Renjun menunduk, dari tadi kakinya tak bisa diam. Sudah 10 menit sejak ia dan Jaemin berdiam diri di halte menunggu bus yang datang. "Setelah ini kita kemana?" tanya Renjun antusias. Ia sama sekali tak menduga, menghabiskan waktu bersama Jaemin akan semenyenangkan ini.Jaemin tersenyum. "Kita kerumahku. Kita akan menonton film dan memainkan video game. Kau akan menginap lagi kan?"
"Tentu saja. Appa baru kembali besok. Kuharap hyungmu tak keberatan jika aku menginap lagi"
"Tenang saja. Chanyeol hyung tak akan marah. Terkadang dia juga mengajak teman-temannya menginap" kata Jaemin santai. "Hei, busnya sudah datang. Ayo" Jaemin menarik tangan Renjun untuk segera memasuki bus.
Syukurlah keadaan bus tak sesak seperti saat mereka berangkat. Setidaknya mereka tak perlu berdiri selama perjalanan ke rumah.
"Ternyata naik kendaraan umum tak seburuk yang kukira" ujar Renjun.
Jaemin terkekeh. "Tentu saja. Setidaknya jalanan tidak akan macet jika kita naik kendaraan umum"
Renjun tertawa. Entahlah, hari ini ia banyak sekali tersenyum dan tertawa atas segala hal."Kau ben-" ucapannya terpotong saat merasakan getaran di saku jaketnya. "Jeno? Untuk apa dia menelponku?" gumamnya bingung.
"Angkat saja. Dia pasti kesepian karena kita pergi bersenang-senang hari ini" kata Jaemin.
Renjun menggeser ikon berwarna hijau di layar ponselnya. "Halo? Ada apa? Kau meng-"
"Yak, Byun Renjun, dimana kau saat ini?!"
"Aku? Saat ini?"Renjun mengernyit heran. Ia melirik ke arah Jaemin yang memberi kode agar mengaktifkan speaker. "Aku di bus. Kau tau sendiri jika aku bersenang-senang dengan Jaemin hari ini"
"Kenapa Lee? Kau kesepian? Seharusnya kau tidak menolak ajakan kami kemarin" ejek Jaemin.
Tidak ada balasan hingga beberapa detik kedepan. Renjun dan Jaemin bertatapan heran. Kenapa Jeno tidak menjawab. "Kalian bersama? Sungguh?"
Renjun mengangguk meski Jeno tak melihatnya. "Iya, kenapa?"
"Oppa... Ayo pergi..."
"Eh, Ah, tentu saja" percakapan singkat itu cukup membuat alis Renjun dan Jaemin menukik.
"Yak Lee Jeno! Sedang apa kau bersama anak kecil? Kau tak mengencaninya kan?!" Seru Jaemin heboh.
Jeno tampak berdecak. "Kau gila! Aku akan menginap dirumahmu nanti malam. Sekarang aku harus pergi. Selamat bersenang-senang"
Renjun mengerjap menatap layar ponselnya. Jeno mematikan sambungan telepon secara sepihak. "Dasar gila. Apa di menelpon hanya untuk mengatakan akan menginap dirumahmu?" kesal Renjun.
Jaemin tertawa. "Jeno akan menginap. Bukankah itu bagus. Kita bertiga akan bersenang-senang malam ini. Makan, menonton film, dan bermain game bersama" katanya antusias.
Renjun berdecak. "Sepertinya kau sangat senang"
"Tentu saja" Kali ini Jaemin tersenyum simpul. "Kapan lagi kita bisa melakukan semua hal ini jika tidak sekarang?"
"Kau berucap seolah-olah ini terakhir kalinya kita bersenang-senang. Kita bisa melakukan semua hal ini di lain waktu" Ketus Renjun.
Jamin memilih diam dan mengalihkan tatapannya dari Renjun. Seandainya saja perkataan Renjun menjadi kenyataan. Menghabiskan banyak waktu bersama Renjun, Jeno, keluarga Park dan teman-temannya di sekolah membuat Jaemin lupa jika dunia ini bukanlah tempatnya. Sejak awal ia memang tidak ada. Ia jadi membayangkan, apa mereka akan merasa kehilangan saat ia pergi nanti? Apakah dulu ia juga mendapat banyak kasih sayang seperti Jaemin yang sekarang? Siapa orang tuanya? Apa orang tuanya menangisi kepergiannya saat itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) END
RandomWARNING: FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Tentang Byun Baekhyun, namja cantik yang sanggup memporak porandakan kehidupan Park Chanyeol yang monoton dan membosankan. Tentang Jaemin, seorang malaikat maut yang berubah menjadi guardian angel untuk Renjun. D...