Denting piano terdengar lembut di telinga, seolah menyampaikan apa yang dirasakan oleh pemainnya.Suara tepukan tangan yang meriah terdengar bersautan begitu namja bersurai hitam telah selesai memainkan lagunya.
"Wah... Jaemin Hyung hebat! Bagaimana Hyung melakukannya?" tanya seorang anak berumur 7 tahun.
Jaemin tersenyum lalu mengedikkan bahu. "Entahlah. Hyung bisa tanpa perlu mempelajarinya"
Bocah itu menatap Jaemin dengan tatapan berbinar. "Itu Keren! Aku juga ingin melakukannya"
"Ehem!" suara dehaman itu berhasil membuat seluruh mata menatap sang empu. "Piano tidak cocok untukmu Kai. Lagipula, Jaemin Hyung itu milikku. Kau bisa berlatih gitar dengan Donghyuk Hyung"
Bocah bernama Kai itu berdecak. "Sejak kapan Jaemin Hyung itu hanya milikmu seorang Park Jisung? Jaemin Hyung itu milik kita. Lagipula, aku tidak mau belajar gitar bersama Donghyuk Hyung. Bukannya memetik gitar, ia akan memutuskan satu persatu senar gitar" kata Kai panjang lebar.
"Dasar bocah! Sudah berapa kalai kalau kalian harus memanggilku Haechan, bukan Donghyuk. Dasar bandel" tiba-tiba saja Haechan datang dengan wajah kesalnya. "Dan Kai, siapa yang kau maksut akan memuruskan satu persatu senar gitar?"
Kai menatap Haechan takut lantas memilih bersembunyi di balik punggung Jaemin. Melihat interaksi tersebut, Jaemin tertawa. "Kau membuatnya takut Hyuk" kata Jaemin.
Haechan mendengus sebal. "Aku curiga kalau kau yang menyuruh mereka untuk memanggilku dengan nama itu"
"Tidak. Kami tidak sengaja mendengar nama itu terucap saat Madam memanggilmu, Hyung" kata Jisung polos.
Mendengar ucapan polos anak itu, Jaemin langsung saja mengusak lembut rambut Jisung. "Anak-anak pintar"
Jisung selalu senang saat Jaemin memujinya. "Tentu saja pintar. Aku kan adiknya Jaemin Hyung"
Haechan memutar bola mata jengah. Pemandangan didepannya sungguh membuat matanya iritasi. Baru saja Haechan hendak berkomentar sebelum sebuah sapu ijuk terlempar nyaris mengenai tubuh ringkih Kai jika saja Jaemin tidak melindungi tubuh bocah itu. Ia sedikit meringis saat merasakan sakit di area punggungnya.
"Dasar tidak tau diri! Sudah cukup aku menampung hidup kalian selama beberapa tahun, apa ini balasan kalian padaku?! Cepat bersihkan seluruh rumah ini!" Titah seorang yeoja cantik dengan nada tinggi.
Jaemin yang tidak suka melihat suatu hal yang buruk menimpa orang yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri langsung menatap tajam wanita itu. "Kalau kau sejak awal tidak mau, kenapa kau menampung kami Madam? Selama ini kami selalu menuruti permintaanmu, bahkan kami bekerja untukmu, tapi apa balasannya? Bahkan kau tak memberikan makanan yang layak bagi kami" kata Jaemin lantang.
Yeoja bernama Yoo In na itu tersenyum remeh. "Aku juga tidak akan sudi jika saja putraku Taeyong tidak memohon-mohon padaku untuk merawat kalian. Apalagi kau Jaemin!" Yeoja itu menunjuk Jaemin dengan telunjuknya. "Jika tak ada aku, kau pasti akan mati kedinginan. Ck, orang tua mana yang tega membuang anak mereka sendiri ditengah badai salju" decaknya pura-pura prihatin.
"Kurasa ucapanmu terlalu berlebihan madam" Haechan yang mengerti perasaan Jaemin ikut berkomentar.
"Jangan ikut campur sialan! Cepat lakukan tugasmu! Anak haram sepertimu tidak pantas berkomentar" kata Yoo In na dengan kejamnya.
"Kau tidak berhak menghina sahabatku Madam" bela Jaemin. Siapa yang tidak sakit hati dikatai anak haram?
PLAK!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) END
RandomWARNING: FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Tentang Byun Baekhyun, namja cantik yang sanggup memporak porandakan kehidupan Park Chanyeol yang monoton dan membosankan. Tentang Jaemin, seorang malaikat maut yang berubah menjadi guardian angel untuk Renjun. D...