29|| Pembicaraan

322 55 27
                                    


"Semuanya 23000 won"

"Haechan?"

Merasa namanya dipanggil, nanja berkulit tan itu mendongak. Jujur ia terkejut, namun ia segera mengatur ekspresi wajahnya. "Kau..."

.

Saat ini mereka tengah duduk di kursi yang memang biasa disediakan didepan minimarket.

"Aku baru saja mengantar Renjun dan berniat membeli camilan untuk kubawa pulang. Sejak kapan kau bekerja disini? Bukankah keluarga Lee punya banyak uang untuk di berikan kepadamu?" tanya Jaemin tenang.

Haechan mendengus. "Bukan urusanmu"

Jaemin tersenyum samar. Sebenarnya ia sangat merindukan saudara gembulnya itu. Tapi, tidak mungkin kan ia memeluk Haechan begitu saja. "Ah, kita tak seakrab itu ternyata. Aku baru sadar jika kita tak pernah saling menyapa selama ini. Kudengar, sebelum kedatanganku kesekolah kau lah yang membully Renjun"

Haechan mendongak, menatap Jaemin dengan tatapan tajam. Melihat reaksi santai dari lawan bicaranya membuat Haechan tertawa sinis. "Kenapa? Mau memukulku seperti yang Jeno lakukan? Sepertinya anak itu mulai memanipulasi orang-orang disekitarnya" gumamnya pelan.

Tentu saja gumaman itu masih bisa didengar oleh Jaemin. Ia tersenyum miris. Sebenci itukah Haechan pada Renjun. Kenapa Donghyuk nya berubah? "Aku tak akan memukulmu seperti yang Jeno lakukan. Aku hanya ingin bertanya alasannya. Kenapa?"

"Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?"

Jaemin mengangkat bahu. "Yeah, aku tak mau salah paham. Aku tau kau bukan tipe orang yang akan bertindak tanpa tujuan"

Haechan menghela napas. Menurutnya semua ini terasa aneh. Selama ini Ia tak pernah akrab atau sekedar bertegur sapa dengan sibungsu keluarga Park. Rasanya aneh jika tiba-tiba saja mereka berbicara. Ia menunduk "Karena Renjun melakukan sesuatu pada adikku" jawabnya pelan.

Sungguh, hati Jaemin mencelos mendengar jawaban Haechan. Tatapannya menyendu. Sudah ia duga, Donghyuk nya bukanlah orang yang jahat. Haechan adalah seorang kakak yang tidak bisa diam saja saat adiknya diganggu. Jaemin bisa memaklumi itu. Lima tahun kepergiannya pasti membuat Haechan menderita. "Apa itu Na Jaemin?"

Dengan cepat Haechan mendongak. Dari mana Jaemin tau tentang nama itu? Itu adalah nama yang tidak boleh disebut sembarang orang.

"Jangan salah paham. Renjun pernah bercerita padaku tentang Na Jaemin" ujar Jaemin cepat saat melihat reaksi Haechan.

"Apa saja yang Renjun katakan mengenai adikku? Apa dia bercerita tentang Jaemin yang setiap hari mengemis cinta padanya?" cercanya dengan nada marah.

Jaemin tersenyum teduh. Ternyata setelah 5 tahun masih ada orang yang mengingatnya. Haechan tetaplah kakak, teman dan sahabatnya. "Tidak. Ia bercerita tentang hebatnya seorang Jaemin yang gigih mengejar cintanya. Aku tau semuanya. Kudengar kaulah orang yang selalu membantu Jaemin selama ini" Jaemin menjeda ucapannya, sengaja melihat bagaimana reaksi Haechan. Benar saja, pemuda itu menunduk. "Jika aku adalah Na Jaemin, aku akan sangat berterimakasih padamu. Sebuah fakta bahwa kau masih mengingatnya, dia pasti akan sangat senang jika mengetahui itu"

Haechan berusaha menahan tangisnya. Benarkah? Benarkah jika Jaeminnya akan merasa senang? Entahlah, meski mendengar kalimat itu dari Park Jaemin dan bukanNya Na Jaemin membuat hatinya agak tenang. Bukankah seharusnya Jaemin kecewa karena ia telah menyakiti Renjun.

"Kasih sayang dan cinta itu sama-sama buta. Semua orang pasti akan marah saat orang yang ia sayangi disakiti. Aku tak akan membela Renjun meski aku menyukainya. Aku juga tak akan menyalahkanmu atas semua yang pernah kau lakukan pada Renjun meski kita tak saling kenal" Jaemin tersenyum tulus. "Selama ini Renjun selalu merasa bersalah atas apa yang penah ia lakukan pada Na Jaemin. Kau tau? Terkadang tau tak pelu bermain fisik atau melakukan balas dendam untuk membuktikan rasa sayangmu pada seseorang"

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang