46|| Pengumuman

259 52 10
                                    

"Jaemin!"

Yang dipanggil namanya hanya diam saat Taeyong memeluknya erat. Di belakang Taeyong, Jaemin dapat melihat Haechan yang memberikan tatapan sendu ke arahnya.

"Maafkan kami. Kau pasti merasa tak adil. Maaf karena merahasiakan kebenaran tentang orang tuamu" Pelukan Taeyong mengerat. Jantungnya nyaris copot saat Jeno menelpon dan memberitahu kejadian di kediaman Kim. Kerisauan Taeyong semakin menjadi saat Jaemin tak kinjung pulang. Taeyong takut Jaemin akan pergi. Ia baru merasa sedikit lega saat melihat Renjun yang datang bersama Jaemin.

Jaemin tersenyum tipis. "Aku baik-baik saja. Pada akhirnya aku akan pulang" Namja tampan itu mengelus punggung sang kakak begitu mengetahui isi pikiran Taeyong.

Haechan melirik ke arah Renjun yang tengah tersenyum simpul. Ia senang karena Jaemin pulang. Ia lega karena sikap Jaemin tak meledak-ledak seperti Jeno dulu. Tapi, disisi lain ia merasa sedih dan kecewa. Sedih karena dengan kedatangan Jaemin bersama Renjun tadi membuktikan bahwa Jaemin tak lagi membutuhkannya dan kecewa pada diri sendiri karena Ia memutuskan pulang terlebih dahulu tadi. Seharusnya ia menunggu Jaemin tadi. Jaemin tak lagi bergantung padanya. Apa itu tandanya posisinya sekarang telah digantikan oleh Renjun?

"Kau tak senang aku pulang?"

Pertanyaan Jaemin barusan berhasil membuyarkan pikirannya. Haechan tersenyum tipis. Senyum rasa bersalah. "Aku senang. Saudaraku pulang mengapa aku tak senang. Aku hanya menyesal karena pulang lebih dulu tadi. Seharusnya aku menemaniku"

"Tak masalah. Lagipula kau juga tak akan bisa berbuat apa-apa. Aku tak mau menyeretmu dalam masalah ini Hyuck" Jaemin menepuk pelan bahu Haechan. Ia tak sadar bila perkataannya itu justru menyakiti hati teman sekaligus saudaranya.

"Ah, ya. Kau benar" Kehadiran Haechan tak akan berarti banyak.

Renjun yang menyadari situasi dihadapanya memutuskan undur diri. Jaemin perlu membicarakan hal ini dengan Taeyong dan Haechan.

"Kau pulang sendiri? Aku akan mengantarmu hingga halte" ujar Jaemin dengan raut serius. Bagaimana mungkin Renjun pulang sendirian saat matahari hampir terbenam?

"Renjun-ssi, ikutlah makan malam bersama kami. Jaemin akan mengantarmu pulang nanti" ujar Taeyong diiringi senyum tulus.

Renjun terdiam sejenak. Ia bimbang. Meski Taeyong dan Jaemin menatapnya penuh harap, Renjun tak enak dengan Haechan. Namja berkulit tan itu tampak risi dengan kedatangannya.

"Pulanglah setelah makan malam. Atau setidaknya bergantilah baju terlebih dahulu. Kalian bisa masuk angin nanti" perkataan Haechan bersifat mutlak, membuat Renjun tak bisa berbuat apa-apa selain menurut.

Renjun pikir makan malam kali ini akan berlangsung tenang. Nyatanya pemikirannya itu salah. Sejak tadi, ruang makan bising oleh ocehan anak-anak yang sesekali akan ditanggapi oleh Jisung, Kai, Taeyong atau Jaemin. Renjun mengalihkan pandangannya pada Haechan. Sejak tadi teman sekelasnya itu hanya diam, tampak fokus memakan makanannya. Mengabaikan kebisingan disekitarnya. Lagi-lagi Renjun merasa bersalah. Sejak kedatangannya Haechan bahkan tak pernah tersenyum. Maka, setelah acara makan malam selesai Renjun memutuskan berbicara empat mata dengan Haechan. Bermaksud meluruskan masalah diantara mereka. Bahkan Renjun siap meminta maaf apabila ia salah.

"Apa yang kau lakukan sendirian disini?"

Haechan yang sejak tadi sibuk dengan gitar ditangannya hanya melirik sejenak. "Aku yakin kau tidak buta" Haechan mengabaikan Renjun yang mengambil posisi duduk disebelahnya. Ayunan besar yang tebuat dari kayu itu sedikit bergerak karena mendapat tambahan beban.

Renjun tersenyum maklum. Ia sengaja mengikuti Haechan yang berjalan keluar rumah sambil membawa gitarnya tadi. "Kau tak suka melihatku datang bersama Jaemin?" tanya Renjun mengawali pembicaraan.

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang