04 || Na Jaemin

950 136 17
                                    

Byurrrr...

Basah, dingin dan lengket. Itu yang Renjun rasakan begitu memasuki kelas. Ia menatap sengit teman-temannya yang tertawa di atas penderitaannya.

"Yak! Apa yang kalian lakukan!" seru Jeno. Ia terkejut saat masuk kelas dan melihat Renjun yang basah kuyup dengan butiran tepung yang ada dikepalanya. "Renjun-ah, gwaenchana?" tanya Jeno seraya mencekal pergelangan tangan Renjun.

Renjun mengepalkan tangan, mengepis tangan Jeno dan melempar tasnya ke sembarang arah. Sudah hampir 1 minggu dan Renjun selalu menerima pukulan yang sama. "Siapa yang melakukan hal ini?!" sarkasnya tajam.

"Lihatlah. Dia bahkan sudah berani berbicara sekarang" ledek Chanle.

"Aku bertanya siapa yang melakukan hal ini?! Apa kalian bisu dan tuli!" seru Renjun marah.

Srak!

Haechan berdiri dari posisi duduknya lantas menatap Renjun nyalang. "Aku!" serunya lantang. "Apa yang akan kamu perbuat kalau aku yang melakukan hal itu?" tantangnya.

Bugh!

Semua orang dikagetkan oleh tindakan Renjun yang baru saja memukul Haechan. "Ini yang bisa aku lakukan. Kau pikir aku tidak berani memukulmu?" sengit Renjun dengan tangan mengepal. "Aku tidak butuh bantuan kakakku untuk melawanmu"

Haechan menyeka sudut bibirnya yang berdarah. "Kurang ajar" desisnya pelan sebelum akhirnya balas memukul Renjun. "Dasar tidak waras! Apa penyakit gila Ibumu itu sudah menular padamu?" serunya lantang.

"Ibuku tidak gila bodoh!" Seru Renjun seraya melontarkan pukulan balasan untuk Haechan.

"Apa yang kalian lakukan disana? Bantu aku dan buat pelajaran untuk anak tidak waras ini!" seru Haechan pada teman-temannya.

Chenle dan Jasper yang mendengar seruan bos mereka langsung mengangguk dan memukuli Renjun sepuas hati mereka. Percuma, sekuat apapun Renjun melawan, dirinya tidak akan menang melawan Haechan dan teman-temannya.

"Lepaskan aku!" bahkan Jeno yang ingin membantu Renjun pun ditahan oleh teman-teman Haechan yang berasal dari kelas lain.

Sakit. Itu yang Renjun rasakan saat ini. Ia berharap setidaknya ada seseorang yang mau menolongnya. "Kalian! Hentikan!" baiklah sepertinya suara tak asing itu berhasil menghentikan perbuatan Haechan dan teman-temannya. "Aku sudah sering kali mengatakan pada kalian untuk tidak membully Renjun, kan? Apa kalian semua tuli?!" bentak Mark marah yang langsung membuat keheningan. "Kalian bertiga, ikut aku ke BK!" titah Mark pada Haechan, Chenle dan Jasper. "Jeno, bisa kau antar Renjun pulang?" tanya Mark.

"Tentu sa—"

"Aku bisa pulang sendiri" ujar Renjun pelan. Ia mulai bangkit, mengambil tasnya lantas pergi dengan langkah tertatih.

Mata semua murid tertuju padanya saat Renjun berjalan menyusuri lorong. Ia bahkan bisa mendengar suara bisikan dari murid-murid untuknya.

"Hei, lihatlah! Bukankah itu Byun Renjun?"

"Kudengar kakaknya baru saja mengalami kecelakaan hingga ibunya menjadi gila"

"Aku meragukan kalau dia berasal dari keluarga kaya"

"Iya, tampilannya saja seperti pemulung"

"Dasar anak sombong. Dia tengah mendapatkan karmanya sekarang"

Pluk!

Langkah Renjun terhenti saat merasakan butiran telur mengenai kepalanya.

"Lihatlah wajahnya yang menyedihkan! Apa menurut kalian anak dari orang gila sepertinya pantas bersanding dengan kita?" seru seorang siswa yang langsung disetujui oleh murid lainnya.

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang