Ramai. Itulah kesan pertama Renjun saat menginjakkan kakinya melewati sebuah gerbang. Ia menoleh ke arah Jaemin disebelahnya yang tersenyum simpul. Seketika jantungnya berdegub kencang. Apa ini? Tidak mungkin ia berdebar hanya dengan melihat senyuman menawan seorang Park Jaemin."Hei..." Namja berparas tampan itu menyentuh lembut pundak Renjun saat menyadari namja bertubuh mungil itu termenung ditempat. "Gwaenchanha?" tanyanya pelan.
Renjun mengerjap. Kenapa suara Jaemin berubah menjadi... Eerrr... Sexy? Dengan cepat Renjun menggeleng-gelengkan kepala lantas menunduk, menyembunyikan wajahnya yang mungkin sudah memerah. "A-aku baik-baik saja"
Jaemin mengernyit. "Kenapa suaramu bergetar? Kau sakit?" ia menyentuh kening Renjun, memastikan namja itu tidak demam. "Kau tidak demam—"
Namja manis itu menepis kasar tangan Jaemin yang menyentuh keningnya. "Jangan menyentuhku...." ucapannya terjeda sejenak dikala matanya bersinatap dengan obsidian milik Jaemin. "....dan jangan menatapku seperti itu" cicitnya pelan.
Jaemin mengerjap polos. Ia bingung, kenapa ia tak boleh menatap Renjun? "kenapa?"
Renjun membuang muka. "Itu... Aku tidak suka jika ditatap terlalu lama" dalam hati namja mungil itu merutuk. Alasan konyol macam apa itu? Tentu saja ia tidak ingin Jaemin menatapnya karna hal itu tidak baik untuk kesehatan jantung. Ayolah.... Siapa yang tidak berdebar jika diberi tatapan seintens itu? "Ini pertamakalinya aku kesini" ujarnya mengalihkan percakapan.
"Benarkah?" Jaemin menjauhkan tubuhnya dengan senyum lebar diwajahnya. "Kalau begitu orang pertama yang akan menemanimu kesini adalah aku. Akan kubuat sebuah momen yang tak akan kau lupakan tentang tempat ini" katanya antusias. Namja pemilik senyum menawan itu menarik lengan Renjun, menerobos padatnya kerumunan di taman hiburan.
"Ayo naik komedi putar!" seru Jaemin antusias.
Renjun berdecak pelan. "Dasar tidak sadar umur. Kau mau mereka meledek kita karena bermain permainan anak kecil?"
Jaemin hanya tersenyum lebar. "Kenapa? Aku pernah melihat orang dewasa menaiki permainan itu di sebuah drama. Tenang saja. Kita masih remaja, belum setua itu untuk merasa malu. Lagipula...." Jaemin menjeda ucapannya. "Aku sudah lupa bagaimana rasanya menaiki komedi putar. Jadi, kenapa kita tidak mencobanya selagi berada disini?"
Renjun tertegun mendengar ucapan Jaemin. Entah mengapa ia merasa aneh. Kalimat yang dilontarkan namja pemilik senyum menawan itu memang terdengar antusias. Tapi, Renjun dapat melihat kesenduan di tatapan matanya. Andai saja Renjun tau jika pemuda tampan yang berhasil membuat jantungnya berdebar beerapa hari ini sedang berusaha membuat moment seindah mungkin sebelum mengucapkan salam perpisahan.
Hari itu... Entah bagaimana Renjun mengungkapkannya, tapi ia sangat-sangat bahagia. Ia tak menyangka, menenerima ajakan Jaemin untuk pergi akan semenyenangkan ini. Untuk sejenak Renjun melupakan kesedihannya. Jaemin benar-benar ahli dalam memperbaiki suasana hatinya. Namja itu tak lelah menarik Renjun kesana kemari untuk mencoba berbagai wahana.
"Kau lelah?" Jaemin bertanya lembut ketika melihat teman kecilnya yang menunduk bertumpu pada lutut.
Dengan cepat Renjun menegakkan tubuhnya lantas menggeleng. "Tidak! Ini..." ia menjeda ucapannya, tersenyum tulus. "Ini menyenangkan. Lain kali kau harus mengajakku ke sini lagi"
Jaemin tersenyum simpul. Dirinya tak berani memberikan janji apapun pada Renjun. "Mau ice cream?" tawarnya yang langsung dibalas anggukan cepat oleh Renjun.
Mereka berjalan menghampiri penjual ice cream yang sibuk melayani pelanggannya. Jaemin dan Renjun dengan sabar menunggu antrian.
"Oppa, kami ingin ice cream!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) END
RandomWARNING: FOLLOW SEBELUM MEMBACA! Tentang Byun Baekhyun, namja cantik yang sanggup memporak porandakan kehidupan Park Chanyeol yang monoton dan membosankan. Tentang Jaemin, seorang malaikat maut yang berubah menjadi guardian angel untuk Renjun. D...