terkena prank. "Kenapa kau ber—"

"Tolong aku... Jika bukan untukku, lakukan untuk Jaemin, hiks... Kumohon...."

"Hei, kau menangis, kenapa ramai sekali? Suaramu tak jelas. Kau dimana?" tanya Jeno panik. Haechan tak akan main-main jika menyangkut Jaemin.

Mark langsung mematikan televisinya begitu mendengar ucapan Jeno. Haechannya menangis? Kenapa?

"Jaemin... Dokter memutuskan untuk mencabut alat bantu pernapasannya karena kami tak sanggup membayar tagihan rumah sakit. Aku masih menunggu bus di busan. Hanya kau yang bisa membantuku. Kumohon selamatkan Jaemin.... Dia masih hidup" lirihnya dari seberang telepon.

Jeno bergeming di tempatnya mendengar penuturan Haechan. Ia bingung harus melakukan apa. Hidup saudara kembarnya tengah berada diujung tanduk dan ia tak tau harus berbuat apa. "Berapa?"

"15 juta won"

"15 juta won?!" pekiknya kaget. Hei, bagaimana bisa biaya rumah sakit bisa sebesar itu. Dari mana ia mendapatkan uang 15 juta won?menghabiskan uang 1 juta won saja Ayahnya murka, tidak mungkin ia meminta uang sebanyak itu pada keluarganya, terlebih itu karena Haechan dan Jaemin.

"Jeno!" namja pemilik eyes smile itu tersadar dari lamunannya saat sang kakak berseru. Jeno bahkan tidak sadar, sejak kapan Mark mengganti pakaiannya?

"A-Aku akan memikirkan jalan keluarnya. Kau tetap disana. Mark hyung akan menjemputmu" katanya cepat sebelum mengakhiri telepon. "Hyung, kau bisa menjemput—"

"Memang itulah yang akan kulakukan" tanpa disangka Mark dengan cepat menyambar kunci mobilnya dan pergi, meninggalkan Jeno yang masih bergelut dengan pikirannya.

*-*-*-*

"Luar biasa. Kalian terlihat keren saat tampil tadi" puji Tiffany girang. Saat ini ia dan yang lain tengah berada di back stage menemui Renjun dan Jaemim.

"Appa bangga padamu" Eunhyuk mengusap lembut kepala Renjun. Hal itu tentu saja membuat Renjun dan Baekhyun tersenyum senang.

"Ternyata suara Renjun juga tak kalah bagus dengan suara kakaknya. Kau dan Jaemin terlihat cocok tadi. Kalian harus selalu latihan bersama. Aku akan membuatkan tempat latihan khusus untuk kalian" kata Tiffany.

Ucapan itu tentu saja membuat hati Nyonya Xi menjadi panas. Ia tak menyangka keluarga Byun berhasil mencuri start terlebuh dahulu.

"Sambil menunggu hasil pemenang, bagaimana kalau kita semua makan malam bersama? Restoran yang ada di seberang jalan ini sepertinya mempunyai menu yang enak" tawar Donghae.

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang