15|| The Secreet

539 85 25
                                    


Langkah namja tampan itu makin lama makin mendekat, membuat Sehun was-was dibuatnya. Apa Chanyeol dapat melihatnya?

Lima langkah lagi Chanyeol dapat menjangkaunya. Kenapa Sehun hanya mengingat Luhan? Ingatan tentang namja tampan didepannya tampak kabur seperti kaset rusak.

"Park Chanyeol! Apa yang kau lakukan disana?" suara itu berhasil menghentikan langkah Chanyeol. Namja tampan bertelinga yoda itu menoleh, mendapati kedua orang tua dan Baekhyun yang memandangnya aneh. "Ayo pulang. Malam ini kau harus menginap bersama kami"

Chanyeol menghela nafas. Ia masih ingin disana. Namun, melihat wajah kusut baekhyun, namja tampan itu memilih untuk mengalah. "Mari pulang. Tapi, aku tidak bisa menginap bersama kalian malam ini. Aku punya urusan penting" katanya sambil berjalan menjauh dari Sehun.

Namja albino itu menghela nafas lega. Ia tersenyum. Bagaimana bisa Chanyeol melihatnya? Sehun itu sudah meninggal. Ia tak punya harapan seperti Baekhyun yang bisa hidup lagi.

.

.

"Kami turut berduka Renjuna... " kata dokter Zhang tulus setelah meletakkan bunga krisan di persemayaman Yoona bersama Suho dan Taeyong yang ngotot ingin ikut. "Kakakmu akan segera sadar... Bersabarlah" katanya tulus.

"Terima kasih telah datang" Jaemin membungkuk memberi hormat, menggantikan Renjun yang terdiam dan Enhyuk yang berbincang dengan orang tua Suho.

Taeyong menatap penuh arti namja tampan didepannya. Sungguh, apa yang selama ini ia pikirkan benar. Orang itu adalah Jaeminnya. "Kenapa kau menatapku seperti itu dokter Lee?" tanya Jaemin bingung.

Taeyong tersentak. "Kau... Mengingatkanku pada seseorang. Darimana kau tau margaku?"

Jaemin tersenyum. "Kau yang merawat Ibu Renjun, walau sebentar. Aku melihatmu menolong bibi Yoona di UGD kemarin"

Senyum kecewa tersungging di bibir tipis Taeyong. Ia sempat mengira Jaemin akan mengenalnya. Taeyong menepuk pelan pundak Renjun. "Kau pasti bisa melewatinya" katanya lembut.

*-*-*-*

Rumah duka sudah sepi sejak dua jam yang lalu. Semua orang lebih memilih untuk berbaring diranjang masing-masing mengingat ini sudah tengah malam. Ups, sepertinya bukan semua karena pada kenyataannya seorang namja tengah menatap datar foto mendiang ibunya dengan seorang namja tampan yang sejak tadi tak beranjak, masih betah menemani seorang namja cantik yang kini tengah kehilangan.

"Ayahmu pergi ke rumah sakit setelah dokter menelpon dan mengabarkan kondisi Baekhyun Hyung yang sempat kritis" kata Jaemin ditengah keheningan.

Renjun masih diam tak menanggapi. "Ibuku suka bunga krisan" katanya tiba-tiba dengan suara serak dan parau, membuat Jaemin terlonjak kaget dibuatnya. "Bunga krisan dilambangkan sebagai keceriaan, panjang umur dan cinta" ia menghela nafas pelan. Masih setia menatap wajah sang ibunda. "Tapi, dieropa dan Amerika, bunga krisan justru melambanhkan kematian"

Jaemin tersenyum, mereka ngusap pelan punggung Renjun.

Renjun menunduk. "Kurasa alasan terakhirlah yang membuat eomma menanam bunga krisan di pekarangan belakang rumah satu bulan yang lalu. Apa kematiannya memang sudah direncanakan?"

"Orang yang tidak menangis justru adalah orang yang lemah" Jaemin menatap foto Yoona yang terlihat cantik. "Kematian itu merupakan takdir semua orang. Mungkin ini adalah yang terbaik. Dengan kematian seseorang, kita belajar mengikhlaskan, kita belajar melepas dan memulai semua dengan hal baru" senyum itu masih tak luntur dari wajah jaemin. "Aku tak memintamu untuk tak bersedih atau melupakan kematian Bibi Yoona. Tapi, tidak baik terlalu lama terpuruk hingga melalaikan hal besar dan kewajiban didepanmu"

The Crossing (CHANBAEK || JAEMREN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang