Haechan berdecih, menatap tak percaya seseorang disebelahnya. "Setelah 5 tahun kau baru meminta maaf? Apa yang memasukimu Byun?" ledeknya. Namja berkulit tan itu mulai menegak minuman bersodanya.Renjun tersenyum miris. Secara tidak langsung Haechan telah mengatainya sebagai seseorang yang tidak tau malu. Kemana saja ia selama lima tahun ini? "Aku hanya ingin berteman dengan kalian" ujarnya jujur.
Haechan masih diam mendengarkan meski mulutnya sudah gatal ingin menyangkal. Selama ini ialah yang telah membuat Renjun menderita. Mana mungkin Renjun mau berteman dengannya? Ia tak bisa tertipu dengan ucapan manis Renjun.
"Pertemuan pertama kita memang tidak menyenangkan. Tapi, percayalah, sebenarnya aku ingin sekali berteman dengan kalian" Renjun memainkan jari-jari tangannya. "Sejak kecil aku tidak punya teman. Mereka terlalu segan mendekatiku karena aku berasal dari keluarga Byun yang memiliki popularitas tinggi. Hidupku hanya tertuju pada musik. Sejak bertemu denganmu dan Jaemin di Rumah Harapan, aku merasa jika aku akan mendapat teman baru. Kau dan Jaemin adalah orang pertama yang berani marah dan menyindirku dengan terang-terangan. Aku lebih suka orang yang seperti itu dibandingkan dengan mereka yang memujuki dan mengataiku di belakang"
Haechan kembali meneguk minumannya. Ada sedikit rasa bersalah dan iba di hatinya. Jadi Renjun sebenarnya ingin berteman dengannya? Tapi bagaimana jika ini adalah salah satu cara Renjun untuk meluluhkan hatinya?
"Aku bukan tipe orang yang bisa mengekspresikan perasaan dengan baik. Bertengkar adalah caraku berkomunikasi dengan kalian. Kuakui apa yang terjadi pada Jaemin adalah salahku" Namja berwajah manis itu menghela napas panjang. "Selama ini aku hidup dalam bayang-bayang rasa bersalah. Aku bahkan tak tau bagaimana kabar Jaemin setelah malam itu"
Haechan menunduk, meremas kaleng minumannya yang sudah tak berisi. Tidak. Ia tak boleh luluh. "Kau menyakiti hatinya. Kau tak tau seberapa besar Jaemin mencintaimu"
Ekspresi Renjun menyendu. "Aku juga mencintainya" ujarnya lirih.
"Tapi kenapa kau menolaknya?! Betapa egoisnya dirimu Byun Renjun!" emosi Haechan meledak. Ia sudah tak tahan lagi meladeni sikap Renjun.
"Itu karena kupikir kau juga menyukainya!" sama halnya dengan Haechan, emosi Renjun yang selama ini terbendung akhirnya meledak.
"Apa? Kau gila?" tanya Haechan tak percaya.
"Kau tak tau bagaimana perasaanku setiap kali Jaemin menyatakan perasaannya. Kau bagaikan tembok tinggi yang menghalangi jalanku. Kupikir kau juga menyukai Jaemin karena hubungan kalian yang terlalu dekat. Jika aku menerima Jaemin, kupikir kau akan sakit hati dan semakin jauh dariku. Bagaimana mungkin aku menyakiti hati orang yang ingin sekali kujadikan teman?!"
Bibir Haechan terkatup. Ia tak bisa mengatakan apapun lagi. Jadi selama ini masalahnya ada pada dirinya? Apakah penyebab semua ini adalah dirinya. Dialah yang membuat Jaeminnya sekarat?
"Aku bukan tipe orang yang akan diam saja saat di tindas. Aku rela menanggung semua penindasanmu karena kupikir dengan begitu kau akan puas dan aku akan lepas dari rasa bersalah" Mata Renjun sudah berkaca-kaca. Seharusnya ia tak mengatakan semua ini, tapi ia mengakui bahwa setelah mengatakan semuanya hatinya merasa tenang. "Aku tak akan menyerah untuk menjadi temanmu, Lee Dong Hyuk" ujar Renjun lirik sebelum akhirnya beranjak pergi.
Setelah kepergian Renjun, Haechan hanya bisa diam tak bergeming. Perasaannya kini campur aduk. Ia ingin berteriak, menangis dan marah namun tak mampu melakukannya. Ia bahkan masih terdiam ditempatnya saat bel masuk berbunyi. Beberapa murid yang tadinya bermain di lapangan bubar untuk kembali ke kelas, menyisakan ia sendirian disana. Haechan tak peduli jika seorang guru memergokinya yang membolos.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) END
RandomWARNING: FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Tentang Byun Baekhyun, namja cantik yang sanggup memporak porandakan kehidupan Park Chanyeol yang monoton dan membosankan. Tentang Jaemin, seorang malaikat maut yang berubah menjadi guardian angel untuk Renjun. D...