20|| Sang Tokoh Utama

531 76 26
                                    


Gerbang megah itu terbuka, menampilkan halaman luas yang dipenuhi bunga dengan rumah mewah berlantai dua ditengahnya yang menambah kesan elegan.

Jaemin tersenyum kepada beberapa maid yang menyambut kedatangannya, Renjun dan namja bersurai kecoklatan yang ia paksa untuk ikut dengannya.

"Yak Jaemin!" seruan itu berhasil membuat tiga namja yang tadinya hendak duduk di sofa menoleh ke asal suara. Seorang namja dengan setelan jas hitamnya datang dan langsung memberikan jitakan maut di kepala Jaemin. "Aku mencarimu kemana-mana. Seharusnya kau bilang jika mau pulang sekolah dengan bus. Kalau Teil hyung sampai tau, aku pasti akan dipecat olehnya. Kau mau tanggung jawab?!"

Bukannya marah, Jaemin justru meringis geli. "Maaf kan aku Hyung, tadi itu sungguh mendadak. Aku pastikan posisi dan jabatanmu aman" ujar Jaemin seraya mengacungkan jadi telunjuk dan jari tengahnya.

Doyoung menghela nafas pasrah. Tuan mudanya ini sungguh bebal. Ia menyesal tidak menerima tawaran Chen untuk menjadi asisten chanyeol di bawah pengawasannya dan lebih memilih untuk menjadi asisten tuan muda Jaemin dibawah penguasaan Teil. Apa ia bisa merubah pilihannya? "Lain kali, jangan pernah melakukan hal itu lagi tuan muda" ujarnya dengan intonasi lebih terkendali.

"Tentu saja" inilah yang Jaemin sukai dari Doyoung. Berbeda dengan pekerja lain, Doyoung tidak segan-segan menegur jika Jaemin berbuat salah. Selain itu, Doyoung juga yang menemaninya bermain game atau membantunya mengerjakan tugas sekolah karena Chanyeol lebih sibuk dengan urusan kantor.

Menyadari jika tuan mudanya kedatangan tamu, Doyoung segera membungkuk memberi salam. "Selamat datang di kediaman keluarga Park. Maaf atas kelancangan saya tadi" ujar Doyoung sopan. Ia tersenyum tipis. Inikah Byun Renjun yang selama ini selalu di bicarakan oleh Tuan Mudanya?

Renjun tersenyum. "Tidak masalah"

"Doyoung hyung, bisa ambilkan kotak obat? Anak ini membutuhkannya" kata Jaemin seraya menunjuk ke arah pemuda bersurai kecoklatan yang sejak tadi diam. Doyoung melirik anak itu sekilas lantas mengangguk dan melenggang pergi.

Jaemin mempersilahkan kedua tamunya untuk duduk. "Jadi, siapa namamu?" tanya Jaemin yang tentu saja ditujukan pada namja bersurai kecoklatan.

Namja itu mendongak. Menatap manik mata Jaemin dengan tatapan penuh arti. "Jisung. Namaku Park Jisung" jawabnya dengan penuh penekanan.

Jaemin tersenyum, mengusak lmbut kepala Jisung. "Kenapa kau tampak menggemaskan?" gemas Jaemin.
"Baiklah Jisung, kenapa mereka memukulimu? Hanya karena uang?" tanya Jaemin.

Jisung menggeleng. "Mereka iri karena aku bisa berada pada tinggat akhir sekolah menengah di usiaku yang baru 14 tahun"

Renjun terbelalak mendengar ucapan anak yang ternyata 4 tahun lebih muda darinya. "Kau 14 tahun?" ia memastikan tak salah dengar. Oke, siapapun pasti akan iri dengan prestasi anak didepannya ini.

"Wah, aku bahkan mulai iri denganmu" gumam Jaemin pelan. "Lain kali kau harus melawan jika ada yang menyakitimu"

"Tapi Taeyong hyung mengatakan jika tidak baik membalas perbuatan buruk dengan perbuatan buruk pula" kata Jisung polos.

Jaemin menatap pemuda didepannya gemas. "Justru akan menjadi dosa jika kau memembiarkan mereka melukaimu"

Ucapan yang keluar dengan mulus dari mulut Jaemin berhasil membuat Renjun geram hingga kembali memberikan jitakan maut di kepala namja tampan itu untuk yang kedua kalinya. Jaemin terlalu melebih-lebihkan. "Jangan dengarkan dia. Bukan dosa, tapi apa salahnya melindungi diri sendiri. Sesekali kau memang harus melawan"

Jaemin mencebik. Mengusap-usap kepalanya yang sudah tiga kali terkena jitakan. "Lihatlah siapa yang berbicara sekarang. Kau sama sekali tak berkaca" ejeknya.

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang