36|| Luka

317 54 21
                                    


Pria tampan bertubuh tinggi itu menghela napas, mendudukkan dirinya di sofa. Hari ini ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya.

Chanyeol menatap sendu langit-langit ruangan. Sudah 3 hari sejak orang-orang yang membuat ramai apartemennya menghilang. Suasana apartemennya kini sama seperti dulu. Sepi. Padahal selama 3 bulan ini celotehan Baekhyun dan Jaeminlah yang mengisi sepi di tempat tinggalnya. Tidak ada alasan lagi bagi ia untuk pulang cepat dari kantor. Seharusnya ia tau hal ini akan terjadi, tapi Chanyeol tak menyangka akan secepat ini. Waktu bernar-benar berlalu dengan begitu cepat.

Drttt drttt

Chanyeol dengan malas mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Ia merotasikan bola mata begitu membaca nama yang tertera di layar ponsel. "Apa?"

"Yak, kemana saja kau tuan Park Chanyeol yang terhormat. Tidak taukah bahwa aku menjadi sangat-sangat sibuk karena mengerjakan semua urusan yang seharusnya kau kerjakan?!" suara khas dari chen, sekretaris pribadinya terdengar dengan jelas.

"Lalu?"

"Lalu?! Kenapa masih bertanya? Cepat datang ke kantor. Klien kita dari Jepang... Kuharap kau tidak lupa bahwa kita akan melakukan perjalanan bisnis ke negara mereka lusa"

Chanyeol memijit pelipisnya. Otaknya memang tak bisa diajak berpikir akhir-akhir ini, tapi ia juga harus profesional dengan pekerjaannya. "Untuk hari ini tolong urus pekerjaanku. Kau tau bagaimana kondisi rumah sekarang kan? Aku akan datang besok"

Terdengar suara helaan napas dari sebrang sana. "Baiklah. Istirahatkan dirimu hari ini. Tapi kau harus benar-benar datang besok. Kau sudah terlalu banyak libur"

"Hem, terimakasih" balasnya singkat sebelum akhirnya memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Namja tampan itu kembali menghela napas. Baekhyun benar-benar telah membuyarkan konsentrasinya.

*-*-*-*

Renjun meringis merasakan sakit diperutnya. Eunhyuk pergi ke kantor setengah jam yang lalu, sedang kyungsoo pergi ke kantin untuk mencari makan. Ditatapnya sang kakak yang terlelap dengan nyenyak. Ia tak punya seseorang untuk membantunya, tapi ia benar-benar harus menemui seseorang.

Dengan langkah pelan sembari menahan sakit ia berjalan menyusuri kotidor rumah sakit. Salah satu tangannya memasang tiang infus dengan erat. Entah mengapa ia merasa gugup. Diketuknya pintu bernomor 65. Daripada langsung masuk, ia lebih memilih untuk menunggu seseorang membukakan pintu.

Ceklek

"Renjun?" Haechan memperlihatkan raut wajah bingung yang segera ia tutupi dengan ekspresi sinis andalannya. "Masuk" ia membuka pintu lebih lebar membiarkan Renjun masuk.

Seketika telapak tangan Renjun berkeringat, padahal di ruangan itu terpasang AC. Hanya ada dirinya, Jaemin dna Haechan dalam ruangan itu.

"Kau siapa?"

Renjun membelalakkan mata melihat seseorang yang juga menatapnya tajam.

"Dia Renjun. Salah satu teman kita di sekolah. Kurasa aku harus memberi kalian ruang untuk berbicara. Aku menunggu diluar, katakan bila kalian ingin sesuatu" ujar Haechan sebelum akhirnya pergi tanpa mendengar tanggapan dari Jaemin ataupun Renjun.

"Jadi, kau temanku?"

Renjun berdeham. "Aku Byun Renjun. Kita satu sekolah dan pertamakali bertemu di rumah harapan beberapa tahun silam. Kau pasti mengenal kakakku, Byun Baekhyun"

"Lalu?" tanya Jaemin dengan kening berkerut.

"Lalu?" Renjun mengulangi lagi pertanyaan Jaemin. Jadi apa?

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang