06|| No Bad

866 127 17
                                    

Awas typo!

.

.

Meski terbilang murid baru, Jaemin ternyata cukup pintar dalam menangkap materi dari guru. Jaemin bahkan tidak ragu saat menjawab pertanyaan sulit yang dilontarkan Kim saem. Hal itu tentu saja membuat Jaemin mendapat tatapan kagum dari teman-teman sekelas. Bukan hanya itu, wajahnya yang tampan serta senyumannya yang menawan berhasil memikat murid-murid di sekolah.

"Bel istirahat sudah berbunyi. Apa kau mau ikut kami ke kantin Jaem?" tanya Soobin ramah. Sebagai ketua kelas ia memiliki tugas tak tertulis dengan membuat siswa baru seperti Jaemin merasa nyaman.

Jaemin tersenyum. "Terima kasih. Tapi aku masih ingin berada di kelas. Aku mungkin akan ke kantin nanti"

"Kita adalah teman. Jangan sungkan untuk meminta bantuan saat kau kesulitan" Bomgyu menepuk pelan pundak Jaemin sebelum akhirnya tersenyum dan meninggalkan Jaemin sendirian di kelas.

Ups, sepertinya tidak sepenuhnya sendirian. Byun Renjun. Namja manis itu masih senantiasa menatap kosong ke arah jendela tanpa memperdulikan bel istirahat yang sudah berbunyi.

Jaemin menatap namja manis yang duduk di belakangnya itu dengan tatapan sulit diartikan. "Kau tidak ke kantin, Renjun-ah?" tanya Jaemin basa-basi.

"Tidak" balas Renjun singkat. Bisa kau pergi meninggalkanku sendirian Jaem? Aku sedang tidak ingin diganggu" kata Renjun sinis. Ia jelas tidak menyukai kehadiran pemuda Na di dekatnya.

Jaemin tertawa. "Tentu saja tidak bisa. Kau pikir aku akan meninggalkanmu sendirian di kelas dan membiarkanmu melakukan rencana konyol di otakmu dengan melompat dari Jendela?" tanya Jaemin. Ia bedecak. "Percayalah. Kau tidak akan mati jika jatuh dari sini. Kelas kita ada di lantai 4. Mungkin kau hanya akan mengalami patah tulang. Sekedar informasi, patah tulang itu tidak menyenangkan. Kau akan merasakan sakit walau melakukan pergerakan kecil. Jika kau ingin bunuh diri, kau harus lompat dari gedung berlantai 15 atau 20. Hei, bukankah gedung perusahaan Ayahmu adalah tempat terbaik untuk bunuh diri?"

Renjun menatap Jaemin datar. "Dasar sok tau" gumamnya pelan. Dalam hati Renjun penasaran. Darimana Jaemin tau apa yang dia pikirkan.

"Aku bosan. Kau harus mengantarku berjalan-jalan mengelilingi sekolah" kata Jaemin yang lebih mirip dengan perintah.

Renjun kembali menatap kosong ke arah jendela. "Tadi soobin dan beberapa murid lain telah menawarkan bantuannya padamu. Kenapa kau tidak meminta pada mereka saja. Aku sedang tidak ingin diganggu"

Jaemin tertawa. Ia menarik lengan Jaemin secara paksa dan menyeretnya ke luar kelas. "Itu karena aku memilihmu. Sekarang, tunjukkan mana ruangan yang kau ketahui selama bersekolah disini" katanya santai.

Tanpa Jaemin sadari, pipi Renjun bersemu merah. Namja manis itu berusaha mengontrol debaran jantungnya. Apa yang Jaemin maksud dengan kalimat 'aku memilihmu?'

"Hei, apakah aku sangat tampan hingga mereka menatapku seperti itu?" tanya Jaemin riang pada Renjun. Tidak heran Jaemin dan Renjun menjadi pusat perhatian. Jaemin tampan, pintar, ditambah lagi peran Park Chanyeol, seorang aristokrat kaya raya yang ada di balik kepopuleran Jaemin. Sedangkan Renjun, anak itu sempat populer dimasanya karena suaranya yang indah hingga berhasil mengharumkan nama sekolah dalam berbagai ajang perlombaan menyanyi. Sayang sekali, nama Renjun sedikit tercoreng saat berita tentang kecelakaan kakaknya dan kegilaan Ibunya tersebar luas.

Renjun mulai menunjukkan letak ruangan disekolah yang Ia ketahui pada Jaemin dengan malas. "Wow, apa ini ruang musik?" tanya Jaemin antusias yang hanya dibalas anggukan oleh Renjun. Tanpa banyak bicara Jaemin memasuki ruangan tersebut. Dirinya merasa kagum. Entah kapan terakhir kali ia menginjakkan kaki ke ruang musik. Kakinya melangkah mendekati sebuah piano yang terpajang di tengah-tengah ruangan. Ia mulai memainkan tuts-tuts piano secara asal.

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang